jpnn.com, MAMUJU - Praka Ahriadi dan Suherah akhirnya menikah Senin (18/1) lalu di Kecamatan Tapalang, Kabupaten Mamuju.
Awalnya akad nikah akan digelar Sabtu 16 Januari, tetapi ditunda karena gempa mengguncang wilayah tersebut sehari sebelumnya.
BACA JUGA: TNI AL Distribusikan Bantuan Kepada Ratusan Korban Gempa Mamuju, Semoga Bermanfaat
Saat pernikahan akan berlangsung Senin itu, seorang pria datang ke rumah Ahriadi di Dusun Tamao, Desa Tampalang, Kecamatan Tapalang.
Ada bekas luka di telapak kaki pria tersebut. Dia datang meminta pertolongan. Pria itu korban gempa.
BACA JUGA: Sudirman: Empat Sukarelawan PMI di Mamuju Terkonfirmasi Positif COVID-19
Praka Ahriadi memang sengaja menempatkan rumahnya sebagai posko kemanusiaan pascagempa.
Praka Ahriadi cukup lihai membersihkan luka. Dia bersihkan luka pria itu dengan alkohol kemudian membalutnya. Ya, Ahriadi punya bekal ilmu perawatan. Apalagi sebelum lulus menjadi prajurit TNI, dia merupakan lulusan SMK Keperawatan.
BACA JUGA: TNI Kirim Prajurit dan Alutsista Bantu Korban Gempa Majene dan Mamuju
Selesai memberikan pertolongan, Praka Ahriadi kemudian melepas sarung tangan medis dan berwudu. Dia bergegas ke rumah calon istri, Suherah yang berjarak 300 meter dari rumahnya.
Ijab kabul pun berlangsung sederhana, tak seperti bayangannya menggelar resepsi seperti undangan yang telah disebar. Kini dia, resmi menyandang status sebagai suami.
Praka Ahriadi dan Suherah kini kembali beraktivitas. Masih banyak warga yang membutuhkan perawatan dari Ahriadi.
Istrinya, Suherah, juga harus ke Mamuju menjemput bantuan logistik. Suherah seorang sukarelawan. Rumah Suherah yang rencananya tempat menjamu tamu pernikahan, beralih fungsi menjadi posko gempa bumi.
“Mengharukan. Di sisi lain bahagia, di sisi lain juga sedih melihat kampung kena bencana,” kata Praka Ahriadi kepada awak Fajar.
Ahriadi mengatakan, untuk resepsi pernikahannya masih akan menunggu suasana kondisi. Saat ini dia hanya pengin fokus membantu korban gempa.
“Tenaga medis di pos belum ada. Kebetulan saya juga lulusan SMK keperawatan. Jadi, saya ambil alih dulu untuk sementara,” kata anggota TNI yang pernah bertugas di Papua ini.
Ahriadi lalu bercerita perjumpaan dengan istrinya.
Kali pertama sempat bertemu tahun 2014. Itu pun, hanya melihat Ela, sapaan Suherah sepintas.
Komunikasi via telepon dan media sosial terjalin, tetapi tak pernah bertemu langsung. Barulah pernikahan ini menjadi pertemuan mereka kembali.
“Tanpa ketemu untuk kedua kalinya, langsung melamar. Dan saya datang dari Papua bulan Juli 2020, beritahu orang tua, langsung melamar,” ungkap prajurit yang baru bertugas satu bulan lebih di Koramil Budong-budong, Mateng itu.
Apa kado pernikahan yang paling dia impikan? Ahriadi menjawab cepat.
"Kado cukup obat-obatan dan perlengkapan bayi kirim ke posko kami. Kami tunggu," katanya. (ilhamwasi/fajar)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Redaktur & Reporter : Adek