PTM Terbatas Solusi Menjaga Giat Belajar Siswa di SMAN 1 Ketungau Tengah

Oleh: Yogen Sogen

Selasa, 05 Oktober 2021 – 18:14 WIB
Founder Jaringan Milenial Nusantara Yogen Sogen. Foto: Dokumentasi pribadi

jpnn.com - Kementerian Pendidikan mengeluarkan surat keputusan bersama empat (4) menteri pada tanggal 30 Maret 2021 kepada lembaga pendidikan untuk kembali mengadakan program pembelajaran langsung atau tatap muka.

Hal ini (Permen) dikeluarkan oleh Mendikbudristek Nadiem Makarim, Mendagri Tito Karnavian, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, dan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.

BACA JUGA: PTM Terbatas di Depok Dimulai, Sekolah Tetap Menyediakan Layanan Belajar dari Rumah

SKB 4 Menteri terkait PTM Terbatas memberikan harapan sekaligus mengakomodasi harapan para murid dari kerangkeng pandemi Covid-19. Setelah lebih dari satu tahun siswa melakukan belajar di rumah, memberikan ruang bagi orang tua sebagai guru dan rumah sebagai sekolah, tertatih-tatih menjaga kualitas belajar anak, kendatipun sinyal internet hilang muncul.

Namun, hal ini tentu lahir dari pertimbangan logis untuk meminimalisasi dampak sebaran virus yang membuat klaster baru di ranah pendidikan.

BACA JUGA: Bu Netty Berharap Pemerintah Mengevaluasi Kebijakan PTM Terbatas

SKB 4 Menteri Merawat Semangat Belajar

Di SMAN 1 Ketungau Tengah, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, SKB 4 Menteri terkait PTM Terbatas memberikan angin segar bagi murid dan guru.

BACA JUGA: Dindik Jatim Koreksi Data soal Klaster Covid-19 selama PTM Terbatas

Setahun lebih, kegalauan menyelimuti lembaga pendidikan ini. Jangkauan internet di Ketungau Tengah terbilang masih sangat minim. Ditambah jarak tempuh para murid dari rumah ke sekolah memakan waktu cukup lama. Kendala lain adalah infrastruktur jalan yang rusak parah.

Pandemi Covid-19 melahirkan beragam kegalauan di tataran para orang tua dan murid. Beragam kegalauan ini seperti kuota internet untuk menunjang proses sekolah daring yang susah.

Selain itu juga jangkauan internet yang tidak mendukung. Bahkan, beberapa daerah di Ketungau Tengah jaringan internet nihil. Hal ini mempersulit proses belajar daring.

Beragam kegalauan di atas cukup kompleks dirasakan oleh seorang Petrus P Derosari yang merupakan Guru Pendidikan Agama Katolik, Kelas 12, Bahasa Jerman kelas 10. Pak Pedro, begitu ia disapa oleh anak murid dan para sejawat guru di SMAN 1 Ketungau Tengah.

Kamis malam yang dingin akibat hujan di Jakarta, tanggal 30 September 2021, saya mencoba menghubungi Pak Pedro di Sintang sekitar jam 2 pagi WIB. Saat membuka gadget, saya kemudian mengetik nama guru tersebut. Ketika muncul namanya di layar gadget, beliau masih online.

Saya kemudian membuka ruang diskusi dengan saling bertanya kabar. Pembicaraan kami seputar kondisi real akibat pandemi covid-19, tentu juga saya menanyakan perkembangan proses belajar dari awal munculnya pandemi dan proses menyambut SKB 4 Menteri terkait pembelajaran tatap muka terbatas.

Menilik lebih dalam terkait SKB 4 menteri di mana pemerintah mengeluarkan aturan terkait rencana tatap muka terbatas. Adanya vaksinasi bagi tenaga pendidik menjadi akselerasi rencana pembelajaran tatap muka agar bisa segera terealisasi.

Aturan yang tercantum dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri itu menyatakan, tiap sekolah wajib memberikan layanan belajar tatap muka terbatas setelah seluruh pendidik dan tenaga kependidikan menerima vaksin Covid-19.

Menteri Nadiem Makarim mengungkapkan pandemi Covid-19 meningkatkan ketimpangan dalam dunia pendidikan, terutama dalam bidang numerasi, literasi, dan karakter. Pandemi menurutnya memperparah kesenjangan ini terutama dengan adanya hambatan akses internet dan ketersediaan gawai untuk belajar.

Pendidikan harus terus tumbuh di sanubari para guru untuk merawat masa depan bangsa. Lahirnya Keputusan bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Kesehatan, dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 03/KB/2021, Nomor 384 tahun 2021, Nomor HK.01.08/Menkes/4242/2021, Nomor 440-717 tahun 2021 merupakan jawaban tepat merespons 'gegar pendidikan' akibat aktivitas pendidikan tidak lagi di lingkungan sekolah.

Hal di atas diungkapkan oleh Pak Pedro di sela pembicaraan dan serangkai pertanyaan dari saya. Kondisi real proses belajar SMAN 1 Ketungau Tengah saat musim pandemi begitu memprihatinkan bagi guru bahasa Jerman tersebut.

Persoalan yang paling dirasakannya adalah masalah jaringan internet, imbasnya ia bersama para guru kesulitan memberikan materi belajar kepada anak didik. Apalagi jarak tempuh siswa dari rumah dengan sekolah di daerah Ketungau Tengah ada murid berjarak sangat jauh, dari rumah ke sekolah.

Kadang para orang tua yang mengantar anaknya ke sekolah mengeluh, jarak dari rumah ke sekolah memakan waktu cukup lama, apalagi sekadar kumpulkan tugas. Mereka (orang tua dan murid) kerap bertanya ke Pak Pedro, kapan proses belajar mengajar berlangsung seperti sedia kala.

Pertanyaan itu membuat Pak Pedro bersama para guru merasa sedih lantaran kasihan kepada para orang tua yang berjuang puluhan kilometer demi mengantar tugas anak mereka. Namun, ada optimisme yang dirasakan saat orang tua masih setia mengantar anak ke sekolah untuk kumpulkan tugas.

Guru dan Siswa Sambut PTM Terbatas

Pak Pedro menceritakan, program belajar tatap muka terbatas dimulai sejak awal bulan September. Para murid di SMAN 1 Ketungau Tengah tetap masuk mengikuti proses belajar tatap muka, mereka tetap menjaga prokes tetapi waktu dibatasi.

Biasanya para siswa pulang sekolah jam 13.15 WIB. Namun di musim pandemi Covid-19, anak-anak pulang jam 12.10 WIB.

Kemudian, biasanya para guru memberikan tiap pelajaran 1 jam, sekarang dibatasi hanya 35 menit. Itu cukup efektif bagi para guru. Dengan keterbatasan jam, para guru harus memberikan yang terbaik untuk anak-anak, karena sudah setahun lebih jarang ketemu. Kerinduan mereka untuk mengajar langsung di depan siswa cukup terbayarkan dengan PTM Terbatas.

Kendatipun proses belajar kembali berlangsung di lingkungan sekolah, Pak Pedro kadang merasa kesulitan, hal ini karena para murid kurang peduli terhadap prokes.

Guru Agama Katolik itu mengaku kadang kesulitan memberikan pemahaman kepada para murid karena anak-anak tidak peduli (kurang) peduli prokes. Namun, sekolah menyediakan fasilitas prokes termasuk membagikan masker.

Terkait PTM Terbatas yang lahir atas respons SKB 4 Menteri, Pak Pedro menjelaskan, proses kegiatan belajar mengajar di SMAN 1 Ketungau Tengah, pembelajaran sebelumnya libur total dari awal pandemi hingga Agustus 2021. 

Saya cukup tertegun, saat Pak Pedro mengungkap berbagai kesulitan belajar daring bagi para guru di SMAN 1 Ketungau Tengah seperti terkendala sinyal, karena daerah Ketungau Tengah belum maksimal jaringan internet bahkan di beberapa daerah tidak ada sinyal.

Bagi Pak Pedro, hal ini merupakan masalah serius yang harus dibenahi oleh negara, ini baru persoalan di satu sekolah, belum daerah lain di republik ini yang hingga sekarang belum dialiri listrik.

Dari kejauhan, suara Pak Pedro tampak samar akibat gangguan jaringan di tempatnya, menurutnya, dalam kurun waktu 1 tahun lebih, anak-anak didiknya diberikan tugas, setelah para murid menyelesaikan tugasnya, mereka kemudian membawanya ke sekolah untuk dikumpulkan.  Hal ini agar aktivitas belajar anak tetap berjalan. Tetapi hal ini dirasanya kurang efektif meningkatkan proses belajar anak.

Dengan metode belajar di tengah pandemi, seperti memberi tugas dan dikumpulkan, para guru cukup terbantukan. Di sisi lain, psikologis siswa tidak terlalu stres saat mereka bertemu dengan teman-teman, dan para guru mata pelajaran di sekolah.

Sementara hal positif dirasakan Pak Pedro terkait PTM Terbatas adalah anak belajar lebih efektif. Mereka lebih mudah dan cepat memahami terkait materi yang disampaikan, karena di kelas peserta didik terbatas, maka kesungguhan belajar lebih maksimal.

 

Menantikan Vaksinasi

Dari segi psikis, menerut Pak Pedro, anak-anak lebih merasa senang dan nyaman dengan suasana di sekolah. Harapan anak-anak dan guru adalah sekolah tatap muka terus berjalan karena lebih efektif.

Selanjutnya, terkait vaksinasi bagi siswa, di SMAN 1 Ketungau Tengah belum dilaksanakan, akibat vaksin yang tak kunjung datang.

Semua guru, termasuk tenaga kependidikan sudah divaksin, cuman anak-anak murid belum divaksin, sementara masih dalam pendataan peserta didik, dan harapannya lebih cepat proses vaksinasi di sekolah.

Guru Bahasa Jerman itu kembali menceritakan, meskipun PTM terbatas sudah terlaksana, akan tetapi, orang tua murid masih banyak yang khawatir dengan kondisi anak mereka saat berada di lingkunga sekolah.

Kendala lain yang dirasakan Pak Pedro dan para orang tua siswa adalah keefektifan belajar daring. Dia mengatakan kalau belajar daring, anak-anak dan orang tua merasa tidak efektif, kemudian dengan situasi musim hujan anak-anak jarang terfasilitasi karena di Ketungau Tengah, jarak tempuh dari rumah membutuhkan waktu yang jauh dan biaya besar.

Selain itu, para murid di SMAN 1 Ketungau Tengah belum divaksin, hal ini yang membuat khawatir para orang tua termasuk kami para guru.

Dalam bayang-bayang pandemi covid-19, tambahnya, harapan orang tua tetap berjalan untuk kegiatan belajar mengajar, dalam artian tetap berproses sambil menunggu pandemi berakhir. Besar harapan orang tua dan juga para guru di sekolah tersebut adalah percepatan vaksinasi bagi para siswa.

Obrolan yang cukup lama kami ini kemudian dihentikan dengan suasana adzan subuh, menyadari waktu telah menjelang pagi, Pak Pedro dan saya akhirnya mengakhiri pembicaraan tentang masalah pendidikan saat pandemi covid-19.

Tentunya, PTM terbatas memberikan dampak positif bagi orang tua, murid dan para guru. Anak-anak kembali menikmati suasana sekolah, diberikan pelajaran dan bimbingan guru, orang tua di rumah kembali melaksanakan tugas mereka sebagai orang tua. Tetapi, apa yang dikhawatirkan oleh orang tua harus diakomodir oleh pihak terkait, yakni percepatan vaksinasi bagi para murid, tidak hanya di SMAN 1 Ketungau Tengah tetapi di seluruh pelosok negeri.(***)

 

Penulis adalah Founder Jaringan Milenial Nusantara, Menetap di Jakarta


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler