Pushidrosal Gelar Semiloka Mitigasi Bencana Tsunami

Sabtu, 30 Desember 2017 – 02:43 WIB
Dirpamkersamtas Pushidrosal, Kolonel Laut (E) Yanuar Handwiono (kanan) bertindak sebagai moderator pada Semiloka di Mako Pushidrosal, Ancol Timur, Jakarta Utara, Kamis (28/12). Foto: Penerangan Pushidrosal

jpnn.com, JAKARTA - TNI AL sedang mengembangkan Pangkalan di Teluk Ratai Lampung dan Teluk Palu Sulawesi Tengah. Untuk mengurangi risiko bencana dan potensi kerugian akibat bencana maritim di masa yang akan datang khususnya bencana tsunami yang berpotensi berdampak pada infrastruktur yang sedang dikembangkan, Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal) menggelar Semiloka.

Semiloka tersebut membahas tema Mitigasi Bencana Tsunami terhadap Pembangunan Pangkalan TNI AL Teluk Ratai Lampung dan Teluk Palu Sulawesi Tengah digelar di Mako Pushidrosal, Ancol Timur, Jakarta Utara, Kamis (28/12).

BACA JUGA: UKHO-Pushidrosal Dorong Kerja Sama Bidang Survei Hidrografi

Kadisinfolahta, Kolonel Laut (E) H.A. Danang Rimbawa dalam siaran persnya menyebutkan, kegiatan Semiloka tersebut bertujuan untuk memperoleh masukan dari akademisi dan praktisi tentang tingkat bahaya gempa/tsunami dan dampak terhadap infrastruktur pantai serta langkah-langkah mitigasi/solusi yang dapat dilakukan.

Hasil Semiloka juga diharapkan dapat menjadi tambahan masukan bagi kelanjutan pembangunan Pangkalan TNI AL Teluk Ratai Lampung dan Teluk Palu Sulawesi Tengah, serta Pangkalan TNI AL pada umumnya.

BACA JUGA: Pushidrosal Berkontribusi Menjadikan Indonesia Poros Maritim Dunia

Acara ini menghadirkan para ahli yang berkompeten di bidangnya, di antaranya Dr. Irwan Meilano dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof. Dr. Radianta Triatmadja (UGM Yogyakarta), Dr. Rer. nat. Poerbandono (ITB Bandung) dengan moderator Kolonel Laut (E) Yanuar Handwiono yang sehari-harinya menjabat sebagai Dirpamkersamtas Pushidrosal.

Dalam sambutannya, Kapushidrosal Laksamana Muda TNI Harjo Susmoro menyampaikan kebijakan pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia adalah suatu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia. Namun demikian, posisi geografis Indonesia yang terletak dalam jalur “ring of fire” perlu menjadikan perhatian serta pertimbangan khusus.

BACA JUGA: Pusat Data Canggih TNI AL Raih Penghargaan Internasional

Ketidakpahaman terhadap karakteristik dan fenomena alam di wilayah pesisir dan lautan akan berdampak pada risiko bencana yang berpotensi mengancam jiwa dan harta benda seperti tsunami, gempabumi, abrasi, gelombang pasang, typhoon, letusan gunung api laut, serta kenaikan muka air laut.

Ancaman-ancaman tersebut dapat dikurangi dampaknya jika data data bawah laut dan aktivitas manusia di laut dan di pesisir laut dapat dipetakan secara akurat serta antisipasi mitigasi bencana tsunami telah disiapkan dengan baik dan terencana.

Secara khusus, TNI AL dalam hal ini Pushidrosal terus meningkatkan peran aktif dalam mendiseminasikan perkembangan penyelenggaraan mitigasi bencana tsunami khususnya dari aspek hidrografi, antara lain melalui forum Semiloka ini.

Menurutna, Pushidrosal juga terus berupaya untuk dapat meningkatkan kontribusinya dalam mitigasi bencana, khususnya tsunami melalui kegiatan training, seminar dan penyediaan data hidrografi oseanografi untuk kepentingan mitigasi bencana.

Sehubungan dengan hal tersebut, Pushidrosal juga sudah menyelenggarakan Training in Hydrographic Survey for Disaster Management and Relief (TRDC) yang diikuti oleh 12 negara anggota East Asia Hydrographic Commission beberapa waktu yang lalu. Selain itu jjuga berupaya mewujudkan sebagai pusat informasi geospasial maritim terbaik di dunia.

Kapushidrosal juga berharap bahwa hasil dari pertemuan ini dapat mengurangi atau mensiasati potensi dampak bencana tsunami terhadap aset TNI AL yang sedang dikembangkan saat ini.

“Dengan adanya peran aktif akademisi dan lembaga penelitian dalam bidang kebencanaan maritim, dengan harapan data dan informasi kebencanaan maritim dapat lebih akurat dan menjadi bagian teknokratis pembangunan berkelanjutan yang berbasis pengurangan risiko bencana,” katanya.

Untuk diketahui, pada bagian akhir Semiloka menyimpulkan bahwa pembangunan Pangkalan TNI AL Teluk Ratai dan Teluk Palu dapat terus dilaksanakan dengan memenuhi beberapa kriteria tertentu guna mengurangi risiko bencana. Di antaranya perlu adanya diseminasi peta-peta gempa bumi di daerah yang akan dibangun, konstruksi bangunan harus dibuat tahan gempa, penyesuaian bentuk dermaga, serta SOP ataupun Emergency Response Plan yang baku apabila sewaktu-waktu tsunami terjadi.(fri/jpnn)


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler