Sebuah studi terbaru di Universitas Sydney menyebutkan sejumlah merk makanan hewan komersil yang dijual di supermarket ternyata bisa memicu penyakit dan cedera pada kucing dewasa. Sebuah kajian penelitian yang diterbitkan dalam Australian Veterinary Journal, menguji 20 produk hewan peliharaan di supermarket atau toko hewan peliharaan. Sembilan dari produk itu ternyata tidak mematuhi standar Australia dalam hal klaim "analisa dijamin". Delapan produk bahkan diketahui tidak mematuhi standar dalam hal kandungan gizi untuk kucing dewasa karena mengandung terlalu banyak atau terlalu sedikit protein dan lemak. Studi ini menemukan beberapa produk ini dapat menyebabkan mati rasa, diabetes, obesitas atau anemia. Namun demikian baik penulis penelitian, Universitas maupun Australian Veterinary Journal tidak bersedia merilis nama-nama produk yang produk yang mereka maksudkan. Padahal industri makanan hewan yang bernilai $2 miliar per tahun mendesak agar nama-nama produk itu dirilis. Duncan Hall dari Asosiasi Industri Makanan Hewan mengatakan: "Kami ingin tahu lebih jauh tentang hasil dari kajian ini, Kami juga telah memberitahukan kepada anggota kami,” "Tentu saja kami juga merasa khawatir dengan temuan dimana tingkat gizi produk anggota kami tidak sesuai dengan harapan dan tentu saja tingkat perubahaan dalam produk itu sangat mengejutkan,” katanya. Penelitian ini juga telah membuat lebih dari dua juta pemilik kucing di Australia mendesak agar nama-nama produk makanan hewan bermasalah itu dirilis ke publik. "Jika mereka telah menemukan sesuatu yang salah dengan makanan tertentu, sebaiknya ya harus disebutkan namanya sehingga pemilik hewan peliharaan bisa mencari pilihan untuk tidak lagi menggunakan produk dari perusahaan tersebut,” kata pemilik kucing di Sydney, Matthew Geftakis. Kritik juga disampaikan oleh sejumlah pakar kedokteran hewan, bahkan salah satu akademisi dari Universitas Sydney yang juga pakar kedokteran hewan, Richard Malik, juga turut mempertanyakan sikap rekan sesama almamaternya yang tidak bersedia mengumumkan nama-nama produk makanan hewan bermasalah yang ditemukan dalam riset mereka. Dr Malik mengatakan dengan tidak disebutkannya nama-nama produk itu telah menimbulkan keraguan pada produk makanan hewan yang djual di supermarket. Dan ini memaksa dokter hewan hanya merekomendasikan makanan hewan premium. "Dan kita tahu makanan hewan premium diproduksi oleh perusahaan yang memiliki hubungan sponsorship dengan semua universitas di Australia,” katanya. Meski demikian tudingan ini dibantah oleh Universitas Sydney. Mereka menegaskan kalau kajian mengenai makanan kucing ini tidak disponsori oleh pendanaan komersial manapun. Universitas Sydney juga membantah tudingan kalau peneliti dalam kajian ini menerima manfaat terkait dengan proyek riset mereka. Universitas Sydney juga mengatakan riset ini adalah pilot studi yang dipimpin oleh mahasiswa master dan diselesaikan sebagai bagian dari tesisnya. Sementara itu Anne Jackson, editor dari Australian Veterinary Journal, mengatakan kalau studi ini masih dalam tahap ‘awal’ sehingga belum dapat diandalkan sampai berhasil di konfirmasi lewat uji coba resmi. Oleh karena itu penulis tidak layak untuk merilis nama-nama dari perusahaan tersebut.
BACA JUGA: Indonesia Protes Kemunculan Kapal China di Laut Natuna
BACA ARTIKEL LAINNYA... Australia-Indonesia Luncurkan Game Edukasi di SD Menteng Jakarta