jpnn.com - PARIS – Lupakanlah El Clasico. Sepak bola kini mengenal El Cashico. Ini bukan tentang persaingan terkait politik. Istilah itu muncul karena otot finansial yang dimiliki para konglomerat saat membangun tim.
Paris Saint Germain dan Manchester City adalah dua dari beberapa tim yang mengejar kejayaan bermodal kocek tebal. Kedua tim akan saling jegal pada leg pertama perempat final Liga Champions di Parc des Princes, Rabu (7/5) dini hari WIB.
BACA JUGA: 11 Pemain Incaran Conte, Banyak Kejutan Besar
''Sejak awal kami membangun tim ini untuk jadi yang terhebat di Eropa. Selama ini kami percaya dengan target dan tujuan kami. Kami pun yakin musim ini mimpi itu akan menjadi kenyataan,'' koar Nasser Al Khelaifi, chairman PSG dalam pernyataannya yang dikutip dari Daily Mail.
Al Khelaifi bersama panji Qatar Sports Investments sudah tidak sabar untuk memanen prestasi Les Parisiens, julukan PSG di Liga Champions. Pasalnya, sejak menguasai 100 persen saham PSG per Oktober 2011 silam, hanya perempat final Liga Champions yang jadi pelabuhannya.
BACA JUGA: 2 Formasi Andalan Si Wajah Sendu untuk Chelsea
Bandingkan dengan City. Sejak Sheikh Mansour bin Zayed Al Nahyan berkuasa 1 September 2008 silam, baru kali ini perempat final Liga Champions didapat. Selain PSG dan City, masih ada Chelsea yang besar di Eropa setelah mendapatkan gelontoran uang besar dari penguasa minyak asal Rusia Roman Abramovich.
Andai mimpi Al Khelaifi itu terwujud, maka dia akan mengungguli Abramovich dalam mengejar gelar di Eropa. Sejak membeli The Blues, julukan Chelsea per Juni 2013, Abramovich baru bisa memberikan gelar Liga Champions setelah melalui edisi kedelapannya.
BACA JUGA: Si Cantik Melawan Kutukan Tanah Liat
Sementara, termasuk musim ini PSG baru melalui empat edisi untuk menempati posisi terbaik di Eropa. Minimal, dengan mengamankan hasil di kandang sendiri, tugas di Etihad pada leg kedua nanti (13/4) tidak akan menganggu jalan Thiago Silva dkk ke fase semifinal.
Berbicara dalam situs resmi klub, pelatih PSG Laurent Blanc menginstruksikan para pemainnya untuk mengamankan keuntungan bermain di kandang sendiri pada leg pertama. Sebab, tiga edisi sebelumnya langkah PSG selalu terganjal dalam leg kedua di kandang lawan.
Cara tersingkirnya pun sama. Tidak menggaransi kemenangan pada leg pertama dan kebobolan gawangnya. Lalu hancur pada leg kedua. Karena itulah Blanc menyebut ada dua kunci penting bagi PSG dini hari nanti. Menang besar, dan menjaga gawangnya tetap cleansheet.
Kemenangan telak 4-1 atas Nice pada journee 32 Ligue 1 kemarin (2/4) menjadi modal berharga untuk menyikat City.
''Jangan sebut ini (laga kontra Nice) latihan yang bagus untuk melawan City. Belum tentu tengah pekan nanti performa seperti ini bisa terulang. Setidaknya, ayo ciptakan banyak peluang,'' tutur pelatih yang punya julukan Le President itu.
Statistik Liga Champions musim ini membuktikan betapa garangnya PSG apabila bermain di Paris. PSG 100 persen unbeaten dengan rekor tiga kali menang dan satu kali imbang di Parc des Princes.
Rasio kebobolannya pun termasuk rendah, 0,4 gol per game. Hanya agresivitasnya yang rendah. PSG hanya mencatat 1,5 gol dalam tiap satu pertandingannya di Paris. Dari empat laga, PSG pun belum pernah menang dengan marjin tiga gol. ''Saya tidak tahu apakah kami siap untuk itu (menang besar). Apapun yang terjadi, Rabu nanti siap tidak siap kami harus siap,'' sebutnya.
Ledakan Zlatan Ibrahimovic diharapkan akan berlanjut di laga ini. Selama bulan Maret kemarin, Ibra mampu mengoleksi delapan gol dari empat laga. Jika dirata-rata per satu game-nya Ibra bisa mencetak dua gol.
Terlebih, absennya beberapa pemain kunci di City bisa membuka celah di defense-nya. Vincent Kompany dan Joe Hart sebagai dua elemen penting di pertahanan City absen. Keduanya sama-sama terkena cedera betis. Otak Manuel Pellegrini – pelatih City – pun semakin mendidih dengan cederanya Yaya Toure.
Yaya mengalami cedera tumit setelah laga melawan Manchester United (20/3).
Akan tetapi, gelandang PSG Thiago Motta dilansir dari Four Four Two menyebut kekuatan City bukan hanya dari Kompany, Hart, dan Yaya.
''Ingat, mereka masih punya deretan pemain-pemain hebat lainnya seperti (David) Silva atau (Sergio) Aguero),'' ucap Motta.
Menurutnya, untuk meredam City, perlu mengaplikasikan strategi saat mendepak Chelsea dari 16 Besar, Februari lalu.
''Kuncinya adalah bertahan dengan bagus, dan tiap kali mendapatkan bola kami harus mengontrolnya, sama seperti yang kami lakukan saat melawan Chelsea,'' imbuhnya.
Comeback Kevin De Bruyne bisa jadi penghibur kegalauan Pellegrini yang pusing dalam menentukan komposisi pertahanannya. Terutama untuk menutup celah di posisi Kompany.
Berkaca dari kemenangan besar 4-0 atas Bournemouth di akhir pekan kemarin (2/4), Pellegrini memilih duet Nicolas Otamendi dan Eliaquim Mangala. Mengapa harus Mangala? '
'Lihatlah dari statistik. Setiap kali Mangala bermain, maka kami akan memenangi pertandingan,''' klaim pelatih berkebangsaan Cile tersebut sebagaimana dikutip dari Mirror. Dari statsitik musim ini, ketika Mangala bermain memang persentase menang The Citizens, julukan City mencapai 65,2 persen.
Sebaliknya, setiap kali pemain termahal musim lalu itu dimainkan, maka hampir pasti gawang City kebobolan. Bermain 23 kali, rasio kebobolan City ada di angka 0,98 gol per game. ''Dia dia (Mangala) akan menjadi bagian penting dari tim ini di Paris,'' imbuhnya. (ren)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Terbongkar! Penyebab Permusuhan Benitez dan Ronaldo
Redaktur : Tim Redaksi