Praktek Terselubung Salon 'Plus-plus' di Banda Aceh

Tahu dari Lirikan Genit

Kamis, 19 Januari 2012 – 08:22 WIB
Ilustrasi: Seorang terapis pijat plus-plus di kamar kebugaran. Foto: DESKA IRNANSYAFARA/Rakyat Kalbar

jpnn.com, BANDA ACEH - UNTUK sebagian besar pria, sangat jarang yang mau pangkas ke salon. Tapi tak sedikit juga, memilih lokasi ini karena ada layanan plus-plusnya. Seperti pengakuan salah satu pelanggan "salon tubuh", saat ditemui Metro Aceh (Grup JPNN). Selalu ketagihan datang ke areal prostitusi terselubung ini, meski harus merogoh kocek sangat dalam.

---------------------
Dian Emsaci, Banda Aceh
--------------------
Sebut saja nama pria ini Andi (32). Profesinya sekarang bekerja di salah satu perusahaan swasta, di Banda Aceh. Sebelumnya ia bekerja di Medan dan sudah terbiasa dengan salon. Maklumlah setelah lelah seharian bekerja, Andi butuh relaksasi untuk kembali bersemangat. 

Biasanya di Medan, selalu memilih panti  pijat. Namun saat pindah tugas ke Banda Aceh, pria lajang tersebut sempat terkejut. Lantaran tak menemukan hal-hal yang sudah menjadi kebiasaannya selama di kota Metropolis.

“Tujuan utama, ya untuk prostitusi. Hanya saja ini kemasannya salon atau lazim disebut salon plus,” ungkapnya.

Andi bercerita, ia pun mengetahui lokasi itu saat diajak rekannya. Semenjak itulah dirinya menyempatkan beberapa kali mampir, sebelum mengetahui lokasi tersebut telah digerebek.

“Awalnya ngerasa aneh saja. Tapi setelah tahu ada  fasilitas plus, ya saya jadi ketagihan juga,” ungkapnya malu-malu.

Dari penampilan luar, mungkin antara salon plus dan salon biasa hampir tidak ada bedanya. Namun setelah masuk ke dalam ruangan salon, biasanya hanya dengan mengenali dari lirikan mata para karyawan salon (kapster). Andi menjamin para pria akan dengan mudah membedakan, mana salon yang plus dan tidak. Karena untuk salon plus biasanya para kapster sambutannya sangat ramah bahkan terkesan berlebihan, meski untuk pelanggan baru sekalipun.

Ciri lain dari salon plus adalah tersedianya beberapa bilik kecil, lengkap dengan ranjangnya. “Kalo di Aceh inikan pakaian mereka masih tergolong sopan. Namun jangan salah, itu biasa untuk mengelabui petugas. Lirikan mata pun lebih genit dan jika ngobrol pasti menjurus ke arah porno. Kalau kitanya tanggap, ya langsung bisa transaksi,” paparnya.

Meski demikian Andi mengaku tidak semua salon plus, langsung terbuka kepada calon pelanggannya. Ada juga yang baru terang-terangan menawarkan jasa prostitusi setelah pengunjung datang beberapa kali dan menjadi pelanggan tetap. Karena ternyata banyak juga aparat yang menyamar menjadi pelanggan, namun setelah itu menggerebek praktik prostitusi terselubung itu.

Bahkan, dari pengalaman temannya, seorang kapster salon marah-marah gara-gara ditawar untuk praktik prostitusi, alasannya si konsumen salon tersebut belum dikenal.

“Padahal sebenarnya yang didatanginya adalah salon plus yang kami rekomendasikan. Tapi karena teman saya baru pertama kali datang, dan itu pun tanpa saya antar, ya wajar saja jika para kapster itu memproteksi dirinya. Baru setelah saya antar, teman saya dapat pelayanan istimewa,” ungkap karyawan swasta ini.

Mau tau sepak terjang para pegawai salon plus-plus untuk mencari rupiah. (bersambung)


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler