JAKARTA - Rata-rata produksi minyak mentah Indonesia masih memprihatinkan. Hingga bulan ini, angka produksi emas hitam itu masih jauh dari target. Hal tersebut bisa terjadi lantaran beberapa hambatan di kalangan industri.
Kepala Bagian Humas SKK Migas Handoyo Budi Santoso mengatakan, untuk saat ini produksi minyak memang sudah mencapai 806 ribu barel. Angka tersebut telah melebih target WP&B (working program and budget) kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) yang dipatok 804 ribu barel per hari (bph).
"Kalau melihat target kami, sebenarnya sudah membaik. Cuma, memang rata-rata produksi baru 795 ribu bph," jelasnya kepada Jawa Pos kemarin (24/3). Menurut dia, rata-rata produksi minyak mentah Indonesia yang masih berada di bawah ekspektasi tak bisa dihindari. Penyebabnya, antara lain, gangguan kabut asap di Riau. Akibatnya, produksi KKKS seperti PT Chevron Pacific Indonesia, PT Bumi Siak Pusako, dan EMP Malacca Strait terganggu.
Dia mencontohkan potensi dari WK (wilayah kerja) Rokan. Sebanyak 573 sumur harus ditutup sehingga menghilangkan potensi produksi 8.800 bph. Kemudian, potensi produksi yang hilang di WK Coastal Plains and Pekanbaru (CPP) mencapai 4 ribu bph. "Terakhir, WK Malacca Strait juga kehilangan potensi produksi sekitar 7.000 barel," ungkapnya.
Gangguan tersebut, lanjut dia, ditambah dengan beberapa unplanned shutdown yang harus dilakukan karena cuaca buruk. Misalnya insiden kebocoran pada fasilitas SBM manifold di wilayah kerja Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO). Kebocoran tersebut mengakibatkan seluruh"produksi"terhenti. Insiden serupa terjadi di lapangan JOB Pertamina Petrochina East Java pada 21 Januari lalu. "Memang angkanya kecil-kecil. Tapi, makin hari makin banyak sehingga berdampak pada penurunan produksi," tutur dia.
Meski ada beberapa hambatan, Handoyo yakin bahwa pihaknya masih bisa memperbaiki rata-rata produksi. Setidaknya produksi minyak mentah harus sesuai dengan WP&B KKKS tahun ini. "Kalau melihat kondisi sekarang, sudah melebihi. Menurut perhitungan kami, outlook (proyeksi) 2014 masih tetap di 804 ribu bph," jelasnya.
Ketika ditanya soal target APBN, Handoyo mengatakan bahwa hal tersebut sudah berada di luar kemampuan SKK Migas. Menurut perhitungannya, KKKS hanya bisa memberikan komitmen rata-rata produki maksimal 813 ribu bph. "Itu pun ditambah dengan upaya-upaya mitigasi kami 9 ribu bph. Jadi, tahun ini memang produksinya di kisaran angka itu," tambahnya. (bil/c11/oki)
BACA JUGA: 10 Tahun Hanya Mampu Bangun Jalan 4.400 Km
BACA ARTIKEL LAINNYA... Telkomsel Ingin Berantas Buta Internet di Indonesia
Redaktur : Tim Redaksi