PSI Senang Edy Rahmayadi Tak Pimpin PSSI Lagi

Senin, 21 Januari 2019 – 21:15 WIB
Sekretaris Bapilu PSI Andi Saiful Haq. Foto: Ist

jpnn.com, JAKARTA - Juru bicara PSI Andi Saiful Haq mengatakan, tidak mungkin mengharapkan prestasi sepak bola selama manajemen PSSI tidak dibenahi. Perilaku korup pengaturan skor juga harus dimusnahkan.

"Karena itu, Partai Solidaritas Indonesia menyambut baik mundurnya Edy Rahmayadi dari jabatan ketua umum PSSI," kata Andi Saiful, Senin (21/1).

BACA JUGA: PSSI Masih Tunggu Kepastian AFC soal Pemain Asing Persija

Menurut dia, sepak bola adalah persoalan kebudayaan. Tidak ada korelasi antara demokrasi dan politik dengan maju tidaknya sepak bola sebuah bangsa.

Buktinya, Tiongkok dan Korea Utara yang tidak demokratis mampu mencatatkan prestasi di ajang tingkat dunia. Begitu juga dengan Palestina dan Iraq yang dirundung perang.

BACA JUGA: Menpora: Terima Kasih Atas Dedikasinya, Pak Edy Rahmayadi

"Jadi tidak relevan apakah PSSI dipimpin politikus atau militer, sebab persoalannya tidak terletak di sana. Juga tidak terletak pada persoalan finansial semata," beber Andi Saiful.

Penonton Indonesia kompetisi sepak bola Indonesia bisa mencapai 12 juta penonton setiap musimnya. Angka itu hampir menyamai jumlah penonton Bundesliga Jerman dan Premiere League Inggris yang mencapai 13 juta penonton.

BACA JUGA: Edy Rahmayadi Mundur dari Ketum PSSI, Bu Reni Bilang Begini

Begitu juga dengan penjualan hak siar dan iklan, pendapatan dari sana bisa mencapai USD 360 juta setiap tahun. "Jadi tidak ada alasan untuk tidak memiliki prestasi yang baik," tegas calon anggota DPR RI ini.

Karena itu, Andi Saiful menegaskan, masalah utamanya adalah pada kebudayaan olahraga dan sepakbola. Lebih khusus lagi adalah budaya tanding.

Dia menjelaskan, budaya tanding tidak mungkin tumbuh di tengah budaya korupsi, budaya fitnah, dan budaya pesimistis yang ditunjukkan para elite politik. "Atlet kita kehilangan budaya tanding karena tidak menemukan pijakan kuat mengapa mereka harus menang untuk Indonesia?" tuturnya.

Dalam debat Capres, tambah dia lagi, jelas sekali perilaku permisif terhadap korupsi dipertontonkan oleh Prabowo Subianto sebagai kandidat presiden RI. Belum lagi penggunaan kebohongan dalam kampanye pasangan Prabowo-Sandi.

"Jadi jangan pernah bermimpi prestasi apa pun dari olaharaga jika elite masih mempertontonkan budaya koruptif dan narasi kebohongan. Karena sekali lagi persoalan utama sepakbola Indonesia adalah hilangnya budaya tanding akibat korupsi dan narasi kebohongan yang secara vulgar dipertontonkan," pungkas dia. (dil/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Edy Rahmayadi Ambil Keputusan Mundur dari Ketum PSSI Setelah Salat Subuh


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler