SIAPA kelompok preman yang dihabisi di Lapas Cebongan, Sleman, tersebut? Sejumlah sumber Jawa Pos menyebut, geng yang kondang disebut kelompok NTT itu adalah pemain baru di dunia premanisme Kota Budaya.
”Baru eksis setahun terakhir,” kata penyidik yang menolak dikorankan namanya.
Meski begitu, nama geng NTT tersebut kondang karena berani menyerang kelompok-kelompok lain yang sudah matang di Jogjakarta.
”Baru tiga bulan lalu kelompok ini berani menyerang kelompok Sotong di Karangkajen. Ada korban dari dua pihak,” katanya. Sotong adalah nama yang cukup terkenal di dunia jasa pengamanan di Jogja.
Geng NTT juga merambah ke proyek pengamanan hiburan. Mereka dikabarkan sudah "menaklukkan” geng Harun yang selama ini terkenal sebagai pemegang bisnis itu di Kota Gudeg. ”Memang anak-anak dari Timur ini nyalinya besar,” katanya.
Empat orang yang tewas kemarin adalah Yohanes Juan Manbait, Gameliel Yermiyanto Rohi Riwu, Adrianus Candra Galaja, dan Hendrik Angel Sahetapy alias Deki. ”Juan ini desersi polisi dari poltabes,” katanya.
Juan dipecat karena terlibat narkoba. Dia pernah ditahan dua tahun delapan bulan. ”Dia juga menjalani rehabilitasi di RS Grhasia, Pakem, Sleman. Baru saja keluar bulan lalu,” lanjutnya.
Soliditas geng itu makin kompak setelah Juan masuk mem-back up. Bagaimanapun, latar belakangnya sebagai pecatan polisi makin membuat kelompok tersebut percaya diri. ”Mereka menguasai keamanan di kafe-kafe besar di Jogja,” katanya.
Selain Hugo’s Cafe, geng itu berkuasa di beberapa kafe lain. ”Ini menggusur kelompok-kelompok lain yang dulu memegang,” katanya.
Selain faktor nyali, geng tersebut besar karena preman-preman lama di Jogja atau yang diistilahkan dengan sebutan gali sudah ”bertobat”.
”Dulu Jogja ini dibagi dalam daerah-daerah per kecamatan. Ada preman penguasa Sayidan, Badran, Terban, Karangkajen, dan sebagainya. Sekarang nama-nama lama sudah bisnis biasa. Karena itu, mereka coba-coba masuk,” ucapnya.
Keributan di Hugo’s Cafe awalnya sepele, namun berujung pada kematian Sertu Heru Santosa. Dia adalah anggota Denintel Kodam IV/Diponegoro yang pernah menjadi anggota Grup 2 Kopassus Kandang Menjangan Kartasura.
Perselisihan kelompok NTT itu sebenarnya bukan dengan Heru langsung. Tapi, dengan anggota satuan lain yang pernah cekcok. ”Soal pengembangan lebih dalam, tunggu satu dua hari lagi,” kata sumber itu yang menolak menjabarkan lebih terperinci.
Wandy Marseli, pengacara empat korban yang tewas itu, mengakui bahwa Juan adalah pecatan polisi. ”Dulu dia bertugas di Poltabes Jogja,” katanya. Namun, dia mengaku tak tahu persis kasus yang membuat Juan dipecat.
Secara terpisah, Asintel Danjen Kopassus Letkol Richard Tampubolon menjelaskan, tidak ada anggotanya yang terlibat dalam penyerangan Lapas Cebongan.
Richard membenarkan adanya informasi bahwa kelompok empat orang itu punya banyak musuh. ”Jadi, mohon jangan buru-buru mengarahkan ke Kopassus, kita tunggu penyelidikan lebih dalam,” tuturnya. (rdl/jpnn/c10/nw)
”Baru eksis setahun terakhir,” kata penyidik yang menolak dikorankan namanya.
Meski begitu, nama geng NTT tersebut kondang karena berani menyerang kelompok-kelompok lain yang sudah matang di Jogjakarta.
”Baru tiga bulan lalu kelompok ini berani menyerang kelompok Sotong di Karangkajen. Ada korban dari dua pihak,” katanya. Sotong adalah nama yang cukup terkenal di dunia jasa pengamanan di Jogja.
Geng NTT juga merambah ke proyek pengamanan hiburan. Mereka dikabarkan sudah "menaklukkan” geng Harun yang selama ini terkenal sebagai pemegang bisnis itu di Kota Gudeg. ”Memang anak-anak dari Timur ini nyalinya besar,” katanya.
Empat orang yang tewas kemarin adalah Yohanes Juan Manbait, Gameliel Yermiyanto Rohi Riwu, Adrianus Candra Galaja, dan Hendrik Angel Sahetapy alias Deki. ”Juan ini desersi polisi dari poltabes,” katanya.
Juan dipecat karena terlibat narkoba. Dia pernah ditahan dua tahun delapan bulan. ”Dia juga menjalani rehabilitasi di RS Grhasia, Pakem, Sleman. Baru saja keluar bulan lalu,” lanjutnya.
Soliditas geng itu makin kompak setelah Juan masuk mem-back up. Bagaimanapun, latar belakangnya sebagai pecatan polisi makin membuat kelompok tersebut percaya diri. ”Mereka menguasai keamanan di kafe-kafe besar di Jogja,” katanya.
Selain Hugo’s Cafe, geng itu berkuasa di beberapa kafe lain. ”Ini menggusur kelompok-kelompok lain yang dulu memegang,” katanya.
Selain faktor nyali, geng tersebut besar karena preman-preman lama di Jogja atau yang diistilahkan dengan sebutan gali sudah ”bertobat”.
”Dulu Jogja ini dibagi dalam daerah-daerah per kecamatan. Ada preman penguasa Sayidan, Badran, Terban, Karangkajen, dan sebagainya. Sekarang nama-nama lama sudah bisnis biasa. Karena itu, mereka coba-coba masuk,” ucapnya.
Keributan di Hugo’s Cafe awalnya sepele, namun berujung pada kematian Sertu Heru Santosa. Dia adalah anggota Denintel Kodam IV/Diponegoro yang pernah menjadi anggota Grup 2 Kopassus Kandang Menjangan Kartasura.
Perselisihan kelompok NTT itu sebenarnya bukan dengan Heru langsung. Tapi, dengan anggota satuan lain yang pernah cekcok. ”Soal pengembangan lebih dalam, tunggu satu dua hari lagi,” kata sumber itu yang menolak menjabarkan lebih terperinci.
Wandy Marseli, pengacara empat korban yang tewas itu, mengakui bahwa Juan adalah pecatan polisi. ”Dulu dia bertugas di Poltabes Jogja,” katanya. Namun, dia mengaku tak tahu persis kasus yang membuat Juan dipecat.
Secara terpisah, Asintel Danjen Kopassus Letkol Richard Tampubolon menjelaskan, tidak ada anggotanya yang terlibat dalam penyerangan Lapas Cebongan.
Richard membenarkan adanya informasi bahwa kelompok empat orang itu punya banyak musuh. ”Jadi, mohon jangan buru-buru mengarahkan ke Kopassus, kita tunggu penyelidikan lebih dalam,” tuturnya. (rdl/jpnn/c10/nw)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 3,5 Jam di Istana Presiden Prancis
Redaktur : Tim Redaksi