jpnn.com, CANBERRA - Australia akhirnya menyetujui penggunaan vaksin COVID-19 dari Pfizer-BioNTech, Senin (25/1). Namun, pemerintah Negeri Kangguru itu mengingatkan bahwa masalah produksi internasional vaksin AstraZeneca membuat negara itu harus mendistribusikan vaksin produksi lokal lebih awal daripada yang dijadwalkan.
"Regulator kesehatan Australia merupakan salah satu yang pertama di dunia dalam menyelesaikan persetujuan secara komprehensif untuk vaksin Pfizer-BioNTech," kata Perdana Menteri Scott Morrison--yang menambahkan bahwa sudah satu tahun sejak pertama kali kasus COVID-19 terdeteksi.
BACA JUGA: Info dari Erdogan: 10 Juta Dosis Vaksin Sinovac Tiongkok Masuk Turki Akhir Pekan Ini
Sebelumnya, Vaksin Pfizer telah mendapat persetujuan sementara dari Badan Urusan Terapeutik (TGA)--pengawas obat Australia--untuk diberikan kepada masyarakat berusia 16 tahun ke atas.
Vaksin tersebut akan disuntikkan sebanyak dua dosis per orang dalam jangka waktu yang direkomendasikan, dengan sistem digital yang disebut akan menjamin setiap orang mendapatkan dua dosis.
BACA JUGA: Panglima Mundur dari Jabatan setelah Dituduh Serobot Jatah Vaksin Covid-19
"Kita tidak boleh memulai apa yang tidak dapat kita selesaikan, dan menyelesaikan hal ini akan melibatkan dua dosis," kata Morrison.
Morrison juga menekankan bahwa vaksinasi juga mempunyai batasannya dalam penanganan pandemi di Australia, sehingga penutupan pintu masuk ke negara itu diperkirakan masih akan berlaku.
BACA JUGA: Info dari Mayjen Tugas soal Data Nakes RS Wisma Atlet Penerima Vaksin Covid-19
Petugas penjaga perbatasan dan area karantina, tenaga medis garda depan, lansia dan disabilitas serta para pengurusnya akan menjadi kelompok pertama yang mendapat vaksin.
"Vaksinasi menggunakan vaksin Pfizer kepada kelompok prioritas di Australia direncanakan mulai pada akhir Februari, dengan 80.000 dosis per pekan," kata Menteri Kesehatan Greg Hunt.
Pfizer telah menyampaikan kepada Pemerintah Australia bahwa pihaknya mengantisipasi untuk mengirim pasokan secara terus-menurus, namun akan menyediakan arahan produksi global pada pertengahan Februari. "Lalu untuk Maret dan selanjutnya secara mingguan," menurut Hunt.
Penyedia vaksin lainnya, AstraZeneca, pada Jumat (22/1) mengatakan kepada Uni Eropa bahwa perusahaan itu akan memangkas pengiriman vaksin ke blok tersebut hingga 60% dalam kuartal pertama tahun ini akibat masalah produksi.
Hunt menyebut AstraZeneca mengalami gangguan pasokan yang signifikan sehingga Australia tidak akan mendapatkan dosisnya pada Maret, sebagaimana yang sebelumnya dijanjikan.
Karena itulah, menurut Hunt, Australia akan mulai memasok vaksin AstraZeneca yang diproduksi di dalam negeri oleh perusahaan bioteknologi CSL sebanyak satu juta dosis per pekan pada Maret, atau lebih awal daripada rencana sebelumnya.
"Keputusan untuk membayar premium kapasitas produksi vaksin di dalam negeri, aman, dan berdaulat melalui CSL adalah yang menempatkan Australia di posisi yang sangat lebih aman dibandingkan negara manapun di dunia," kata Hunt.
Australia telah merancang target empat juta dosis vaksin per April tahun ini. (ant/dil/jpnn)
Video Terpopuler Hari ini:
Redaktur & Reporter : Adil