jpnn.com - Jagung merupakan komoditas yang sangat strategis dan benilai ekonomis. Kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat dan protein setelah beras, jagung juga berperan sangat besar sebagai pakan ternak.
Kebutuhan jagung pakan ternak meningkat signifikan setiap tahunnya. Untuk menjaga kebutuhan para peternak khususnya peternak rakyat, Pemerintah akhirnya memutuskan untuk impor jagung pakan ternak sebanyak 50.000 ton hingga 100.000 ton pada akhir tahun 2018.
Di beberapa kesempatan, Menteri Pertanian Amran Sulaiman menjelaskan, impor jagung dilakukan untuk mengurai masalah yang dihadapi para peternak. Masalah ini muncul karena distribusi yang tersendat. Selama ini, stok jagung Bulog yang digelontorkan pemerintah lebih banyak terserap ke perusahaan besar untuk campuran pakan ternak.
"Perusahaan besar menyerap jagung karena tidak mengimpor gandum untuk pakan, yang biasa dicampurkan, kan. Jatahnya kami keluarkan 200 ribu ton. Akhirnya petani kecil berteriak. Yang perusahaan besar, kan, diam," kata Amran.
BACA JUGA: Kebijakan Pembatasan Impor Memacu Semangat Petani Jagung
Amran berharap polemik impor 100 ribu ton jagung tak perlu diperpanjang. Dia menyebut masalahnya bukan terletak pada produktivitas pertanian dalam negeri. Impor tidak menandakan stok jagung dalam negeri defisit, malah kenyataannya surplus.
Amran juga merinci surplus tersebut dapat dihitung secara kasar, dari kinerja Ekspor jagung yang mencapai 380rb ton dikurangi dengan rencana jumlah impor sebesar 50rb ton. "Impor 50rb ton ini sangat kecil. Dan ini sebagai alat kontrol saja. Untuk stabilitas harga. Nanti disimpan Bulog. Kalau harga turun tidak akan keluar. Dan sebentar lagi kita panen raya," jelas Amran.
BACA JUGA: Produksi Jagung Pakan di Kediri Melimpah
Panen Raya Jagung di Sejumlah Wilayah
Pernyataan Amran yang menegaskan impor terjadi bukan karena produktivitas jagung yang menurun, di perkuat dengan fakta sejumlah daerah di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan yang sudah memasuki masa panen raya.
BACA JUGA: Hari Pahlawan, Kementan-Bupati Pacu Petani Tanam Padi
Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Maman Suherman mengatakan, gelaran panen raya di Jawa Timur berada di 7 kabupaten, yaitu Tuban, Lamongan, Lumajang, Jember, Kediri, Mojokerto, dan Pasuruan. Tercatat areal panen kurang lebih seluas 5 ribu hektare dengan luas panen terbesar di Kecamatan Jenggawah, Jember seluas 2.901 hektare dan Kecamatan Kraton, Pasuruan seluas 1.496 hektare.
"Gelaran panen jagung secara serentak ini dapat menjadi bukti petani kita masih bisa mencukupi kebutuhan jagung saat ini," kata Maman.
Tidak hanya di Jawa Timur, Sebagai provinsi penghasil jagung yang cukup potensial, panen raya jagung juga hadir di sejumlah wilayah Sulawesi Selatan, seperti Kabupaten Takalar, Jeneponto, Pinrang dan Wajo.
Kepala Badan Litbang Pertanian, Andi Muhamad Syakir merinci pada 2017, Sulawesi Selatan berkontribusi sebesar 2,3 juta ton dari luas panen 295.115 Ha, atau sebesar 7,33 persen dari produksi jagung nasional. Tahun 2018 ini, Sulawesi Selatan ditargetkan mampu memproduksi jagung sebesar 2,6 juta ton.
Kabupaten Takalar dan Jeneponto ditetapkan sebagai titik awal dimulainya safari panen di Sulawesi Selatan. Kabupaten Takalar memiliki luas lahan pertanaman jagung sebesar 8.000 Ha dengan provitas rata-rata 7-8 ton/Ha. Kabupaten Jeneponto, tepatnya di Kecamatan Botoramba lahan jagung yang dipanen seluas 200 Ha, mempunyai rata-rata produktivitas 7,6 ton/Ha.
Panen di Sulawesi Selatan, berlanjut hingga Kabupaten Pinrang dan Wajo. Untuk kabupaten Pinrang, produktivitas rata-ratanya tercatat mencapai 7 – 8 ton per hektare. Dengan luas tanam 12 ribu hektare, diperkirakan akan diperoleh hasil panen sebanyak 84.000 – 96.000 ton jagung pipilan kering (JPK). Kabupaten Wajo memilki areal tanam seluas 45.875 hektare. Dengan produktivitas 5 – 6 ton per hektare, panen kali ini berpotensi mencapai 220 – 275 ribu ton.
“Kami mengapresiasi kerja keras petani Pinrang sehingga produktivitasnya bisa setinggi ini. Kami bersyukur bantuan sarana produksi, alsintan (alat dan mesin pertanian) serta perbaikan pengairan dapat turut mendorong produktivitas dan meningkatkan minat bertani,” ungkap Syakir saat menghadiri panen di Pinrang, Minggu (11/11).
Informasi tentang panen jagung minggu ini, juga sempat diutarakan oleh Ketua Asosiasi Petani Jagung Indonesia (APJI) Sholahuddin. Ia yakin bahwa produksi jagung hingga akhir tahun bisa mencapai target yang ditetapkan pemerintah. Terlebih panen di tahun ini mencakup lahan yang luas.
“Pertanaman jagung Bulan September mencapai 5,86 juta hektar tersebar diwilayah Indonesia, dan sampai Bulan Oktober produksi jagung diperkirakan mencapai 25,97 juta ton, Insya Allah dengan semangat petani untuk menanam, target 30,05 juta ton jagung di 2018 bisa tercapai, semangat petani itu yang perlu kita jaga,” terang Sholahuddin.
Produksi jagung dalam kurun waktu empat tahun menunjukan peningkatan yang signifikan. Pada tahun 2014, produksi jagung di Indonesia sebesar 19,0 juta ton, dan tahun 2015 meningkat menjadi 19,6 juta ton. Pada tahun 2016 produksi jagung kembali meningkat menjadi 23,6 juta ton, demikian juga tahun 2017 mencapai 28,9 juta ton.
Peningkatan produksi jagung menjadi catatan positif bagi pemerintah, faktanya Tahun 2017 Indonesia berhasil stop impor 3,6 juta ton jagung dengan nilai Rp. 10 Trilyun, peningkatan produksi jagung juga mencetak sejarah baru bagi Indonesia sebagai negara baru pengekspor jagung yang nilainya mencapai 380rb Ton.(jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Safari Panen Raya Jagung untuk Swasembada
Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh