Program Susu Gratis Sukses di Banyak Negara, Apa Resepnnya?

Oleh: Moh. Teguh Saputra

Jumat, 02 Februari 2024 – 10:16 WIB
Susu hangat. Foto : Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - Pembagian susu gratis yang digagas oleh Calon Wakil Presiden Republik Indonesia, Gibran Rakabuming Raka, saat pelaksanaan Car Free Day (CFD) menuai polemik panjang bahkan oleh Bawaslu Jakarta Pusat, Gibran dinyatakan melanggar hukum. 

Namun, tulisan ini tidak dimaksudkan untuk menjelaskan masalah tersebut. Lebih penting daripada itu, tulisan ini akan mengelaborasi perihal seberapa penting dan seberapa strategis program ini.

BACA JUGA: 3 Khasiat Susu Oat yang Tidak Terduga untuk Kesehatan

Dengan mengusung gagasan pembagian susu gratis ini, Gibran tidak hanya berfokus pada aspek pemberian nutrisi kepada anak-anak, tetapi juga memandangnya sebagai langkah kunci dalam meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan generasi penerus bangsa.

Beberapa negara telah lebih dulu melaksanakan program serupa, dan keberhasilan mereka memberikan contoh positif yang dapat menjadi inspirasi untuk diterapkan di Indonesia.

BACA JUGA: Sarana Jaya Selesai Susun Roadmap CSR Mengacu ISO 26000:2010

Sekitar 76 negara di dunia telah menerapkan program makan siang dan pembagian susu gratis, memberikan manfaat kepada lebih dari 400 juta anak.

Negara-negara seperti Meksiko dan Tiongkok menjadi teladan dalam kesuksesan implementasi program ini.

BACA JUGA: Relawan GSP Jateng Temui Warga untuk Sosialisasikan Pilpres Sekali Putaran dan Bagikan Susu Gratis

Meksiko, misalnya, telah menjalankan kebijakan ini sejak tahun 1929, sementara Tiongkok memulainya pada tahun 2000.

Kedua negara tersebut berhasil memberikan dampak positif terhadap gizi anak-anak dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Tiongkok, sebagai salah satu contoh sukses dalam pelaksanaan program makan siang dan pembagian susu gratis, awalnya menargetkan 27 juta anak di perdesaan dan anak-anak dari ibu pekerja berusia 6-15 tahun.

Pada tahun 2012, Tiongkok memperluas program tersebut ke sekolah-sekolah di seluruh wilayah perdesaan dengan nama School Feeding Program (SFP) yang mencakup sekitar 36 juta anak.

Anggaran yang diperlukan mencapai 4,5 miliar USD atau setara dengan Rp 69 triliun. Program ini tidak hanya memberikan dampak positif pada gizi anak-anak, tetapi juga menciptakan kesempatan kerja dan memicu pertumbuhan ekonomi di sektor susu.

Dalam konteks ini, Indonesia dapat belajar dari pengalaman negara-negara yang telah sukses melaksanakan program serupa.

Pembagian susu gratis bukan sekadar bentuk bantuan, melainkan investasi jangka panjang untuk memastikan kesehatan dan perkembangan optimal bagi anak-anak.

Susu mengandung nutrisi penting seperti protein, kalsium, dan vitamin yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh anak-anak.

Dengan memberikan susu secara gratis kepada anak-anak, Indonesia dapat meningkatkan kesehatan generasi muda, yang pada gilirannya akan berdampak positif pada produktivitas dan kualitas sumber daya manusia di masa depan.

Salah satu keberhasilan program serupa di negara-negara Barat, seperti Britania Raya, adalah pemberian susu gratis kepada anak-anak sekolah sejak tahun 1920.

Program ini melibatkan kerja sama antara pemerintah, sekolah, orang tua, dan siswa. Lebih dari 1,5 juta anak dari usia prasekolah hingga SMP mendapatkan manfaat dari program pembagian susu gratis ini.

Bahkan, murid berkebutuhan khusus juga mendapat susu gratis hingga usia 18 tahun.

Keberhasilan program ini menciptakan anak-anak yang lebih sehat dan cerdas, serta memberikan dukungan kepada orang tua dalam memberikan nutrisi yang baik kepada anak-anak mereka.

Pentingnya program ini tidak hanya terbatas pada aspek kesehatan fisik, tetapi juga mencakup dampak positif pada sektor pendidikan.

Anak-anak yang mendapatkan gizi yang cukup memiliki daya konsentrasi dan kemampuan belajar yang lebih baik.

Dengan memberikan susu secara gratis kepada anak-anak sekolah, Indonesia dapat menciptakan generasi yang lebih cerdas dan berpotensi mengurangi kesenjangan pendidikan.

Selain manfaat langsung bagi kesehatan dan pendidikan anak-anak, program pembagian susu gratis juga memberikan stimulus ekonomi di sektor susu dan industri terkait.

Tiongkok, sebagai contoh, menggandeng asosiasi pengusaha susu untuk mendistribusikan 32 juta unit susu per hari, menciptakan lapangan kerja baru dan memberikan dampak positif pada ekonomi lokal.

Di Indonesia, program serupa dapat menjadi katalisator bagi pertumbuhan sektor susu, mulai dari peternakan susu hingga industri pengolahan susu.

Namun, untuk berhasil menerapkan program pembagian susu gratis, jika terpilih, Prabowo dan Gibran  perlu mempertimbangkan beberapa aspek.

Pertama, perlu adanya kerja sama erat antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat. Koordinasi yang baik dapat memastikan distribusi susu yang merata dan efisien kepada para siswa.

Kedua, perlu dipastikan bahwa susu yang dibagikan memiliki standar kualitas dan keamanan pangan yang tinggi, sehingga manfaatnya benar-benar optimal untuk kesehatan anak-anak.

Selain itu, program ini memerlukan komitmen finansial yang serius dari pemerintah.

Pengalaman negara-negara lain menunjukkan bahwa investasi ini memiliki dampak jangka panjang yang signifikan pada kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

Pemerintah perlu mempertimbangkan alokasi anggaran yang memadai untuk mendukung program ini dan memastikan keberlanjutannya.

Dalam kesimpulan, pentingnya program pembagian susu gratis yang diusung oleh Cawapres RI Gibran Rakabuming Raka tidak hanya terletak pada aspek kesehatan anak-anak, tetapi juga mencakup dampak positif pada pendidikan, ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Melalui pembelajaran dari negara-negara yang telah berhasil menerapkan program serupa, Indonesia memiliki peluang untuk menciptakan generasi yang lebih sehat, cerdas, dan memiliki potensi untuk meningkatkan kualitas hidup bangsa.

Dengan komitmen dan dukungan yang tepat, program pembagian susu gratis dapat menjadi salah satu langkah strategis dalam pembangunan nasional yang berkelanjutan.

Penulis Adalah Pemerhati Isu Kesehatan di Garda Institute, NTT

Simak! Video Pilihan Redaksi:


Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler