Prabowo Sebenarnya

Oleh: Dahlan Iskan

Minggu, 03 November 2024 – 06:50 WIB
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - Prabowo Subianto memang beda. Termasuk dalam hal memilih negara mana yang pertama dikunjungi: Tiongkok. Bukan Singapura, tetangga paling dekat. Bukan Malaysia yang sering kita sebut sebagai bangsa serumpun. Atau sesama negara Asean lainnya.

Pun bukan Jepang yang dulu dianggap saudara tua. Atau Amerika Serikat yang jadi godfather banyak negara.

BACA JUGA: Suami Sendiri

Presiden Prabowo pilih Tiongkok. Beberapa hari lagi berangkat.

Memang ke Tiongkok itu dalam rangkaian perjalanan panjang ke Amerika Serikat, Peru, Brasil, dan Inggris.

BACA JUGA: Ikan PrimaLand

Ada APEC di Peru. Ada G-20 di Brasil. Berarti dalam satu bulan ini Presiden Prabowo akan bertemu Presiden Xi Jinping tiga kali.

Anda bisa menduga mengapa Tiongkok jadi pilihan pertama. Indonesia perlu uang untuk pembangunan.

BACA JUGA: Abdullah Listrik

Prabowo punya banyak rencana, tetapi sulit berharap dari mana dananya. Mungkin juga Prabowo perlu memberi tahu Tiongkok: punya prioritas yang berbeda dari Presiden Jokowi.

Dia ingin all out dalam mengatasi masalah pangan. Bukan lagi infrastruktur atau IKN. Harus lebih dulu swasembada pangan, terutama beras. Juga harus swasembada energi.

Prabowo tidak bisa berharap soal itu dari sesama negara ASEAN, apalagi Singapura. Pun dalam hal pendanaan. Maka dia abaikan sopan santun lama di depan umum: bertandang ke tetangga sebelah dulu.

Berharap dari Amerika juga sulit. Di sana lagi mengalami proses pergantian presiden.

Saat Prabowo terjadwal bertemu Presiden Joe Biden, Amerika sudah punya presiden baru. Tidak banyak yang bisa diharap dari pembicaraan dengan presiden yang tinggal menjabat dua bulan lagi.

Sementara, ke Peru dan Brasil adalah kewajiban formal. Sulit. Jauh. Makan waktu, tetapi harus dilakukan.

KTT APEC dan G-20 pernah diselenggarakan di Indonesia. Kelak pada gilirannya akan di Indonesia lagi. Presiden kita harus hadir kalau ingin presiden mereka juga hadir di Indonesia.

Seharusnya sebagai presiden baru Prabowo tidak pergi jauh secepat ini. Rakyat ingin segera tahu Prabowo itu sebenarnya siapa. Maunya bagaimana. Dalam perbuatan. Bukan omongan.

Sampai hari ini orang masih terus wait and see. Probowo itu siapa. Kok, agak berbeda antara yang diucapkan di pidato-pidatonya dengan keputusan yang pernah dia buat.

Memang belum banyak keputusan dari kabinetnya. Kita perlu melihat lagi lebih banyak keputusan dari istananya.

Kita belum bisa menjatuhkan vonis: Prabowo itu sama dengan Pak Jokowi. Atau Prabowo itu tidak sama, bahkan berseberangan dengan Pak Jokowi.

Sampai sekarang pidato Prabowo yang menggelegar terus diviralkan. Juga pidato pertamanya di DPR saat dirinya dilantik.

Semua itu menggambarkan bahwa Prabowo serbategas: berantas korupsi. Tegas: akan tegakkan hukum. Tegas: akan berpihak ke rakyat. Tegas: hanya akan mikir kesejahteraan rakyat.

Prabowo juga sudah tiga kali bertemu para menterinya. Pertama saat mereka dipanggil ke kediamannya di Jalan Kartanegara.

Kedua saat dikumpulkan di vilanya yang besar di Hambalang. Ketiga Anda sudah tahu: di Akademi Militer di lembah Tidar, Magelang.

Di tiga kesempatan itu Prabowo konsisten. Serbategas seperti tegas di atas. Bahkan, seperti dikatakan Wamen Tenaga Kerja, para menteri itu diminta mundur: kalau tidak bisa melaksanakan misi ketegasannya.

Ketegasan apa yang sudah dibuktikan di lapangan?

Belum ada. Belum. Bukan tidak ada. Masih terlalu dini untuk melihat bukti.

Kita baru diperlihatkan satu keputusannya: siapa jadi menteri apa. Dari situ kita masih ragu bahwa Prabowo akan setegas yang diomongkan.

Akan tetapi itu baru dilihat dari satu keputusan. Perlu dilihat dari banyak putusan berikutnya. Sayangnya dia sudah keburu harus ke begitu banyak negara.

Mungkin sekalian dia memberi kesempatan kepada para menterinya untuk menyusun rencana. Harus cepat. Harus nyata. Harus seperti yang digariskan.

Mungkin juga, dalam praktik, rencana itu tidak bisa cepat. Setiap menteri punya wakil. Ada yang seirama dan ada yang punya potensi beda irama.

Saya lihat, banyak yang kalau menterinya kira-kira senang ke utara diberi wakil yang bisa membuatnya menoleh ke selatan. Di Kemenko Hankam, misalnya.

Tidak terasa Prabowo sudah sebulan jadi presiden -ketika dia pulang dari luar negeri nanti. Mungkin kita perlu waktu tiga bulan untuk tahu siapa Prabowo sebenarnya.(*)

Simak! Video Pilihan Redaksi:

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tembus Kerupuk


Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler