Qatar

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Senin, 21 November 2022 – 21:24 WIB
Ilustrasi Piala Dunia 2022. Foto: Marko Djurica/Reuters

jpnn.com - Perhelatan olahraga terbesar di dunia, Piala Dunia Sepak Bola, resmi bergulir di Qatar (20/11).

Negeri kecil itu mencatat rekor sebagai negara Timur Tengah pertama yang menjadi penyelenggara piala dunia, mengalahkan negara-negara raksasa sekelas Amerika Serikat yang sama-sama mengajukan tawaran menjadi tuan rumah.

BACA JUGA: Qatar vs Ekuador: Potret Fan Tuan Rumah Tinggalkan Stadion saat Turun Minum

Qatar negara mungil di tengah negara-negara besar di Timur Tengah. Luasnya 11.500 kilometer persegi dengan penduduk hanya 2,8 juta kepala.

Meski mungil, tetapi dalam dua dekade terakhir Qatar melakukan ‘’flexing’’ pamer kekuatan politik, ekonomi, dan olahraga di level internasional, dan menasbihkan dirinya sebagai kekuatan baru dalam kancah sepak bola dunia.

BACA JUGA: Raffi Ahmad Bawa Keluarga ke Piala Dunia 2022 Qatar, Wajah Rayyanza Jadi Sorotan

Pelaksanaan Piala Dunia 2022 ini merupakan puncak proklamasi keunggulan Qatar dari pesaing-pesaingnya di Timur Tengah.

Salah satu musuh utama Qatar adalah Arab Saudi yang sedang bergerak untuk menjadi kekuatan yang unggul di Timur Tengah.

BACA JUGA: Piala Dunia 2022: Sejarah Buruk Tercipta Seusai Qatar Keok dari Ekuador

Akan tetapi, dengan penyelenggaraan Piala Dunia ini Arab Saudi seperti kebobolan tiga gol tanpa balas dari Qatar.

Piala Dunia tahun ini menjadi yang paling kontroversial sepanjang sejarah.

Selain karena untuk kali pertama diselenggarakan di Timur Tengah, turnamen kali ini diselenggarakan ketika Eropa dan Amerika sedang berada pada musim dingin, dan kompetisi sepak bola sedang berada di pertengahan musim.

Biasanya, penyelenggaraan piala dunia selalu diadakan setelah kompetisi Eropa selesai di bulan Juni atau Juli.

Kali ini otoritas sepak bola Eropa, UEFA, harus menghentikan sementara kompetisinya untuk menyesuaikan jadwal dengan pelaksanaan Piala Dunia.

Banyak yang komplain terhadap jadwal Piala Dunia kali ini, tetapi banyak juga yang memuji.

Pada setiap penyelenggaraan Piala Dunia sebelumnya banyak pemain hebat yang sudah kehabisan bensin, kelelahan karena jadwal kompetisi yang padat di berbagai level turnamen Eropa.

Ketika kemudian mereka bermain bersama timnas di Piala Dunia mereka sudah loyo.

Kali ini para pemain top dunia itu sedang berada pada peak performance, kondisi puncak, karena sedang berada di tengah musim kompetisi.

Karena itu energi mereka masih kuat dan intensitas maupun produktivitas Piala Dunia kemungkinan akan lebih tinggi.

Timur Tengah sedang berada pada musim panas dengan rata-rata suhu mencapai 37 selsius.

Pemain-pemain Eropa akan megap-megap bermain pada suhu itu.

Akan tetapi, Qatar sudah melengkapi stadion dengan air conditioner sehingga temperatur bisa dibuat lebih nyaman.

Turnamen di Qatar ini tercatat sebagai perhelatan yang paling kontroversial, terutama karena isu politik lebih mendominasi perbincangan ketimbang isu sepak bola.

Sejak awal ada semacam serangan terstruktur terhadap terpilihnya Qatar sebagai tuan rumah.

Media-media Barat lebih banyak memberitakan isu-isu hak asasi manusia dan suap ketimbang memberitakan persiapan teknis Qatar sebagai tuan rumah.

Otoritas tertinggi sepak bola dunia, FIFA, memutuskan Qatar sebagai tuan rumah pada kongres di Prancis 2010.

Dunia terkejut karena Qatar sama sekali tidak terlihat dalam peta sepak bola dunia.

Jumlah penduduk yang kecil dan fasilitas stadion yang terbatas membuat Qatar diragukan sebagai penyelenggara Piala Dunia.

Ketika keputusan itu diambil banyak muncul pemberitaan negatif. P

ara petinggi FIFA dicurigai telah menerima suap dalam jumlah besar dari Qatar.

Banyak anggota komite eksekutif FIFA yang dicurigai menerima suap, termasuk presiden FIFA ketika itu Sepp Blatter dan presiden UEFA saat itu, Michel Platini.

Negosiasi untuk memenangkan Qatar melibatkan diplomasi level dewa.

Para pemimpin negara-negara Eropa, seperti presiden Prancis ketika itu Nicolas Sarkozy, dikabarkan aktif mendukung Qatar supaya bisa menjadi tuan rumah.

Salah satu pertemuan puncak antara para emir Qatar dengan Blatter dan Platini kabarnya dilakukan di istana kepresidenan Prancis.

Para emir Qatar sudah melobi Sarkozy dan berjanji akan melakukan investasi besar-besar untuk mendongkrak performa tim-tim sepak bola Prancis. A

khirnya para petinggi FIFA memilih Qatar atas pengaruh Presiden Sarkozy.

Muncul kecurigaan terhadap deal-deal gelap ini.

Blatter dan Platini dicurigai menerima suap.

Keduanya diperiksa oleh aparat hukum.

Meskipun tidak dihukum penjara, tetapi karir Blatter dan Platini tamat.

Sebagai legenda sepak bola Prancis dan presiden UEFA yang berpengaruh, Platini digadang-gadang bisa menjadi presiden FIFA menggantikan Blatter.

Akan tetapi akibat skandal itu karier Platini berakhir.

Reputasinya sebagai legenda sepak bola Eropa pun tercoreng.

Qatar kemudian benar-benar mengebut untuk menaikkan reputasi internasionalnya.

Para emir Qatar segera melakukan akuisisi untuk membeli klub-klub besar di Eropa.

Salah satu yang paling sensasional adalah pembelian klub Paris Saint Germain (PSG) oleh konsorsium Qatar Sports Investments pimpinan Nasser Khelaifi.

Segera setelah akuisisi itu PSG menjadi klub paling kaya dan kemampuan finansialnya paling mengerikan.

Para pemain paling top dunia bisa dibeli oleh PSG termasuk Neymar, Leonel Messi, dan Kylian Mbappe.

Dengan dana tak terbatas itu PSG berambisi untuk menjadi raja Eropa dan dunia.

Gengsi Qatar langsung melambung oleh akuisisi PSG.

Penunjukan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia pun pelan-pelan terjustifikasi.

Akan tetapi, perang opini terus berlangsung dengan sangat keras.

Isu-isu politik dan hak asasi manusia mendominasi persiapan Qatar.

Media-media Eropa terus membombardir Qatar dengan isu-isu pelanggaran HAM.

Salah satu yang terus-menerus disorot adalah masalah tenaga kerja asing yang dipekerjakan di proyek-proyek stadion dan fasilitas penunjang di Qatar.

Para pekerja itu dikabarkan dibayar di bawah standar dan hidup telantar tanpa fasilitas dasar yang memadai.

Para pekerja itu datang dari berbagai wilayah Asia, terutama Benua India.

Isu lain yang menonjol adalah LGBTQ (lesbian, gay, bisexual, transgender, queer).

Media Barat menyoroti Qatar yang dianggap represif terhadap kelompok gay dan lesbian.

Sebagai negara Islam, Qatar tegas mengharamkan LGBTQ dan tidak menoleransi kampanye untuk medukungnya.

Qatar melarang pemakaian ban kapten pelangi yang menunjukkan dukungan terhadap LGBTQ.

Hal ini memantik protes dari beberapa negara Eropa.

Kapten timnas Inggris Harry Kane dan kapten timnas Jerman Manuel Neuer memrotes larangan itu dan menegaskan akan tetap memakai ban kapten bergambar hati dengan warna pelangi.

FIFA akan tegas memberi sanksi bagi siapa pun yang melanggar larangan itu.

Kane dan Neuer terancam akan langsung dikartukuning jika tetap mengenakan ban kapten pelangi.

Presiden FIFA Gianni Infantino sampai perlu mengirim surat kepada 32 negara peserta Piala Dunia, untuk meminta mereka fokus pada masalah sepakbola dan tidak terdistraksi oleh isu-isu politik.

Akan tetapi, tidak semua negara menurut.

Jerman tegas menolak dan mengancam akan mencabut dukungan terhadap Infantino dalam kongres FIFA tahun depan.

Infantino kukuh dengan pendapatnya.

Dia mengecam balik negara-negara Eropa yang dianggapnya munafik karena mengecam pelaksanaan HAM di Qatar.

Infantino mengingatkan bahwa pembangunan sarana olehraga di Qatar telah menyerap banyak sekali tenaga kerja dari negara-negara Asia sehingga membantu menurunkan pengangguran.

Infantino juga mengingatkan supaya negara-negara Eropa tidak memberi kuliah mengenai pelanggaran HAM, karena negara-negara Eropa itu justru menjadi pelanggar HAM berat selama ratusan tahun ketika menjajah negara-negara Timur Tengah.

Pesta pembukaan Piala Dunia sudah terselenggara dengan meriah dengan menampilkan bintang-bintang top dunia.

Salah satu yang menonjol adalah pembacaan Surat Al-Hujurat 13 oleh pemuda difabel bernama Ghanim al-Muftah yang kemudian berdialog dengan aktor Morgan Freeman.

Surat Al-Hujurat bersisi tentang keragaman umat manusia dari berbagai suku bangsa dan bahasa, tetapi yang paling unggul adalah bangsa yang paling bertakwa.

Tuan rumah Qatar mengawali pertandingan pertama dan harus menyerah 0-2 dari Ekuador.

Hal ini sekaligus membantah rumor yang mengatakan ada suap jutaan dolar kepada pemain Ekuador untuk mengalah.

Kampanye negatif terhadap Qatar datang gergelombang, termasuk larangan untuk mengonsumsi bir dan alkohol di stadion.

Suporter Eropa memprotes larangan ini.

Mereka tidak menghormati tradisi Islam oleh tuan rumah yang mengharamkan alkohol.

Piala Dunia Qatar adalah simbol perlawanan dan pemberontakan terhadap dominasi dan hegemoni Barat terhadap negara dunia ketiga.

Qatar hampir mustahil menjadi juara dunia, tetapi Qatar sudah menjadi kampiun dunia melawan arogansi kekuatan Barat. (**)


Redaktur : M. Kusdharmadi
Reporter : Cak Abror

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler