JAKARTA - Proyek Blok Migas Cepu yang digadang-gadang bakal menjadi tulang punggung produksi minyak nasional, terancam molor. Ini karena terhambatnya pengerjaan proyek akibat belum keluarnya izin dari pemerintah daerah (pemda).
Kepala Divisi Humas, Sekuriti, dan Formalitas Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMigas) Gde Pradnyana mengatakan, pelaksanaan proyek Banyu Urip, Blok Cepu, masih terkendala masalah non teknis, seperti perizinan, sumber daya manusia, dan penyerapan komponen lokal. "Terutama masalah perizinan," ujarnya, Minggu (24/6).
Menurut Gde, contoh kendala yang mengemuka, pekerjaan engineering procurement contract (EPC) 5 belum dimulai karena terhalang belum keluarnya 29 Izin Mendirikan Bangunan (IMB). "Izin itu seharusnya dikeluarkan oleh Pemda Bojonegoro," katanya.
Selain itu, proyek EPC I yang mengerjakan fasilitas proses produksi, EPC 2 yang membangun jalur pipa di darat, serta EPC 5 dengan kontrak pembangunan fasilitas infrastruktur dan waduk penampung air injeksi, juga masih terhambat. "Selain perizinan, hambatannya juga berupa masalah sosial," sebutnya.
Adapun untuk kontrak yang tidak terkait kondisi sosial, lanjut Gde, misalnya EPC 3 yang membangun jalur pipa laut dan EPC 4 yang membangun fasilitas penyimpanan dan alir-muat terapung realisasinya lebih tinggi dari target.
Meski mengalami hambatan, Gde mengatakan, BPMigas terus berusaha agar proyek Cepu dapat berjalan sesuai target, yakni produksi 90.000 barel minyak per hari (bph) pada Mei 2014. "Karena itu, semua pihak, termasuk Pemda mesti mendukung penuh seluruh kebutuhan proyek," ujarnya.
Data BPMigas menunjukkan, produksi di Blok Cepu pada Mei 2014 baru sekitar 50 persen dari total kapasitas fasilitas produksi. Produksi secara bertahap akan meningkat seiring bertambahnya jumlah sumur produksi. Ditargetkan, produksi 150.000 bph dapat terjadi pada Agustus 2014, dan akan menyentuh 185.000 bph pada November 2014.
Dengan jadwal proyek yang sangat ketat itu, BPMigas meminta Mobil Cepu Ltd selaku operator blok Cepu, untuk melipatgandakan volume pekerjaan, tanpa mengabaikan kualitas. Seperti diketahui, lima EPC dengan total nilai kontrak sekitar USD 1,3 miliar telah ditandatangani sepanjang tahun 2011. Dengan cadangan sekitar 450 juta barel minyak, Banyu Urip merupakan lapangan dengan cadangan minyak terbesar yang masih belum tereksploitasi.
Gde menjelaskan, melihat tren eksplorasi yang lebih banyak menemukan gas, penemuan cadangan minyak sebesar Banyu Urip kemungkinan belum akan terulang dalam lima tahun ke depan. "Proyek inilah yang membuat produksi minyak nasional dapat mencapai 1 juta barel per hari," katanya.
Pembangunan fasilitas produksi penuh Lapangan Banyu Urip merupakan pekerjaan besar dengan kompleksitas yang tinggi. Fasilitas tersebut mencakup 49 sumur yang terhubung pada tiga anjungan, sebuah fasilitas pusat pengolahan, pipa sepanjang 95 kilometer untuk mengalirkan minyak ke fasilitas penyimpanan dan alir-muat terapung (Floating Storage and Offloading/FSO) bermuatan minimal 1,7 juta barel, dan kapal tanker yang akan mengangkut minyak dari FSO tersebut.
MCL dan Ampolex (Cepu) PTE Ltd, keduanya merupakan anak perusahaan dari Exxon Mobil Corporation, yang memegang 45 persen saham partisipasi dalam Blok Cepu. Kedua perusahaan ini berpartner dengan Pertamina EP Cepu yang juga memegang 45 persen saham partisipasi, serta Badan Kerja Sama Blok Cepu (BKS) yang memegang 10 persen saham partisipasi. (owi/kim)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Irman Gusman Minta Perusahaan Raksasa Bantu UKM
Redaktur : Tim Redaksi