Prosesi Jumenengan di Tengah Konflik Panjang Keraton Kasunanan Solo

Dikawal Ketat 400 Petugas Keamanan

Minggu, 17 Juni 2012 – 10:10 WIB
Pakubuwono XIII Hanggabehi saat menyaksikan tari Bedaya Ketawang dalam jumenengan di Keraton Kasunanan Solo, Jumat (15/6). Foto: Arief/Radar Solo/JPNN

Meski diwarnai kericuhan, prosesi jumenengan di Keraton Kasunanan Solo, Jumat (15/6) lalu secara umum berlangsung lancar. Pakubuwono XIII mengangkat permaisuri, tapi belum menunjuk putra mahkota. Kubu lawan memilih bersikap tenang.
= = = = = = =
KETEGANGAN itu mulai menyeruak saat KGPHPA Tedjowulan beranjak duduk ke posisi kehormatan di depan singgasana raja di Sasono Sewoko Keraton Kasunanan Solo dalam prosesi pengetan tingalan dalem jumenengan. Bersama rombongan, dia mendekat ke arah posisi kehormatan.

Tapi, GKR Retno Dumilah yang termasuk kubu yang selama delapan tahun ini berseberangan dengan Tedjowulan melarang sejumlah anggota rombongan Tedjowulan ikut mendekat ke singgasana raja. Termasuk putra almarhum PB XII, GPH Madukusumo. Retno hanya mempersilakan Madukusumo menempati kursi di paningrat. Tepatnya di belakang Sasono Sewoko.

Sikap tersebut memancing amarah Madukusumo. Tak ayal, keduanya terlibat adu mulut dan sempat saling dorong. Tak mau kejadian itu memanas, sejumlah kerabat mendekat. Keduanya dilerai agar tak semakin ricuh.

Kejadian itu, tampaknya, mewakili konflik panjang di Keraton Kasunanan antara kubu Pakubuwono (PB) XIII Hanggabehi dan KGPHPA Tedjowulan yang sudah berekonsiliasi dan dikenal dengan sebutan dwitunggal dengan kelompok KGPH Poeger, GPH Noer Tjahjaningrat, GKR Wandansari (Gusti Moeng), GKR Galuh Kencana, GKR Retno Dumilah, GKR Sekar Kencana, GKR Timoer Rumbai Kusuma Dewayani, KRMH Satriyo Hadinagoro, dan KP Edy Wirabhumi.

Namun, di luar kericuhan tersebut, prosesi jumenengan kemarin boleh dibilang berjalan lancar. Pengusaha nasional yang juga kerabat keraton, Mooryati Soedibyo, mengungkapkan, lancarnya prosesi jumenengan harus disyukuri seluruh abdi dan sentana dalem, kerabat, serta masyarakat luas. "Sekarang waktunya bersama-sama membangun keraton," tegasnya.

Ungkapan rasa syukur karena acara berjalan lancar juga disampaikan Wali Kota Joko Widodo. "Alhamdulillah, semua berjalan baik. Ke depan, internal keraton yang meneruskan. Siapa tugasnya apa dan sebagainya. Semua pasti dirangkul," katanya.

Lewat jumenengan kemarin pula, setelah delapan tahun berkonflik, PB XIII Hangabehi dan KGPHPA Tedjowulan bisa bersama-sama menyaksikan tarian sakral Bedaya Ketawang di Sasana Sewoko pada prosesi pengetan tingalan dalem jumenengan.

Pada saat bersamaan pula, PB XIII Hangabehi mengangkat garwa prameswari (permaisuri). Yakni, Kanjeng Ratu Paku Buwono XIII atau sebelumnya bernama Raden Ayu Pradapa Ningsih.

Setelah mengangkat permaisuri, Hanggabehi juga memanggil putra pertamanya dari Kanjeng Ratu Paku Buwono yang diberi nama Suryo Mustiko yang baru berumur 10 tahun. "Sinuhun memberikan gelar Gusti Pangeran Haryo (GPH) Purboyo (kepada Suryo Mustiko). Beliau juga memberitahukan kepada GPH Purboyo bahwa ibunya telah diangkat menjadi permaisuri," terangnya.

Tapi, itu tidak berarti GPH Purboyo otomatis bakal menjadi putra mahkota alias penerus takhta raja. KPH Adipati Sosro Nagoro, sahabat sinuhun, menyatakan tidak ingin berandai-andai. "Yang jelas, raja mempunyai hak prerogatif untuk menunjuk putra mahkota," katanya.

Menurut dia, penunjukan putra mahkota dilakukan saat raja masih hidup. Yang berhak ditunjuk sebagai putra mahkota adalah anak laki-laki tertua dari permaisuri atau anak laki-laki tertua dari garwa selir. Namun, semua kembali kepada hak prerogatif raja.

Sosro menambahkan, selama ini Sinuhun memang jarang atau bahkan tidak pernah berkomentar di media terkait dengan dinamika di Keraton Kasunanan. Tapi, dia tetap mengamatinya melalui media massa.

"Kadang Sinuhun membaca berita sambil sedih. Pasca jumenengan, Sinuhun akan menyatukan kembali seluruh sentana dalem dan para kerabat. Tidak ada istilah iki mlebu, kuwi metu (ini masuk keraton, itu keluar keraton). Tidak seperti itu," ungkapnya.

Sementara itu, saat ditemui, Ketua Eksekutif Lembaga Hukum Keraton Kasunanan Surakarta KP Edy Wirabhumi yang juga suami Gusti Moeng tidak banyak berkomentar. "Saya belum bisa comment apa-apa. Tenang saja dulu," ujarnya.

Kanjeng Ratu Paku Buwono XIII kepada wartawan mengungkapkan, status yang dia sandang sekarang merupakan tugas yang tidak mudah. Sebagai garwa prameswari, dirinya mendapat tanggung jawab besar mendampingi Sinuhun Hangabehi XIII memimpin Keraton Kasunanan. "Tentunya, tanggung jawab ini harus dilaksanakan sebaik-baiknya," tegasnya.

Menurut informasi yang dihimpun Radar Solo (JPNN Group), Sinuhun Hangabehi memiliki tiga istri. Bersama istri pertamanya, KRAy Endang Kusumaningdyah, PB XIII Hangabehi dikaruniai tiga anak yang semua putri. Mereka adalah GKR Timur, GRAy Devi Leliana Dewi, serta Gray Dewi Ratih.

Dari istri keduanya, Winarti, PB XIII Hangabehi dikaruniai tiga anak lagi. Yakni, almarhumah GRAy Sugih, GPH Mangkubumi, serta GRAy Putri. Terakhir, dengan BRAy Asih Winarni yang sekarang diangkat menjadi permaisuri dengan nama Kanjeng Ratu Paku Buwono XIII, Hangabehi dikaruniai seorang putra bernama GRM Suryo Mustiko.

Sementara itu, ditemui seusai prosesi jumenengan, KGPHPA Tedjowulan menyatakan bersyukur karena acara sakral tersebut berjalan lancar. Disinggung langkah selanjutnya yang ditempuh dwitunggal, yakni Hanggabehi dan dirinya, Tedjowulan menyatakan tidak perlu terburu-buru. "Pelan-pelan saja. Tidak usah grusa-grusu. Nanti pasti ada rembukan (musyawarah) dengan sentana dan kerabat lain yang dipimpin Sinuhun," jelasnya.

Dia memastikan, pasca jumenengan, dwitunggal dan para sentana dalem akan lebih berfokus memperbaiki kondisi fisik keraton yang rusak. Bagian mana saja yang harus secepatnya diperbaiki akan disampaikan kepada Sinuhun Hangabehi.

Pernyataan hampir senada disampaikan salah seorang putra PB XII, Gusti Madukusumanagara. "Insya Allah, nanti gaji para abdi dalem dan pegawai lainnya disesuaikan dengan UMR (upah minimum regional) agar layak," tuturnya.

Pelaksanaan pengetan tingalan dalem jumenengan mendapat pengawalan ekstraketat dari aparat gabungan TNI dan Polri. Dua unit barakuda juga disiagakan di sisi barat Kori Kamandoengan. Selain itu, satu unit water cannon ditempatkan di sekitar alun-alun utara.

Ada 400 anggota yang disiagakan. Apakah langsung ditarik atau tidak, lihat kondisinya," terang Kapolresta Surakarta Kombes Asjima'in. (wa/adi/tri/mas/jpnn/c5/ttg)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Penampilan Karolin Margret Natasa setelah Ramai Kasus Video Asusila


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler