jpnn.com, JAKARTA - Produktivitas sawit di Indonesia terus mendapat perhatian serius dari para pelaku bisnis tanah air. Keseriusan pemerintah dalam menghadapi problematik sawit pun dipertanyakan, apalagi program B30 akan segera dimulai pada 2020.
Direktur Produksi PT Pupuk Kujang Maryono mengatakan bahwa Presiden Jokowi telah mencanangkan Program Mandatori Biodiesel B30 mulai Januari 2020. Selain alasan penghematan anggaran pengadaan BBM fosil, program tersebut juga menjadi solusi diberlakukannya pembatasan impor CPO oleh Uni Eropa terkait isu deforestasi.
BACA JUGA: Polemik Diskriminasi Sawit: Pemerintah Ragukan Itikad Baik Uni Eropa
“Masyarakat sawit Indonesia sempat terpukul oleh kebijakan pembatasan impor CPO oleh Uni Eropa tersebut, mengingat kontribusi terhadap pendapatan nasional yang mencapai 370T atau sekitar 3 persen dari PDB Indonesia disumbang dari produk sawit ini,” ujarnya.
Menurut Maryono, bila dibandingkan dengan negara produsen sawit yang lain seperti Malaysia, produktivitas sawit Indonesia masih sangat rendah. Luas perkebunan sawit Indonesia yang mencapai sekitar 14 juta Ha, hanya mampu menyumbang 50 persen produksi sawit dunia, sedangkan Malaysia dengan luas lahan sawit sekitar 6 juta Ha mampu menyumbang 30 persen lebih dari total produksi sawit dunia.
BACA JUGA: Jamu PM Belanda di Istana, Jokowi Keluhkan Kebijakan Eropa soal Sawit
“Tantangan terbesar untuk meningkatkan produksi sawit tanpa menimbulkan isu deforestasi adalah dengan peningkatan produksi per hektar lahan sawit,” ungkap Maryono.
Melihat kondisi tersebut, Maryono menggagas diskusi bertema “B30 mulai 2020, Tantangan Eskalasi Produktivitas Sawit Indonesia”. di Jakarta, Rabu (13/11). (mg7/jpnn)
Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh