jpnn.com, BANDA ACEH - Spanduk penolakan terhadap kehadiran calon presiden nomor urut dua, Prabowo Subianto bertebaran di sejumlah titik di kawasan Banda Aceh sejak Senin (25/12) malam.
Menteri pertahanan itu datang ke Banda Aceh mewakili Presiden RI Joko Widodo untuk menghadiri peringatan 19 tahun Tsunami Aceh, Selasa (26/12).
BACA JUGA: TKN Sebut Prabowo-Gibran Optimalkan Ekonomi Syariah Jadi Motor Baru Pertumbuhan Ekonomi
Bahilo penolakan tersebut tersebar di sejumlah lokasi.
Mulai dari Bandara Sultan Iskandar Muda, Kuburan Massal Siron, Kopelma Darussalam, Lambaro, Tugu Sp 5, Sp Jambo Tape, Flay Over Sp Surabaya, Jembatan Pangoe, hingga halaman depan Hotel Hermes.
BACA JUGA: Peduli Masyarakat, Sukarelawan Prabowo-Gibran Launching Bantu Negeri
Salah satu spanduk bertuliskan "Tolak Calon Presiden Wakil Presiden Pelanggar HAM dan Politik Dinasti".
Koordinator KontraS Aceh Azharul Husna menilai wajar spanduk penolakan tersebut muncul saat kedatangan Prabowo di Banda Aceh.
BACA JUGA: Pendukung Prabowo-Gibran Korban Penembakan Jalani Perawatan di Surabaya
Terlebih, Prabowo memang memiliki rekam jejak yang tidak baik dengan pelanggaran HAM masa lalu.
“Menyoal baliho yang menyatakan Prabowo yang merupakan pelaku pelanggar HAM memang bukan barang baru. Pada pemilu 2019 juga sempat ada narasi serupa dan itu memang fakta,” kata Azharul saat dikontak lewat pesan singkat kemarin.
Azharul melanjutkan, pada Pemilu 2019 lalu narasi ini juga menggema di Aceh. Hanya saja, kala itu Prabowo sangat lekat dengan Islam.
Sehingga yang kemudian muncul adalah isu rival Prabowo, yakni Jokowi yang lekat dengan komunis.
“Prabowo dianggap pro-Islam. Sehingga narasi kampanye terkait prabowo sebagai pelaku PHAM kalah dibanding Jokowi saat itu,” terangnya.
Ke depan, Azharul berharap gagasan terkait penyelesaian pelanggaran HAM berat masa lalu melalui mekanisme nonyudisial dapat dilanjutkan.
Selain itu, dia juga berharap KPU selaku penyelenggara pemilu bisa lebih selektif dalam menyeleksi rekam jejak calon pemimpin.
Apalagi yang diduga kuat terlibat dalam pelanggaran HAM masa lalu.
"Namun, pertanyaan lanjutannya adalah jika melihat situasi politik hari ini dimana segala aturan diterobos demi kekuasaan. Nampaknya harapan tadi jauh panggang dari api,” tandasnya. (dil/jpnn)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif