Perbedaan imbauan antara kalangan anti dan pro-pemerintah itu memicu bentrok di Kota Alexandria. Sejumlah saksi mata mengatakan bahwa bentrokan berdarah tersebut terjadi sesaat setelah ibadah Jumat. "Kelompok pendukung pemerintah menggunakan pedang untuk membalas lemparan batu dari kelompok oposisi," kata seorang warga yang menyaksikan insiden tersebut.
Beruntung, tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut. Tetapi, akibat bentrok yang tidak seimbang itu, sejumlah orang terluka. "Sedikitnya dua mobil hangus terbakar dalam kejadian tersebut," lapor seorang petugas. Konon, bentrok terjadi setelah ulama yang memimpin ibadah Jumat kemarin meminta seluruh jamaah memilih "iya" dalam referendum. Jamaah yang anti-pemerintah langsung berang.
Polisi langsung menyelidiki insiden terkait referendum tersebut. Sang ulama yang memimpin ibadah pun langsung diamankan. Sebelumnya, otoritas religius Mesir menerbitkan edaran yang melarang para pemuka agama dan ulama membahas referendum dalam ceramah ataupun ibadah yang mereka pimpin. Terutama, jika mereka berada di kawasan selatan Mesir yang sangat konservatif.
Di tempat terpisah, oposisi kembali melakukan aksi turun ke jalan. Kemarin kelompok sekuler menyerukan kepada masyarakat agar memilih "tidak" dalam referendum hari ini. Front Penyelamat Nasional khawatir, jika lolos, konstitusi baru itu akan membuat Mursi semakin berkuasa dalam pemerintahan. Mereka tidak ingin model kepemimpinan Hosni Mubarak kembali muncul di Negeri Piramida tersebut.
"Memaksakan referendum kepada masyarakat yang terpolarisasi, penuh amarah, dan tidak patuh hukum hanya akan menggiring negeri ini pada kehancuran," tegas Muhammad ElBaradei, tokoh senior oposisi, melalui akun Twitter-nya. Meski sadar bahwa Ikhwanul Muslimin dan kubu Mursi berpeluang menang dalam referendum itu, dia tetap mengimbau rakyat memilih "tidak". (AP/AFP/hep/c6/ami)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Korut Sukses Luncurkan Roket
Redaktur : Tim Redaksi