jpnn.com, JAKARTA - Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Varhan Abdul Aziz mengatakan, Puan Maharani adalah orang yang tepat untuk mengampanyekan pengamalan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Pasalnya, Puan merupakan Ketua DPR. Fakta lain yang tak terbantahkan, politikus PDI Perjuangan itu cucu biologis sekaligus cucu ideologis Bung Karno yang merupakan ‘Penggali Pancasila’.
BACA JUGA: Soal Isu Konflik dengan Mbak Puan, Ganjar Teringat 2013, Tidak Pernah Lupa
Menurut Varhan, Pancasila itu laiknya memenuhi pesan agama. Lima sila Pancasila dimulai dengan dengan meninggikan peran Tuhan dalam kehidupan sebagai gantungan integritas diri.
Kemudian diakhiri dengan menebar salam damai sejahtera ke seluruh penjuru bumi lewat sila kelima 'keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
BACA JUGA: Imbas Kisruh Ganjar - Puan, Elektabilitas Gus AMI Meroket
“Jadi, Ibu Puan dengan tegas menekankan mustahil ada dikotomi antara jiwa seorang Pancasilais dan seorang religius. Menjadi Pancasilais itu sejatinya menjadi seorang saleh atau religius," ujar Varhan dalam keterangannya, Rabu (2/6).
Varhan menilai, justru terasa ganjil ketika seseorang yang ingin menjadi seorang religius, malah mempertentangkannya dengan Pancasila.
BACA JUGA: Wacana Duet Puan-Anies di Pilpres 2024 Dianggap Menarik Sekaligus Menantang, Begini Analisisnya
“Demikian pula sebaliknya, nyaris mustahil seorang Pancasilais bukan sekaligus seorang religius,” katanya.
Varhan juga sepakat dengan pernyataan Puan, Indonesia akan menjadi negara besar dan disegani dunia internasional ketika seluruh warga negara menjadikan Pancasila sebagai inspirasi dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
“Seseorang yang menghayati, mengamalkan seluruh sila yang ada dalam Pancasila, kehidupannya sudah pasti hanya akan dipenuhi energi positif yang juga memberikan dampak kebaikan bagi lingkungan," ucapnya.
Varhan lebih lanjut mengatakan, religiusitas yang timpang membuat hidup kehilangan keseimbangan antara sisi pengabdian vertikal dengan hubungan baik sesama manusia.
“Akibatnya, tidak jarang malah menjadi kaum radikal yang salah langkah dalam memaknai pengabdian kepada Tuhan,” kata dia.
Varhan menunjuk contoh paling aktual, tertangkapnya sepuluh orang kelompok radikal yang bermaksud mengebom rumah ibadah di Merauke, belum lama ini.
“Itu yang terjadi manakala sisi Ketuhanan lepas dari kesadaran sebagai sesama anak bangsa yang harus menyadari keberagaman dalam Persatuan Indonesia,” katanya.
Puan sebelumnya mengajak seluruh komponen bangsa menjadikan Pancasila sebagai inspirasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Ia menyampaikan hal tersebut dalam rangka Hari Lahir Pancasila, 1 Juni.
"Kita hanya dapat menjadi bangsa yang besar jika kita berpegang teguh pada falsafah bangsa kita sendiri, yakni Pancasila, dan bukan menjiplak falsafah bangsa orang lain. Karena setiap bangsa memiliki akar sejarah dan budaya yang berbeda-beda," ujar Puan. (gir/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Redaktur & Reporter : Ken Girsang