Pulau Osi, Wisata Kampung Bahari Tersembunyi di Maluku

Minggu, 17 September 2017 – 23:57 WIB
Salah satu resor penginapan terapung di Pulau Osi, Provinsi Maluku. Foto: Fathan/JPNN.com

jpnn.com, MALUKU - Pulau Osi terletak di bagian barat Seram, Pulau Maluku. Pulau ini merupakan salah satu destinasi yang patut dikunjungi. Lokasi wisata ini menyuguhkan panorama berbeda dari objek berlibur lainnya.

Keunikan lokasi berpadu dengan pemukiman warga dan kearifan lokal memberi pengalaman baru bagi pelancong yang bertamu ke Pulau Osi.

BACA JUGA: 3 Rahasia Indonesia Sabet 2 Penghargaan di UNWTO

Pulau Osi dapat ditempuh jalur darat dari Ambon sekitar empat jam. Pengunjung juga harus menyewa kendaraan pribadi karena transportasi umum belum tersedia di sini.

Dari Kota Ambon, pengunjung harus menggunakan kapal feri di Dermaga Hunimua menuju Dermaga Waiprit, Pulay Seram. Dari Waiprit, pengunjung melanjutkan perjalanan darat menuju Kabupaten Piru lalu dilanjutkan ke Desa Pelita Jaya.

BACA JUGA: Festival Candi Ngawen Perkuat Potensi Desa Wisata

Di Desa Pelita Jaya, pengunjung yang menggunakan mobil harus meninggalkan kendaraannya. Sebab, dari Desa Pelita Jaya, akses jalur transportasi tidak berbalutkan aspal melainkan jembatan beralaskan kayu ulin. Di sinilah pengunjung mendapatkan pengalaman wisata berbeda.

Jembatan tersebut diperkirakan sepanjang 1.273 meter. Ada dua opsi untuk mencapai Pulau Osi. Pertama dengan jalan kaki atau menggunakan jasa ojek yang diprakarsai oleh penduduk lokal.

BACA JUGA: Kawal Event di 2018, Kemenpar Sosialisasi Destinasi MICE

Sepanjang di atas jembatan, pengunjung akan diberikan pemandangan hutan bakau. Sesekali hamparan laut terbuka di sela hutan bakau dan angin laut menerpa wajah. Deru ombak juga ikut membasahi kaki yang melintas di jembatan tersebut.

Pulau Osi sendiri tergabung atas beberapa daratan yang dihubungkan oleh jembatan.

Setelah melewati sekitar 300 meter, pengunjung akan menemui dua resor penginapan terapung. Penginapan itu menghadap ke Laut Banda.

Pengunjung yang ingin menginap bisa merogoh kocek Rp 500 ribu. Namun, ada opsi lain jika ingin bermalam. Yaitu dengan menginap di pemukiman warga di Desa Pulau Osi.

Keramahan warga dan kearifan lokal

Setelah melewati penginapan, berjalan sekitar 600 meter, pengunjung akan menemui pemukiman warga. Senyum hangat warga menyapa wajah baru yang datang ke lokasi mereka.

Mama Urmi (41) warga Desa Osi mengatakan, bagi pengunjung yang ingin bermalam di rumah penduduk, mereka biasanya tidak mematok harga. "Seikhlasnya saja, tapi ya kondisinya ala kadarnya," kata Mama Urmi saat berbincang dengan JPNN.com, Minggu (17/9).

Urmi yang lahir dan besar di Pulau Osi ini juga memiliki usaha rumah makan seafood. Pada hari ini, menu andalan yang disajikan untuk pengunjung adalah ikan kerapu bakar.

Di desa ini, terdapat sekitar 300 kepala keluarga. Mereka menempati Pulau Osi seluas sembilan hektare itu.

Menurut Urmi, hampir setiap minggu daerahnya kedatangan turis lokal maupun internasional. Apalagi ada ajang balap sepeda internasional Tour de Molvccas ini, hampir setiap hari ada saja orang baru yang lalu lalang.

"Kami selalu menyapa mereka dengan ramah. Kami berupaya untuk membuat mereka senyaman mungkin," kata ibu empat anak ini.

Penduduk Pulau Osi ini bukan diisi oleh suku Ambon, melainkan Buton, Sulawesi Tenggara. Urmi menambahkan, neneknya sudah mendiami tanah ini sejak dulu.

Urmi juga menambahkan, dari Pulau Osi, wisatawan bisa menjelajah pulau-pulau terdekat yang tak kalah menarik. Seperti Pulau Marsegu yang merupakan habitat kelelawar dan Pulau Buano.(Mg4/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pasar Tradisional di Solo Dikonsep Jadi Destinasi Wisata


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Kemenpar  

Terpopuler