Prediksi Guru Besar UGM dan Mbah Mijan Soal Akhir Krisis Corona

Kamis, 02 April 2020 – 03:59 WIB
Ilustrasi Corona Covid-19. Foto: pixabay

jpnn.com, JAKARTA - Guru Besar Statistika Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Dedi Rosadi, memprediksi krisis corona baru (COVID-19) di Indonesia, akan berhenti pada akhir Mei 2020 dengan minimum total penderita positif mencapai 6.174 kasus.

"Dari hasil analisis pandemi Covid-19 akan berakhir pada 29 Mei 2020 dengan minimum total penderita positif di sekitar 6.174 kasus," kata Dedi Rosadi saat jumpa pers secara daring di Yogyakarta, Rabu.

BACA JUGA: Anies Butuh Dukungan Sosok Wagub Menghadapi Pandemi Corona

Dedi mengatakan prediksi itu merupakan hasil pemodelan matematika yang dikembangkan bersama dengan sejumlah pakar dengan nama model probabilistik yang berdasar pada data nyata atau probabilistik data-driven model (PPDM).

Dia menyebutkan hasil prediksi ini perlu disampaikan mengingat sejumlah hasil prediksi model matematika dinamik terhadap data penderita positif COVID-19 yang cenderung terlalu berlebihan.

BACA JUGA: UNAIR Klaim Temukan 5 Senyawa Obat Corona, Siap Diuji Dunia

Melalui model itu, menurut dia, diperkirakan angka maksimum total penderita COVID-19 setiap harinya terjadi pada pekan kedua April 2020, antara 7 hingga 11 April 2020.

"Penambahan lebih kurang 740 sampai 800 pasien per 4 hari dan diperkirakan akan terus menurun setelahnya," kata dosen FMIPA UGM ini.

BACA JUGA: Empat Bulan Gaji Dipotong Demi Pendanaan Penanganan Corona

Berdasarkan data yang ada, diperkirakan pandemi akan berakhir lebih kurang 100 hari setelah 2 Maret 2020 atau sekitar 29 Mei 2020. Adapun maksimum total penderita COVID-19 positif adalah sekitar 6.174 kasus.

Dia menjelaskan sejak pertengahan Mei 2020, penambahan total penderita sudah relatif kecil.

Mengacu pada hasil ini, Dedi menyarankan untuk tidak melakukan ritual mudik lebaran dan kegiatan shalat tarawih berjamaah di masjid selama Ramadan.

Intervensi ketat oleh pemerintah melalui parsial lockdown dan penjarakan fisik, kata dia, juga harus diperketat sampai pandemi benar-benar berakhir di awal Juni 2020.

Prediksi tersebut berdasar data penderita hingga Kamis (26/3) dan diasumsikan telah ada intervensi ketat dari pemerintah sejak pekan ketiga Maret 2020. Lebih lanjut, efek pemudik dari kota besar yang terdampak COViD-19 selama masa diberlakukannya aturan jaga jarak fisik sejak minggu ketiga Maret 2020 diasumsikan tidak signifikan.

Model ini juga masih membatasi efek-efek eksternal lainnya, seperti suhu udara, jumlah populasi, dan kepadatan penduduk.

Dedi mengklaim berdasar model PPDM, rata-rata kesalahan prediksi selama dua pekan terakhir hanyalah sebesar 1,5 persen.

Setelah diujikan, prediksi selama empat hari terakhir sejak Kamis (26/3) model ini ternyata sangat akurat, dengan kesalahan (error) yang dihasilkan selalu di bawah 1 persen .

"Error maksimum sebesar 0,9 persen dan minimum 0,18 persen," kata dia.

Prediksi Mbah Mijan

Lantas, bandingkan dengan perkiraan paranormal mbah Mijan, yang disebutkan kemungkinan krisis corona akan selesai pada pertengahan tahun nanti. Namun, ia menyebut virus itu akan meningkat terlebih dahulu.

“The End Corona harapan Indonesia dan dunia. Memuncak dulu di Maret, April, Mei, baru mereda di Juni, Juli 2020,” tulis Mbah Mijan di akun Instagram miliknya, Selasa (31/3).

Penerawangannya itu, lanjut mbah Mijan, berkaca pada peristiwa serupa yang terjadi di beberapa negara.

“Analisis pribadi saya, berdasarkan data dan fakta di China, Iran, dan Italia,” sambung Mbah Mijan. (ant/mg8/jpnn)


Redaktur & Reporter : Rasyid Ridha

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler