jpnn.com, JAKARTA - Pengamat komunikasi politik Jamiluddin Ritonga menyatakan publik figur perlu belajar dari kasus Edy Mulyadi.
Menurut Jamiluddin, publik figur perlu berhati-hati dalam penyampaikan pesan, agar tidak mengalami peristiwa seperti Edy Mulyadi.
"Saat pesan itu disampaikan ke khalayak, maka khalayak punya hak mempersepsi pesan tersebut sesuai latarbelakangnya," kata Jamiluddin di Jakarta, Selasa (25/1).
Dia menyebutkan saat seseorang mengeluarkan pendapat, persepsi masyarakat terhadap pendapat tersebut tidak bisa diatur oleh si penyampai pesan.
"Penyampai pesan, seperti Edy Mulyadi, tidak bisa memaksakan makna pesan sebagaimana yang dimaksudnya jin buang anak dan yang mau tinggal di IKN hanya monyet," lanjutnya.
Dosen Universitas Esa Unggul itu mengingatkan agar pesan yang akan disampaikan oleh publik figur harus terukuragar dapat meminimalkan kesalahpahaman.
"Jadi, bagi publik figur sebelum menyampaikan pesan kepada khalayak hendaknya berpikir dulu baru bertindak. Hindari bertindak dulu baru berpikir," tegas eks Dekan FIKOM IISIP Jakarta itu.
Nama Edy Mulyadi mencuat ke publik setelah video pernyataannya yang menyebut Ibu Kota Negara (IKN) baru di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur sebagai tempat pembuangan anak jin.
Bahkan, tagar #tangkapedymulyadi menjadi trending di Twitter dan ramai di perbincangkan publik.(mcr8/jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
BACA JUGA: Edy Mulyadi Minta Maaf, Olla Ramlan Merespons Begini
Redaktur : Elvi Robia
Reporter : Kenny Kurnia Putra