JAKARTA - PSSI mengundang 12 klub ISL untuk bertemu dan berdiskusi pada hari ini (14/3). Dari informasi yang didapat, ada klub yang mengaku belum menerima undangan tersebut, ada pula yang telah memutuskan tidak akan datang.
Manajer Persib Bandung Umuh Muchtar mengatakan, pihaknya belum mendapatkan undangan resmi dari PSSI itu. Namun, dirinya akan datang dengan catatan tidak ada kepentingan politik. "Kalau rekonsiliasi siap datang. Sudah jelas itu, asalkan semua bareng-bareng, mana yang untuk kebaikan persepakbolaan Indonesia. Itu saja," kata Umuh, Selasa (13/3)
Sementara itu Sriwijaya FC, melalui Direktur Teknik Hendri Zainudin, menyatakan tidak akan menghadiri pertemuan tersebut. "Kita nggak datang. Sudah terlambat. Setelah kalah dari Bahrain 10-0. Kemarin ke mana saja? Kenapa kemarin tidak coba mendekati kami?" tukasnya di ujung telepon.
Ketua Umum PSSI Djohar Arifin berharap pertemuan tersebut dapat berlangsung secara terbuka, supaya apa yang selama ini menjadi masalah bisa dicarikan solusinya bersama-sama. "Kita juga sedang memperjuangkan hak pemain. Masalah teknis, ayo kita bicarakan bersama. Semua bisa dibicarakan. Jangan mementingkan kelompok. Besok kita bertemu bersama untuk membicarakan, bagaimana ke depannya," imbuh Djohar.
Yang paling mengejutkan, konglomerat Arifin Panigoro akan mendanai PSSI setelah pemerintah memutuskan tidak mengucurkan dana lagi kepada lembaga yang dipimpin Djohar Arifin tersebut.
Arifin Panigoro yang juga penggagas kompetisi Liga Primer Indonesia, akan membantu pendanaan PSSI agar kekurangan dana yang terjadi tidak terlalu besar. "Kekurangan dana akan ditutupi oleh Arifin dan pebisnis lainnya yang mencintai sepakbola Indonesia. Ada beberapa orang tetapi dia adalah pemimpinnya," ujar wakil ketua PSSI Farid Rahman kepada Reuters seperti dikutip dari goal.com Indonesia.
Seperti diketahui, pemerintah memutuskan menyetop dana kepada PSSI setelah tim nasional Indonesia mengalami kekalahan memalukan dari Bahrain dengan skor 10-0 di laga kualifikasi Pra-Piala Dunia 2014. Keputusan PSSI yang memilih-milih pemain berdasar kelompok tertentu dinilai pemerintah bentuk diskriminasi yang tidak seharusnya terjadi. (lis)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kvitova Tumbang, Turnamen Diserang Virus
Redaktur : Tim Redaksi