Puluhan Ribu Polisi Inggris Nyambi Kerja

Jadi Pendeta, Pelawak,hingga Jualan Es Krim

Senin, 31 Desember 2012 – 09:09 WIB
LONDON - Polisi berprofesi ganda ternyata tidak hanya ada di dunia ketiga atau negara-negara berkembang. Tetapi,  juga bisa ditemukan di negara-negara Barat, seperti Inggris. Impitan ekonomi dan upaya mencari pendapatan tambahan membuat banyak polisi di Inggris menjalani profesi lainnya alias nyambi kerja (bekerja sambilan).
 
Saat ini, lebih dari satu di antara setiap sepuluh polisi di Inggris memiliki pekerjaan sampingan. Ini terungkap dalam laporan Mail on Sunday berdasar atas pengamatan Her Majesty"s Inspectorate of Constabulary, sebuah lembaga independen pengawas kinerja kepolisian Inggris, Minggu (30/12).
 
Menurut laporan itu, sedikitnya 23.000 polisi dan staf kepolisian di seantero Inggris memiliki sumber penghasilan kedua. Biasanya, mereka mengambil pekerjaan sampingan yang tidak ada kaitan sama sekali dengan kepolisian.

Mail on Sunday mencatat bahwa para polisi itu tak hanya bekerja sebagai penjual es krim dan instruktur ski. Ada pula yang menjadi pendeta, pelatih tari atau instruktur pole dancing, hingga pengusung peti mati atau pengurus makam.

Her Majesty"s Inspectorate of Constabulary melaporkan bahwa jumlah polisi yang memiliki pekerjaan sampingan di luar kantor itu melonjak sekitar 20 persen dalam setahun terakhir. Per Mei 2012, tercatat 23.043 personel dari total 201.575 anggota kepolisian Inggris yang memiliki sumber penghasilan kedua. Jumlah itu tersebar di seluruh kesatuan polisi di Negeri Ratu Elizabeth II tersebut.
 
Kepolisian Metro London (Scotland Yard) pun tak luput dari fenomena polisi nyambi tersebut. Kemarin Scotland Yard menyatakan bahwa jumlah anggotanya yang memiliki sumber pendapatan kedua berjumlah sekitar 187 orang. Dari jumlah itu, 104 di antaranya berprofesi ganda sebagai fotografer. Sekitar 60 yang lain menjadi entertainer dan 23 orang lainnya adalah terapis kecantikan dan penata rambut.
 
Menjamurnya polisi yang memiliki pekerjaan sampingan itu membuat Komite Dalam Negeri Inggris cemas. Keith Vaz, chairman komite, berjanji segera meninjau kebijakan pemerintah tentang sumber penghasilan kedua bagi polisi di Inggris tersebut.

Selama ini, tidak ada aturan tegas yang melarang polisi mempunyai pekerjaan sampingan. Asalkan mendapat izin dan sepengetahuan atasan, biasanya polisi boleh nyambi kerja.

"Saya benar-benar kaget mengetahui banyaknya jumlah polisi yang memiliki pekerjaan sampingan," aku Vaz. Dia khawatir pekerjaan sampingan itu justru akan membuat polisi Inggris tidak fokus pada pekerjaan utamanya sebagai aparat. Karena itu, dia berharap para pimpinan polisi bisa menertibkan anggotanya yang punya pekerjaan sampingan. 

Nick William merupakan salah satu contohnya. Pria asal Darenth, Kent, tenggara Inggris, itu menyambi sebagai pendeta di sebuah gereja. Padahal, sehari-hari dia bertugas sebagai pakar kontrateror di Scotland Yard. Lalu, Nicola Brooks menjadi instruktur pole dancing di sela kesibukan sebagai polwan Inggris. Sedangkan Sersan Alfie Moore, detektif Kepolisian Humberside, Scunthorpe, utara Inggris, menyambi sebagai pelawak (komedian) di luar profesinya.

Tapi, pejabat Ketua Serikat Federasi Kepolisian Inggris dan Wales (Police Federation) Steve Williams tidak bisa menyalahkan polisi yang memiliki pekerjaan sampingan. Dia mengakui bahwa banyak personel dan staf kepolisian tidak mendapatkan upah secara layak. Karena itu, mereka terpaksa mencari penghasilan tambahan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. 

"Idealnya, personel kepolisian tidak boleh memiliki pekerjaan sampingan. Sebab, tugas mereka sebagai polisi sudah cukup berat," kata Williams. Tetapi, lanjut dia, desakan ekonomi membuat anggota dan staf kepolisian harus bisa mengatur waktu demi mendapatkan penghasilan tambahan. (AFP/dailymail/hep/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pelari Peraih Emas Olimpiade Ditahan Imigrasi AS

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler