Preman Gahar Ini Menangis Mendengar Adzan Magrib

Selasa, 05 Mei 2015 – 01:28 WIB

jpnn.com - KISAH preman pensiun juga datang dari Hanks (bukan nama sebenarnya). Kini usianya 41 tahun dan menjadi ustaz di kawasan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya.

Sejak kecil, Hanks nakal. Apalagi, dia kala itu tinggal di pusat Kota Tasimalaya.
Hanks mengaku mengenal obat-obatan terlarang dan miras sejak SMP. 

BACA JUGA: Razia Kos-Kosan, Enam Pasangan Muda Mudi Diamankan

Dia kala itu mendapatkannya dari teman-temannya. “Lama-lama saya ketahuan oleh orang tua karena bolos dan saya pun dimarahi habis-habisan,” kata kepada Radar Cirebon (JPNN Group) kemarin (3/5).

Setelah lulus SMP, dia dianjurkan oleh orang tuanya masuk ke jenjang SMA. Namun tidak menurutinya. Dia malah kian nakal. Hanks bahkan gemar mengkonsumsi narkoba. Orang tua yang mengetahui ulah Hanks muda langsung jatuh sakit. Namun Hanks tetap nakal. Saran dan masukan dari kakak-kakaknya dia acuhkan. 

BACA JUGA: Denpom Makin Rajin Razia TNI Keluyuran di Warung Goyang

Karena kenakalannya itu, dia sempat dikejar-kejar aparat keamanan dan menjadi buron. Hanks muda pun kabur ke daerah Bandung selama dua bulan, lalu ke Jakarta. “Saya selama setahun di Jakarta dan kembali lagi ke Tasik,” ungkapnya.

Tak lama, dia mendapat informasi akan dikejar kembali. Dia kabur lagi ke daerah Banjarsari. Namun dia tidak lama menginap karena bibinya sudah mengetahui karakternya. Dia pun meninggalkan bibinya. Hanks muda kabur lagi ke Pangandaran. Dia menetap tiga bulan di kawasan wisata tersebut.

BACA JUGA: Tersandung Korupsi Pengamanan Pilkada, Pejabat Kampar Akhirnya Ditahan

“Saya sudah tidak tahu arah dan tujuan mau kemana lagi ketika sudah di Pangandaran,” kata dia.

Selama di Pangandaran, Hanks muda merenung. Dia bahkan sampai menangis saat mendengar adzan magrib dan melihat ombak. Dia ingat kepada kedua orang tuanya. “Tak berpikir panjang, saya langsung pulang ke rumah,” ungkapnya.

Sesampainya di rumah, dia meminta maaf kepada kedua orang tuanya. Dia berniat menjadi orang baik. Dia pun kemudian masuk ke sebuah pondok pesantren. Namun perbuatan baikanya itu hanya berlangsung dua minggu, karena teman-temannya terus mengolok-oloknya. Dia pun tergoda ajakan teman-temannya untuk mabuk-mabukan lagi. Dia bahkan makin brutal. Hanks muda memalak uang para pedagang dan awak angkutan. 

“Orang tua sudah jengkel dan marah karena melihat kelakuan saya seperti itu karena sudah membuat malu,” akunya.

Di tengah gaya hidupnya yang ugal-ugalan, Hanks bertemu dengan seorang pria tua. Dia disarankan melihat kedua orang tuanya ketika sedang tidur. Dia pun melihat kedua orang tuanya sedang tidur pulas karena baru pulang dari pasar.

Dia pun bertemu lagi dengan orang tuanya. Mereka menyarankannya masuk lagi pesantren. Dia menyanggupinya. Namun di pondok pesantren itu, dia masih kerap berulah. Dia kerap bertengkar dengan sesama santri dan rois, pimpinan santri. 

Hanks pun pindah ke pesantren lainnya. Dua tahun dia mondok di pesantren barunya lalu keluar dan membantu orang tuanya bekerja di pasar.

Saat bekerja membantu orang tuanya, dia masih kerap nakal. Contohnya saat bulan puasa, dia malah makan di siang hari. Saat di makan di salah satu warung, dia terjaring razia beberapa anggota Tholiban. “Saya lagi makan dan tak lama diamankan oleh anggota Tholiban,” ungkapnya.

Hanks pun diberi pengarahan. Dari sana, dia sadar dan mengikuti pengajian yang dipimpin langsung Panglima Tholiban kharismatik KH Zenzen MZA, yang kini telah wafat. 

Saat ini, Hanks menjadi membina dan mengajak rekan-rekannya yang dulunya preman untuk bertaubat. Berdakwah kepada rekan-rekannya di wilayah Tasikmalaya, Bandung dan Jakarta sudah menjadi kegemarannya. “Saya paling seneng jika ada preman yang ingin insaf,” ujarnya. (mg13/obi)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Belum Disetujui Kemenhub, Pembangunan Jalan Tol Batam Diundur


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler