Punya Empat Grup Band, Pernah Iringi Empat Presiden

Kamis, 04 April 2013 – 17:27 WIB
Permas Alamsyah saat tampil bersama grup band Grasshoper di Prestige Dining Minggu malam (31/3) lalu (AGUS WIARAWAN/Jawa Pos)
Tidak bisa melihat alias tunanetra bukan berarti kiamat. Itulah yang diyakini Permas Alamsyah, 48. Dengan kondisi tersebut, dia justru mempunyai "penglihatan" yang tajam saat menggebuk drum. Beberapa penyanyi tenar pernah diiringinya. Bagaimana dia menjalani semua itu?
 
AGUS WIRAWAN, Jakarta
 
SUASANA Kafe Prestige Dining di Jalan Kemang Utara Raya, Jakarta Selatan, tampak meriah Minggu malam (31/3). Puluhan pengunjung memadati lounge dengan lampu remang-remang itu.
 
Sambil minum-minum ringan, para pengunjung dihibur sajian musik dari grup band Grasshoper yang cukup dikenal di ibu kota. Sepasang vokalis pria dan perempuan saling bersahutan menyanyikan lagu-lagu hit masa kini. Di belakang mereka, pemain gitar, bas, dan drum sibuk dengan alat musik masing-masing. Tak ada yang aneh pada penampilan grup tersebut. Baru ketika acara usai pukul 23.00, terlihat perbedaan di antara mereka.
 
Drumer yang duduk di depan simbal harus dipapah seseorang untuk turun dari panggung dan menuju kursi sofa paling depan. Segelas lemon tea dingin langsung dia seruput sambil tetap memegang dua stik drum di tangan kanan.
 
Ya, itulah penampilan Permas Alamsyah atau yang biasa dipanggil Alam, anggota grup band Grasshoper yang tunanetra. "Capek, mulai pukul delapan (20.00 WIB) nge-drum terus," ujarnya sambil masih mengatur napas.
 
Beberapa tamu kafe yang sudah lama mengenal Alam menuju meja sang drumer untuk berpamitan. Mereka harus mencari telapak tangan Alam di bawah meja untuk menyalaminya. Lalu, satu per satu personel Grasshoper juga pamit. Dengan kebutaan yang dialami sejak lahir itu, Alam tidak pernah merasa rendah diri. "Alhamdulillah, teman-teman percaya saya bisa nge-drum dengan baik," ungkapnya.
 
Keahliannya menggebuk drum juga pernah diapresiasi Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri). Alam masuk dalam catatan museum bikinan budayawan Jaya Suprana itu sebagai pemain drum tunanetra profesional pertama di Indonesia pada 2008. Kiprahnya di dunia musik tanah air juga diakui para musisi. Tak terhitung penyanyi terkenal pernah diiringinya. "Banyak sekali ya, hampir semua penyanyi terkenal di Indonesia pernah saya iringi," ucapnya bangga.
 
Dia menyebut beberapa nama seperti Ari Lasso, Yuni Shara, Krisdayanti, Agnes Monica, Titi Puspa, Dewi Yull, Once, Glen Fredly, dan banyak lagi. Mereka diiringi grup band Grashoper dalam acara yang berbeda-beda.
 
Alam juga pernah mengiringi empat presiden RI bernyanyi. "Bu Mega (Megawati Soekarnoputri), Pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono), dan Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid) pernah saya iringi. Zaman Pak Habibie (B.J. Habibie) juga pernah di istana," lanjutnya.
 
Melihat kemampuannya memainkan drum yang di atas rata-rata, orang mungkin tidak mengira bahwa Alam adalah seorang tunanetra. "Secara kasatmata, orang nggak tahu bahwa saya tunanetra. Apalagi, dulu rambut saya panjang. Sekarang saja agak botak," ujarnya lalu tertawa lebar.
 
Dengan keahliannya nge-drum, grup-grup band pun berebut untuk menggaetnya. Saat ini Alam bergabung dengan empat grup band sekaligus. Selain Grasshoper, dia main untuk Milky Way, Old Crack, dan Yeah-Yeah Boys. Uniknya lagi, empat band itu memiliki aliran musik berbeda-beda.
 
"Soal lagu-lagunya, bergantung permintaan penonton. Lagu lama atau lagu mutakhir kami layani. Mau pop, rock, bahkan dangdut, bisa diatur," tegasnya.
 
Agar empat grup band tersebut bisa memanfaatkan tenaganya, Alam membagi jadwal bermain untuk masing-masing grup. Untuk Minggu malam, dia tampil bersama Grasshoper di Prestige Dining Kemang dan Senin malam di Lagoon, Hotel Sultan. Lalu, Selasa malam, Alam ganti bergabung dengan Milky Way di XXI Lounge Plaza Senayan.
 
Jadwal manggung Rabu malam kembali bersama Grasshoper di Space Cafe Kemang. Kamis, Jumat, dan Sabtu, dia manggung bersama Old Crack atau Yeah-Yeah Boys.
 
"Kadang nggak tentu, bergantung panggilan teman yang dapat job. Yang rutin ya sama Grasshoper dan Milky Way," terangnya.
 
Alam menjelaskan, Milky Way adalah grup band milik Chappy Hakim, mantan kepala Staf Angkatan Udara. Alam mengaku kenal dekat dengan sang jenderal itu.

Seusai pensiun dari TNI, Chappy memang mengisi hari-harinya dengan bermain musik dan membentuk grup band yang berpersonel Alam itu. Sesekali Chappy ikut naik ke panggung memainkan alat musik seperti gitar atau saksofon. "Terkadang Pak Chappy nyanyi. Suaranya enak," tuturnya.

Meski keahliannya menggebuk drum sudah sangat mumpuni, Alam tetap rajin berlatih dengan grup-grup bandnya, minimal seminggu sekali. Apalagi, bila mendapat job besar, dia bersama bandnya perlu berlatih dua jam sebelum pentas. "Kami harus menghargai orang yang mengundang. Kami harus tampil maksimal agar tidak mengecewakan," imbuh Alam.
 
Begitu larisnya Alam, tak heran bila pundi-pundi uangnya terus mengalir deras. "Sekali tampil, minimal Rp 500 ribu di kantong. Bahkan bisa lebih besar. Bergantung acaranya," ungkapnya.
 
Dari penghasilannya itu, Alam mampu menghidupi lima anaknya "dua di antaranya tunanetra" yang mulai besar-besar. Istrinya yang juga tunanetra bekerja sebagai customer service di Hotel Grand Melia Jakarta.
 
Selain manggung, Alam menerima order sebagai drumer pendukung dalam pembuatan album beberapa artis. "Album country-nya Tantowi Yahya dan Mbah Surip itu, saya yang ngisi drumnya," tambahnya.
 
Lantas, bagaimana Alam menjalani aktivitasnya sehari-hari yang cukup sibuk dan mobile dengan kondisi tidak bisa melihat" Pria kelahiran 3 November 1965 itu mengaku, handphone-nya sudah diinstal software yang bisa mengubah tulisan menjadi suara. "Jadi, kalau ada SMS masuk, saya bisa langsung mendengarkan. Itu juga bisa untuk tulis status atau menjawab komentar teman di Facebook," ungkapnya.
 
HP Alam sekilas memang tidak berbeda dengan HP pada umumnya. Hanya, bagi Alam, penggunaannya agak lain. Dia mesti menempelkan HP-nya ke kuping jika ingin mengetahui pesan (SMS) yang masuk. Setelah itu, ganti jari-jari tangannya yang sudah terampil menghafalkan semua tombol huruf memencet-mencet membuat tulisan. "Teman saya yang pasang software ini. Bisa dipasang di HP apa saja," ujarnya.

Pria yang sekarang tinggal di Jalan Jatibarang Raya, Rawamangun, Jakarta Timur, tersebut memiliki kesibukan seabrek. Selain nge-band saat malam dan berlatih waktu siang, Alam dipercaya menjadi wakil bendahara Pertuni (Persatuan Tunanetra Indonesia) dan menjabat bendahara umum PPDI (Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia). "Saya ke mana-mana sendirian naik taksi, tinggal minta jemput dan antar ke tujuan," tambahnya.

Dia bersyukur hingga saat ini tidak pernah mendapat sopir taksi yang nakal, yang memutar-mutarkan jalan atau menaikkan tarif yang harus dibayar. Menurut dia, yang mengkhawatirkan bagi penyandang tunanetra seperti dirinya justru pelayanan yang diberikan maskapai penerbangan.
 
"Untung, saya kalau terbang selalu bareng teman-teman. Kalau pergi sendirian, suka diminta mengisi surat pernyataan macam-macam," jelasnya. (*/c5/ari)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Diundang ke Prancis, Baju Dibikin Penjahit Terbaik Madura 



Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler