jpnn.com, JAKARTA - Staf Khusus Presiden Putri Tanjung menilai sosok Proklamator RI Bung Karno bukan hanya bapak bangsa dan pendiri Republik. Bung Karno juga sosok yang percaya bahwa pemuda bisa melakukan hal besar untuk bangsa termasuk kemandirian ekonomi yang berdaulat.
"Spirit Bung Karno ini selalu saya bawa dan melekat di hati. Anak muda harus berperan dan bisa berdampak untuk banyak orang," kata Putri dalam sarasehan nasional Megawati Institute bertema Indonesia Muda Membaca Bung Karno, Selasa (29/6).
Putri pengusaha Chairul Tanjung itu mengatakan di masa pandemi ini banyak anak-anak muda yang menginspirasi. Mereka membantu UMKM agar bisa bertahan bahkan bangkit dari kesulitan.
"Saya merasa beruntung bisa berkeliling Indonesia bertemu UMKM yang di masa pandemi ini mereka sangat merasakan dampaknya," kata Putri.
Putri juga menjelaskan, ada 15 ribu UMKM yang guling tikar karena tidak terkoneksi dengan ekosistem digital. Dalam kondisi ini, Putri menilai anak-anak muda berperan membantu UMKM untuk mengondisikan produknya masuk dalam ekosistem digital.
"Banyak sekali anak muda yang bisa mengambil perannya membantu UMKM untuk bertahan bahkan bisa lebih baik meski dihantam pandemi," jelasnya.
Sementara itu, Co-Founder Du Anyam Hanna Keraf membagikan kisah inspiratif sebagai wirausahawan muda yang tumbuh di tengah masyarakat di desa.
"Saya terinspirasi dari Bung Karno dan memulai proses pergulatannya keluar dari zona nyaman di Jakarta untuk pindah ke daerah terpencil di Flores," kata Hanna
Hanna mengaku diingatkan oleh seorang mentor yang belasan tahun ikut organisasi global. Pesan itu berisi salah satu kutipan dari Bung Karno bahwa pemimpin itu harus selalu dekat dengan rakyatnya. Kalau para pemimpin memilih tidak dekat dengan rakyat, justru Bung Karno sebaliknya.
"Kamu enggak akan bisa jadi pemimpin mereka kalau kamu bukan bagian dari mereka. Dan ini persis dengan yang disampaikan oleh Bung Karno" tegasnya.
Rasa kagum Hanna kepada Bung Karno semakin kuat karena mengetahui bagaimana sang proklamator bisa membangun modal sosial yang begitu besar. Menggunakan seni dan kebudayaan untuk bisa diterima masyarakat saat diasingkan di NTT.
"Itu tidak mudah, datang dari latar belakang Jawa dipaksa hidup di NTT. Di tengah keasingan itu menemukan pluralisme dan melahirkan Pancasila," jelas Hanna.
Bagi Hanna, modal sosial dalam kewirausahaan itu sama dengan modal finansial. Harus selalu dipupuk tak pernah selesai.
"Lima tahun di Flores tak cukup. Harus terus mengenal masyarakat, dan masyarakat pun terus berkembang," jelas Hanna.(tan/jpnn)
Video Terpopuler Hari ini:
BACA JUGA: Ketua DPD RI Apresiasi BI Promosikan Produk UMKM Indonesia ke Jepang
Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga