jpnn.com, JAKARTA - Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dinilai masih memiliki peluang untuk bisa lolos ke DPR, walaupun dalam real count saat ini masih berada di angka 2,6 persen.
Ini mengacu kepada survei terakhir jelang pencoblosan 14 Februari 2024 menunjukkan elektabilitas melebihi 4 persen.
BACA JUGA: Real Count KPU Senin Pagi: Perolehan Suara PSI Tembus 2 Juta, Ada yang Degdegan
Direktur Eksekutif indEX Research Vivin Sri Wahyuni mengatakan survei dan quick count merupakan upaya memperkirakan perolehan suara parpol maupun capres.
Dia pun mengingatkan bahwa metode ini juga memiliki margin of error.
BACA JUGA: Bandingkan Suara PSI dengan Komeng Versi Real Count KPU Pagi Ini, Jangan Kaget
“Artinya, meskipun quick count PSI saat ini berada di bawah ambang batas 4 persen, tetapi masih ada kemungkinan hasil real count KPU bisa mendekati atau melewatinya,” katanya di Jakarta.
Vivin menambahkan, perolehan suara PSI mengalami kenaikan dibandingkan saat pertama kali mengikuti pemilu pada 2019 silam, yang hanya meraih 1,89 persen secara nasional.
BACA JUGA: PSI: Lanjutkan Sirekap, Tetapi Penyempurnaan Harus Dilakukan
Dengan capaian tersebut, meskipun PSI gagal melaju ke Senayan, tetapi perolehan kursi pada tingkat DPRD provinsi dan kabupaten/kota cukup signifikan.
“Seperti di DKI Jakarta yang mampu menguasai satu fraksi. Kenaikan suara pada Pemilu 2024 memberi peluang PSI bisa merebut kursi lebih banyak lagi di daerah, dan memungkinkan PSI bisa berlaga pada Pilkada akhir tahun ini. Misalnya, di DPRD kota Solo (Surakarta) dari raihan 1 kursi pada Pemilu 2019 bisa melonjak menjadi 5 kursi, dan merebut 1 kursi di DPRD Provinsi dari dapil Jateng I (kota Semarang),” jelasnya.
Saat ini, dia mengungkapkan, yang harus dilakukan oleh kader-kader PSI adalah memastikan bahwa proses rekapitulasi KPU berlangsung jujur dan transparan.
Termasuk laporan-laporan saksi pada proses penghitungan di tingkat TPS, agar jangan sampai suara PSI dihilangkan oleh oknum-oknum tertentu.
“Proses mengawal suara sampai tuntas sangat penting dilakukan, mengingat kesalahan dalam proses perhitungan dan rekapitulasi sangat mungkin terjadi dan dialami siapa saja,” tutup Vivin. (dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif