Namun, meski terlihat lelah para petani ini tetap semangat untuk melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki ke Jakarta.
"Dari 60 orang, sekarang tersisa 38 orang. Selain logistik teman-teman sudah mulai kelelahan. Kita ingin melakukan percepatan jalan semakin cepat semakin baik mengingat kondisi stamina yang mulai turun," ujar Ketua Komite Pimpinan Pusat Sertifikat Tani Nasional, Yoris Sindhu Sunarjan, Rabu (19/12) saat istirahat di depan Kantor Denpomdan II Sriwijaya.
Ia mengaku, pihaknya melakukan aksi jalan kaki 1000 km dari Jambi ke Istana Negara untuk menuntut tanah rakyat. Ada tiga poin yang dituntut para petani ini. Yakni soal pengakuan pasal 33 tahun 1945, kemudian pelaksanaan UU pokok agraria No.5 tahun 1960, penyelesaian konflik petani Jambi mengembalikan tanah milik petani, dan copot Menteri Kehutanan.
Dia menjelaskan, di Jambi ada sekitar 6.200 jiwa petani dari tiga kampung tersebut yang menjadi korban perampasan tanah oleh perusahaan besar. Diantaranya, PT Asitic Persada (Malaysia), PT Restorasi Ekosistem Indonesia (Inggris), PT Agronusa Alam Sejahtera dan PT Wanakasita Nusantara.
"Lihat situasi di lapangan, kita ingin melakukan percepatan jalan. Mengingat target awal tiba di istana pada 18 Januari 2013, bertepatan dengan peringatan peristiwa orde baru partai demokratif," ulasnya.
Ditambahkanya, dari program yang dibuat pemerintah yang dijanjikan seluas 7,3 juta hektare untuk rakyat, kenyataanya hanya 5 persen yang diberikan. Sedangkan sisanya diberikan dan dikuasai oleh pengusaha. “Dari 94 hektare luas hutan yang ada Indonesia khususnya di daerah provinsi Jambi dan sekitarnya (berdasarkan laporan bank dunia 2010) itu dikuasai pengusaha. Akibatnya, petani makin sulit, karena itu dengan aksi ini kami ingin membuka mata pemerintah agar mereka segera menyelesaikan masalah tanah rakyat ini,” pungkasnya. (cr03/cr09)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PNS Merokok Sembarangan Diancam Sanksi
Redaktur : Tim Redaksi