PSI: Untung Jokowi Tak Berkiblat ke AS

Jumat, 06 Juli 2018 – 18:39 WIB
Jubir PSI Bidang Ekonomi dan Bisnis Rizal Calvary Marimbo. Foto: Ist

jpnn.com, JAKARTA - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam menggelar perang dagang dengan Indonesia. AS tengah mengevaluasi produk asal Indonesia yang selama ini diberi perlakuan khusus.

Juru Bicara PSI Bidang Ekonomi, Industri, dan Bisnis Rizal Calvary Marimbo mengatakan, ancaman tersebut membuktikan kebenaran kiblat ekonomi rezim Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang tidak berat ke AS.

BACA JUGA: Perang Itu Dimulai Besok Pagi

“Finally proven. Intuisi Presiden Jokowi terbukti. Kita akan kecewa bila ekonomi berkiblat ke AS semata, seperti dulu-dulunya. Jauh hari, Presiden sudah mengurangi ketergantungan kita ke AS,” ujar Rizal dalam keterangannya di Jakarta.

Rizal mengatakan, beruntung dibawa kepemimpinan Presiden Jokowi, Indonesia sudah menjaga jarak aman dengan AS dalam perekonomian.

BACA JUGA: Pesan Presiden World Bank bagi Jokowi: Waspada Perang Dagang

Sehingga ketergantungan Indonesia ke AS dapat dikurangi sehingga posisi tawar Indonesia lebih menguat. “Coba kalau dulu kita lanjutkan ketergantungan kita sepenuhnya dengan AS. Mati kita didikte habis,” ucap dia.

Namun dengan menarik kiblat ekonomi nasional dari AS sejak awal, kemandirian Indonesia lebih membaik dibandingkan sebelumnya.

BACA JUGA: Prabowo Dituntut Buktikan Markup LRT atau Minta Maaf

Dia mengatakan, bila ekonomi RI dulunya berkiblat ke AS, maka saat ini akan sangat dikecewakan Indonesia. Sebab faktanya, Presiden Trump malah menabuh perang dagang dengan Indonesia.

Sebagai diketahui GSP (The Generalized System of Preferences/Sistem Preferensi Umum) Indonesia sedang di-review oleh AS.
Dari 124 produk asal Indonesia yang sedang di-review oleh Trump, diantaranya terdapat kayu plywood, cotton, dan lain sebagainya.

Indonesia dan AS pun sedang mengupayakan hubungan diplomasi membahas mengenai masalah tersebut. Bila GSP ini dihilangkan maka bea masuk ekspor produk Indonesia ke AS lebih mahal.

Rizal mengatakan ketergantungan Indonesia kepada investasi AS terus menurun terus menurun secara signifikan.

Pada tahun 2013, investasi Amerika Serikat sempat mencapai US$ 2,4 miliar. Namun nilai tersebut terus menurun hingga 2016 hanya sebesar US$ 1,2 miliar.

Bahkan pada tahun 2015, investasi Amerika Serikat hanya mencapai angka US$ 893 juta. “AS tidak masuk lima besar,” ucap dia.

Rizal mengatakan lagi, Indonesia sudah masuk dalam radar perang dagang dengan Amerika, sejak Donald Trump memasukan Indonesia dalam 16 negara mitra dagang utama yang memiliki neraca perdagangan tidak seimbang pada 2016 lalu.

Berada di urutan pertama adalah China yang menyumbang defisit mencapai USD347 miliar.

Disusul oleh Jepang sebesar USD 68,9 miliar, Meksiko sebesar USD63,2 miliar, Irlandia USD35,9 miliar, dan Vietnam senilai USD32 miliar.

Beberapa negara lain yang juga menyumbang defisit neraca perdagangan AS adalah India, Italia, Korea Selatan, Malaysia, Thailand, Perancis, Taiwan, Kanada, dan termasuk Indonesia. (dil/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... PSI Endus Niat Jahat Demokrat di Balik Wacana JK-AHY


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler