Punya Kemampuan Mumpuni, Azwar Anas Layak Pimpin Jatim

Sabtu, 30 September 2017 – 01:03 WIB
Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas. Foto: source for JPNN.com

jpnn.com, BANYUWANGI - Sejarawan Banyuwangi Rizki Alvian mengatakan, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas layak naik kelas menjadi pemimpin di Jawa Timur.

Menurut Rizki, Anas sangat berhasil selama memimpin Banyuwangi.

BACA JUGA: Aktivis Dukung Azwar Anas Jadi Pendamping Gus Ipul

Selama menjabat sebagai bupati, Anas melakukan berbagai inovasi dengan cara mempromosikan budaya lokal di dunia internasional.

"Istilahnya Pak Anas ini harus naik kasta. Dengan ukuran keberhasilan dan kapasitas kepemimpinannya, cukup disayangkan jika lingkupnya hanya di Banyuwangi," ujar Rizki, Jumat (29/9).

BACA JUGA: Bupati Banyuwangi Dekati PDI Perjuangan?

Selain itu, imbuh Rizki, Anas memiliki karakter pemimpin yang probudaya.  "Beliau membangun Banyuwangi dengan seni dan budaya. Namun, tidak menghilangkan identitas budaya lokalnya," kata Rizki.

Dia menambahkan, ada semacam peraturan tak tertulis sejak dulu bahwa untuk memimpin Banyuwangi dulu membangun seni dan budayanya terlebih dahulu.

BACA JUGA: Mau Sama Gus Ipul, Khofifah atau Bu Risma, Anas Paling Pas

Ketika seni dan budaya khas sudah dibangun, pembangunan dan kebijakan apa pun akan bisa diterima masyarakat.

"Sebaliknya, jika pemimpinnya melupakan seni dan budaya Banyuwangi, bisa dipastikan pemimpinnya tidak akan bisa bertahan lama. Itu bisa dibuktikan Pak Anas yang dipercaya masyarakat untuk menjadi Bupati dua periode dengan mengembangkan kebudayaan Banyuwangi. Bahkan namanya harum di Indonesia dan internasional," tutur Rizki.

Dia berharap inovasi budaya Anas ketika membangun Banyuwangi bisa ditiru di Indonesia dan Jawa Timur.

"Makanya, pemimpin muda dan energik seperti Pak Anas jika hanya di Banyuwangi kurang maksimal. Jawa Timur ini cocok untuk Pak Anas yang berpengalaman, karena lingkupnya luas,” kata Rizki

Sebagaimana diketahui, salah satu apresiasi pemerintah pusat terhadap seni dan kebudayaan Banyuwangi adalah mengundang 200 penari gandrung dari kabupaten itu dalam kegiatan peringatan HUT ke-72 RI.

Kegiatan itu adalah undangan kedua kalinya di Istana negara.

Sebelumnya, gandrung Banyuwangi pernah tampil di Istana pada peringatan Sumpah Pemuda 20 Oktober 2016 lalu. Semua tidak lepas dari peran Anas.

Gandrung merupakan seni tari asli Banyuwangi. Tarian ini mengisahkan terpesonanya masyarakat Blambangan, julukan Banyuwangi, kepada Dewi Sri yang membawa kesejahteraan bagi rakyat.

Tarian ini dibawakan sebagai ucapan syukur masyarakat pascapanen dan kini sering ditampilkan menjadi tarian pembuka di setiap acara.

Setiap tahun agenda atraksi wisata Banyuwangi Festival menampilkan Festival Gandrung Sewu.

Seribu penari gandrung menari kolosal di pinggir pantai berlatar belakang Selat Bali.

Selain itu, promosi budaya juga disisipkan Anas dalam ajang balap sepeda International Tour de Banyuwangi Ijen (ITdBI) pada 27-30 September 2017.

Selain melintasi keindahan alam Banyuwangi, para pembalap di ajang tahunan yang digelar rutin sejak 2012 itu akan memulai balapan di sejumlah lokasi ikonik di Banyuwangi.

Bahkan, ada salah satu lokasi start ditempatkan di Pondok Pesantren Darussalam.

Anas mengaku akan mengenalkan budaya pesantren ke publik global. Dia menjadikan hal itu sebagai kampanye ke dunia bahwa Islam adalah agama yang toleran.

Pesantren yang menjadi basis pendidikan keislaman di Indonesia tetap menyebarkan nilai-nilai toleransi. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... 1.000 Anak Yatim Banyuwangi Doakan Gunung Agung Normal


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler