jpnn.com, JAKARTA - PS Mojokerto Putra (PSMP) merasa hukuman berupa larangan berkompetisi di Liga 2 musim depan dinilai terlalu berat. Mereka pun langsung mengirim banding atas sanksi tersebut.
Banding bahkan sudah dikirim secara resmi ke PSSI pada Jumat (21/12) lalu. Kok bisa? Padahal, PSSI baru mengumumkan sanksi tersebut Sabtu (22/12) malam. Ternyata, PSSI sebelumnya sudah mengirimkan salinan sanksi kepada manajemen PSMP pada Rabu (19/12) lalu.
BACA JUGA: PSMP Kena Sanksi, Format Liga 2 Tunggu Pekan Depan
Hal itulah yang disesalkan oleh Presiden PSMP Firman Efendi. “Kenapa kok baru dirilis Sabtu kemarin? Kenapa PSSI nggak berani terbuka,” katanya ketika dihubungi Jawa Pos. Yang lebih membuatnya jengkel, keputusan sanksi diambil tanpa konfirmasi dari pihak manajemen.
Dari salinan surat sanksi yang dikirim ke manajemen, PSMP dihukum lantaran diduga terlibat match fixing dalam empat laga. Yakni dua laga kontra Kalteng Putra pada 3 November dan 9 November. Serta saat bersua Persegres Gresik (29/9) dan Aceh United (20/11). Indikasi itu muncul setelah empat laga tersebut sudah dianalisis oleh Genius Sport.
BACA JUGA: Kecelakaan, Pemain PSMP Tidak Bisa Komunikasi 1 Bulan
Genius Sport memang bisa menganalisa laga yang diduga match fixing. Penyelidikan dengan Genius Sport juga sudah dilakukan di negara Eropa seperti Italia. Bahkan di Singapura dan Vietnam. Meski PSSI sudah punya bukti kuat, tapi manajemen PSMP tetap menyangkal tuduhan itu.
“Nggak ada kayak gitu (match fixing), Mas. Saya sudah kumpulkan semuanya. Mulai manajemen, pelatih dan pemain, nggak ada itu yang terlibat match fixing,” tegas Firman.
BACA JUGA: Sebelum Kecelakaan, Pemain PSMP Curhat soal Sanksi Komdis
Karena itu, dia benar-benar geram dengan keputusan PSSI. Sebab, Firman merasa PSSI memutuskan sanksi secara sepihak. Tanpa konfirmasi sama sekali dengan pihak PSMP.
“Kami tidak pernah dipanggil (oleh PSSI). Nggak pernah diajak diskusi untuk membuktikan apakah kami terlibat match fixing. Ujung-ujungnya kok langsung keluar sanksi itu. Ini sangat tidak fair,” kata Firman.
Apalagi, sanksi yang diberikan juga cukup berat. “Kami sudah susah payah membiayai dan menghidhupkan PSMP, hasilnya malah seperti ini,” sesalnya.
Sayangnya, memang banyak kejanggalan pada setiap laga PSMP. Yang paling mencolok adalah penalti. Musim ini saja, dari 58 gol PSMP di Liga 2, 14 diantaranya dicetak dari titik putih. Jawa Pos mencoba melakukan konfirmasi kepada pelatih PSMP Jamal Yastro soal dugaan match fixing. Tapi, telepon maupun WhatsApp dari Jawa Pos tidak direspon sama sekali.
“Semuanya lagi bingung, Mas. Lagi frustasi. Biar saya saja yang menjawab,” kata Firman saat ditanya soal Jamal yastro.
Nah, soal match fixing, PSMP dikaitkan dengan salah satu nama, yakni Vigit Waluyo. Meski belum terbukti, tapi nama Vigit santer disebut ada dibalik layar PSMP musim ini. Apalagi, dia adalah mantan manajer PSMP. Tapi, hal itu buru-buru dibantah oleh Firman.
“Saya memang kenal Vigit. Tapi kenal saat dia menjabat sebagai manajer (PSMP) dan saya sebagai supporter. Itu saja. selebihnya, nggak ada hubungannya Vigit sama PSMP musim ini,” tutur pria yang juga merupakan Ketua KONI Kabupaten Mojokerto itu.
Sejatinya, saat ini sudah ada Satgas Mafia Bola yang dibentuk Polri. Manajemen PSMP bisa melaporkan jika memang ada laga yang terindikasi match fixing. Tapi, Firman mengaku masih belum berpikir sampai sejauh itu. “Yang penting bagaimana banding kami dulu, kejelasan sanksi kami dulu,” tegasnya.
Meski sanksi sudah dijatuhkan, tapi tim PSMP belum akan dibubarkan. Mereka masih akan berlatih untuk ajang Piala Indonesia 2018. Terlebih, Laskar Mojopahit sudah memastikan langkah ke babak 32 besar usai mengandaskan Semeru FC 2-0 (10/12).
Di babak 32 besar, mereka punya kans menghadapi kampiun Liga 1, Persija Jakarta. “Kami akan mempersiapkan tim,” kata Firman. Saat ini, pemain masih diliburkan. Saying, dia belum tahu kapan latihan akan kembali digelar. (gus)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dihukum Seumur Hidup, Pemain PSMP Kecelakaan Hingga Koma
Redaktur & Reporter : Soetomo