Puting Beliung Bogor: Pesan Terakhir Enny Buat Anaknya

Jumat, 07 Desember 2018 – 13:53 WIB
Bram Sugeha bersama almarhum sang istri Enny Reno. Foto: diambil dari radarbogor.id

jpnn.com, BOGOR - Puting beliung yang melanda wilayah selatan Kota Bogor, Kamis (6/12) sore membawa kabar duka bagi keluarga Bram Sugeha.

Enny Reno sang istri tercinta dan ibu dari anak-anaknya, menjadi korban pohon tumbang dalam bencana tersebut, tepatnya di Jalan Raya Lawanggintung, Kecamatan Bogor Selatan Kota Bogor.

BACA JUGA: Puting Beliung Bogor: Bu Enny Meninggal dalam Keadaan Puasa

Bram kaget bukan main. Niatnya pergi bekerja pun urung usai membaca pesan dari nomor pribadi istrinya. Yang dikirim dari orang yang mengaku polisi. Mengabarkan; istrinya mengalami kecelakaan.

Pertama mendapat pesan tersebut, tak lantas membuat pria berusia 51 tahun itu langsung percaya. Modus penipuan dipikiran Bram pada awalnya. Sebab saat dia menghubungi nomor istrinya hanya terdengar suara samar-samar. Tak jelas. Penasaran. Dia kemudian pulang ke rumah. Ternyata benar. Istrinya tak ada di rumah. Dia kemudian tancap gas menuju lokasi yang tertera dalam pesan pendek yang diterimanya dari gawai istrinya.

BACA JUGA: Puting Beliung Rusak 800 Rumah, Bima Arya Berduka

“Saat sampai di lokasi ternyata sudah ramai. Banyak polisi dan TNI, awalnya saya tidak diizinkan ke tempat kejadian, tapi saat saya bilang suaminya baru diberikan izin untuk masuk,” ujar Bram kepada Radar Bogor di rumah duka Cluster Bukit Nirwana I Jalan Bukit Nirwana Raya I RT 03/12 Kelurahan Mulyaharja Kecamatan Bogor Selatan, Kamis (6/12).

Bram tak menyangka. Pohon yang terlihat kuat itu mampu merenggut nyawa istrinya. Menimpa bagian tengah. Tepat di kursi kemudi. Dia meminta izin aparat untuk mengambil gambar situasi dan kondisi mobil Toyota Avanza Silver bernomor F 1618 EY itu. Sebab istrinya, sudah dilarikan ke Rumah Sakit PMI oleh warga dan aparat yang berada di lokasi.

BACA JUGA: Puting Beliung Bogor: 770 Rumah Rusak, 1 Orang Meninggal

“Jadi almarhumah di bawa duluan ke PMI, saya belakangan karena mendapat informasi juga belakangan. Saat tiba di PMI sudah ada anak saya dan memberitahukan beliau sudah meninggal,” katanya sambil menahan tangis.

Meski tak memiliki firasat apa pun, tapi ada pertanda yang ia dapati dari sang istri. Semacam gerakan pada matanya. Karena menganggap hanya sekadar firasat, hal itu tak sempat ia bicarakan dengan istrinya. Selain itu, sikapnya pun tak ada yang berubah. Tetap sama. “Kita biasa kan ya, beliau sahur lalu saya berangkat subuh ke masjid, sama tidak ada yang berubah,” ungkapnya.

Baginya, wanita kelahiran Rantau 30 Mei 1972 itu merupakan sosok yang sangat luar biasa. Dia sangat bijaksana. Dia bukan hanya seorang istri atau ibu, namun juga guru bagi keluarga. Sikap teladannya, tak dapat terganti. Apalagi bagi ketiga buah hatinya. Aziz Arrazi Sugeha (20), Mutiara Razak Sugeha (19) dan Nurul Izza Afifah Sugeha (14).

Bahkan saat ajal menjemput, kondisinya tengah berpuasa usai membeli makanan untuk kebutuhan berbuka. “Satu-satunya di rumah yang melaksanakan semua perintah agama beliau, mulai dari puasa, zakat, sedekah, tahajud, dhuha, baca alquran, doa pagi dan sore, masyaallah, kami belajar dari dia,” lirihnya.

Anak almarhumah, Aziz Arrazi Sugeha menambahkan, sebelum dia berangkat kuliah, ibunya sempat meminta untuk dipijat malam nanti. Namun kabar duka itu mengurungkannya. Sebagai putra pertama, dia mendapatkan amanah untuk tidak pernah meninggalkan ibadah. Sehingga bisa menjadi contoh untuk kedua adiknya. Namun pesan yang paling diingat dan sering kali diucapkan sang ibu adalah meminta Aziz untuk menjadi imam ketika menyalatkan jenazahnya.

“Hampir setiap saat diucapkan, apalagi setelah memandikan jenazah orang lain, insyaallah saya siap memenuhi permintaannya,” pungkasnya. (*/d)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Video Detik - Detik Puting Beliung di Kota Bogor


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler