jpnn.com, JAKARTA - Presiden Direktur Center for Banking Crisis (CBC) Achmad Deni Daruri melihat angka Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan saat ini sangat tinggi. Diperkirakan LDR akan menembus angka 1 dalam waktu yang tidak lama lagi, sehingga likuidititas akan makin ketat.
Tingginya LDR ini berdasarkan hasil riset yang dilakukan Achmad Deni Daruri. Untuk itu, kata dia, upaya untuk meningkatkan Deposit harus lebih diutamakan lagi.
BACA JUGA: Deni Daruri: Rupiah Drop, Ke Mana Jurus Bank Indonesia?
“Penurunan dua kali pertumbuhan loan dan deposit yang tajam dan negatif, secara bersamaan sepanjang 2018 mencerminkan telah terjadinya krisis likuiditas dalam perbankan Indonesia,” ujar Deni dalam keterangan persnya, Senin (11/11).
Fungsi impulse, lanjutnya, juga menunjukkan bahwa kenaikan Loan pada periode T=0, akan diikuti oleh penurunan angka LDR pada periode-periode selanjutnya.
Implikasinya, kata Deni meninggikan target loan tidak dapat dilakukan bersamaan dengan meninggikan target LDR.
BACA JUGA: Bidik Milenial, Ekonom Achmad Deni Daruri Garap Aplikasi Khatam Alquran
"Upaya untuk meningkatkan deposit harus dilakukan dengan serius. Target perbankan jangan hanya menargetkan loan tetapi juga saving (deposit). Target pertumbuhan deposit harus lebih tinggi dari target pertumbuhan loan,” tuturnya.
Lalu, tambah Deni tingkat suku bunga juga harus dinaikkan ketika loan tumbuh terlalu tinggi.
BACA JUGA: Bea Cukai dan Bank Mandiri Bersinergi Permudah Pembayaran Kepabeanan
“Berdasarkan impulse function, kenaikan loan akan menyebabkan penurunan deposit secara sistematis untuk beberapa bulan ke depan," ungkap Deni.
Pendiri Emurojaah ini mengatakan kebijakan arus modal tidak boleh anti-asing. Lantaran, perekonomian Indonesia sangat bergantung kepada modal asing dan perekonomian asing.
“Jika target GFCF (Gross Fixed Capital Formation) sudah ditentukan, maka opportunity cost nya adalah GDS (Gross Domestic Saving) yang bakal turun,” jelasnya.
Sebaliknya, jika target GDS (Gross Domestic Saving) yang ditetapkan, maka opportunity cost-nya adalah penurunan GFCF. Konsekuensinya, upaya meningkatkan GFCF (Gross Fixed Capital Formation) yang akan berimplikasi kepada penurunan GDS (Gross Domestic Saving) sehingga memerlukan aliran Saving dari luar negeri untuk menutup saving-investment gap.
Dalam hal ini, lanjut Deni, target pertumbuhan GDS harus ditentukan dalam kebijakan makro ekonomi. Fungsi impulse juga memperlihatkan bahwa kenaikan GDS mampu mendorong Gross Domestic Produk (GDP) dalam jangka pendek, menengah dan Panjang.
Implikasinya, dalam upaya peningkatan GDS, merupakan upaya strategis dalam rangka meningkatkan GDP.
"Meningkatkan saving tidaklah mudah. Untuk meningkatkan saving rate diperlukan peningkatan pertumbuhan ekonomi yang konsisten. Sebab pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan gross domestic saving pada tahun depan (t+1). Tanpa pertumbuhan ekonomi yang terus menerus, maka pada tahun ketiga dan seterusnya akan menyebabkan gross domestic saving semakin menyusut,” paparnya.(fri/jpnn)
Redaktur & Reporter : Friederich