jpnn.com, SWISS - Presiden Komite Olimpiade Internasional Thomas Bach menyebut, pendekatan berbasis keuntungan dan komersialisme murni, tengah mengancam keajegan struktur olahraga di Eropa.
Kendati tidak menyebut secara gamblang, Bach sedang merujuk kepada pembentukan Liga Super Eropa, sebuah kompetisi tengah pekan tandingan Liga Champions yang diumumkan oleh 12 klub Inggris, Spanyol dan Italia pada Minggu (18/4).
BACA JUGA: JP Morgan Suntik Modal Banyak banget untuk Danai Liga Super Eropa
"Eksistensi model olahraga Eropa terancam, ditantang oleh pendekatan berbasis keuntungan yang mengabaikan nilai sosial dalam olahraga, serta kebutuhan mendasar di dunia pasca kemunculan virus corona," kata Bach di hadapan Kongres UEFA di Montreux, Swiss, sebagaimana dilansir Reuters, Selasa (20/4).
Bach menyebut model olahraga Eropa yang berlaku saat ini membuka kesempatan klub olahraga beroperasi pada setiap level.
BACA JUGA: Panas! Pemimpin Dunia ini Sampai Bersumpah Gunakan Segala Cara Halangi Liga Super Eropa
Tentunya dengan pendapatan kompetisi tingkat elite merembes dan turut dirasakan oleh klub-klub amatir.
"Model olahraga Eropa ini terancam karena misi sosial organisasi olahraga kalah menarik di hadapan para pemodal dan penyedia jasa olahraga komersial yang semata-mata mengejar keuntungan," kata Bach.
BACA JUGA: 3 Klub Jawara Italia ini Harus Ditendang dari Serie A
12 klub yang mengumumkan sebagai pendiri akan dipastikan memiliki tempat pada kompetisi Liga Super Eropa.
Berbanding terbalik untuk dapat lolos ke Liga Champions, harus dapat meraih tiket lewat capaian di liga domestik masing-masing.
Belum lagi, para klub pendiri akan diguyur dana masing-masing senilai 3,5 miliar euro yang dibiayai oleh bank investasi AS, JP Morgan.
Dana tersebut sebagai bantuan untuk memulihkan kondisi finansial dan infrastruktur yang terdampak pandemi.
Presiden UEFA Aleksander Ceferin sebelumnya sempat menyatakan pendirian Liga Super Eropa sebagai tindakan "meludahi wajah" segenap masyarakat sepak bola.
Ia pun mendesak agar klub serta pemain yang terlibat di dalamnya dilarang tampil pada kompetisi UEFA.
"Dalam lingkungan yang terpolarisasi ini, kepentingan pribadi yang sempit dan egoisme menangguk kemenangan atas solidaritas, nilai-nilai serta aturan bersama. Kita butuh lebih banyak solidaritas," kata Bach.
"Pelajaran ini berlaku bagi semua, olahraga apapun. Jika segalanya hanya dilihat dari kacamata bisnis... maka lenyaplah misi sosial olahraga," pungkasnya.(Antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Ken Girsang