jpnn.com - JPNN.com--Masyarakat kerap menjadikan malam Tahun Baru sebagai momen liburan keluarga. Lalu orang tua membawa anak-anak ikut berpesta di jalan raya.
Hal ini menurut Psikolog Forensik Reza Indragiri Amriel yang juga pengurus di Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Indonesia, justru menyiksa anak-anak. Lantaran jalanan penuh kemacetan, sehingga menambah tingkat polusi.
BACA JUGA: Nafa Urbach Pilih Tahun Baruan di Rumah, Kenapa Hayo?
Ditambah lagi, orang-orang merokok di sembarang tempat. Juga, begadang semalaman merusak pola istirahat/tidur anak.
"Jangan lupa, walau kita tidak boleh kalah oleh terorisme,tapi faktanya sel-sel teror dikabarkan masih mengincar momen-momen seperti ini. Kita tentu ingin aman, tenteram, dan nyaman menyongsong tahun mendatang, kan?" ujar Reza di Jakarta, Sabtu (31/12).
BACA JUGA: Please, Tak Usah Berkonvoi demi Pergantian Tahun
Dia juga mempertanyakan, apakah orang tua yakin bahwa terompet cukup bersih untuk ditiup anak-anak? Pernah kah mereka-reka sudah berapa mulut yang menjajal terompet?
"Jangan-jangan sisa stok dua tahun lalu pula. Bakteri sudah berkoloni di situ. Ih!," sergahnya.
BACA JUGA: Silakan Simak, Ada Pesan dari Ketua MPR untuk 2017
Kerumunan warga sedemikian padat pun, menurut Reza, meningkatkan potensi anak terpisah dari orang tua, tersesat, dan diculik. Kerumunan sama juga medan yang rawan bagi pencopetan dan kekerasan fisik.
Di berbagai belahan dunia, statistik kekerasan fisik dan kejahatan properti serta kecelakaan lalu lintas meningkat tajam pada situasi tahun baru.
Terakhir, hampir bisa dipastikan gunungan sampah pesta Tahun Baru menjadi bukti terdini bahwa resolusi "tahun baru adalah tahun yang lebih baik" ternyata lagu lama saja. Itu bukan keteladanan bagi anak-anak.
"Nah, masihkah tepat menganggap malam tahun baru sebagai waktu liburan keluarga?" tanya Reza.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Polisi Dukung Pembatalan Car Free Night
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad