jpnn.com, JAKARTA - Konsumsi semen pada semester pertama 2017 menurun 1,3 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Pada periode Januari hingga Juni, total konsumsi semen mencapai 28.994.253 ton. Sementara itu, pada paruh pertama 2016, konsumsi semen menembus 29.374.547 ton.
BACA JUGA: Oalah, Pengerjaan Sejumlah Proyek Baru Capai 30 Persen
Sekretaris Perusahaan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk Agung Wiharto mengatakan, penurunan konsumsi semen domestik dipengaruhi banyaknya hari libur pada Juni lalu.
”Tahun lalu kan Juni cukup efektif. Yang aktif ada 21 hari, sedangkan tahun ini hanya 15 hari. Itu cukup berpengaruh,” katanya, Kamis (27/7).
BACA JUGA: Realisasi Investasi di Kawasan Timur Indonesia Melejit
Selain itu, pembangunan infrastruktur di beberapa daerah, terutama Indonesia Timur, belum dimulai.
Berdasar data Asosiasi Semen Indonesia (ASI), konsumsi semen pada Juni 2017 anjlok signifikan sebesar 26,8 persen (yoy).
BACA JUGA: Jokowi Minta Pembangunan Infrastruktur Papua Barat Dipercepat
Konsumsi semen pada Juni 2016 mencapai 5.096.058 ton, lantas anjlok ke angka 3.731.358 ton pada Juni tahun ini.
Konsumsi semen di tanah air pada Januari hingga Mei masih mengalami pertumbuhan 4,1 persen (yoy).
Meski demikian, Agung optimistis target pertumbuhan konsumsi semen sebanyak 4–5 persen pada tahun ini dapat tercapai.
Berkaca pada pengalaman tahun lalu, konsumsi semen pada semester pertama juga menurun 6–7 persen.
Namun, target pertumbuhan selama satu tahun masih bisa terlampaui karena terdongkrak pada semester kedua.
Dari enam wilayah kepulauan di Indonesia, konsumsi semen di Pulau Jawa masih mengalami pertumbuhan 1,9 persen.
Demikian pula di Nusa Tenggara, masih terjadi pertumbuhan 1 persen.
Sementara itu, wilayah lainnya mengalami penurunan. Misalnya, Sumatera yang minus 3,4 persen, Kalimantan (9,2 persen), Sulawesi (8,2 persen), serta Maluku dan Papua (13,1 persen).
Agung memperkirakan konsumsi semen pada semester kedua bisa tumbuh minimal di angka empat persen.
”Beberapa proyek tol mulai selesai. Hal itu akan memberikan multiplayer effect ke sektor ritel dan menggairahkan sektor tersebut,” ujarnya.
Produsen semen juga mengharapkan pembangunan infrastruktur di luar Jawa segera dimulai sehingga konsumsi semen bisa meningkat, khususnya di Indonesia Timur.
Di sisi lain, maraknya pemain baru semen yang masuk ke Indonesia membuat penjualan perusahaan berkode emiten SMGR tersebut turun lebih tajam daripada pasar, yakni 1,8 persen.
Akibatnya, pangsa pasar SMGR menurun dari 42 persen menjadi 41,8 persen.
Meski begitu, penjualan SMGR masih tumbuh 3,5 persen pada periode Januari hingga Juni tahun ini (yoy).
Total penjualan SMGR pada periode tersebut mencapai 12.801.825 ton. Pertumbuhan itu ditopang penjualan ekspor perseroan yang tumbuh cukup signifikan sebesar 344,2 persen (yoy).
Di sisi lain, penjualan ekspor SMGR sebanyak 839.858 ton.
”Sampai akhir tahun, kami berharap pangsa pasar bisa bertahan di angka 41 hingga 42 persen,” tutur Agung. (vir/rin/c25/noe)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kerusakan Infrastruktur di Beltim Cukup Parah, Ini Dia Daftarnya
Redaktur & Reporter : Ragil