Rafli Mursalim, Pemain Timnas Indonesia U-19 dari Pesantren

Jumat, 15 September 2017 – 06:55 WIB
Muhammad Rafli Mursalim bersama Skuat Timnas Indonesia U-19 saat berlatih ringan untuk persiapan laga semifinal melawan Thailand, di halaman Olympic Hotel, Yangon, Myanmar, kemarin (14/9). Foto: Dika Kawengian/Jawa Pos

jpnn.com, YANGON - Muhammad Rafli Mursalim sudah menyumbangkan empat gol untuk Timnas Indonesia U-19 di ajang Piala AFF U-18 2017. Padahal, dia baru tampil dalam dua laga.

Ya, dia merupakan salah satu ujung tombak Garuda Nusantara selain Hanis Saghara Putra.

BACA JUGA: Kata Pelatih Thailand tentang Timnas Indonesia U-19

Striker yang akrab disapa Rafli itu menjadi satu-satunya pemain yang berasal dari pondok pesantren (ponpes). Sebelumnya dia merupakan santri ponpes Al Asyariah, Tangerang, Banten.

Bersama ponpes tersebut, pemain 18 tahun itu berhasil memiliki kiprah apik di Liga Santri Nusantara (LSN) 2016.

BACA JUGA: Ini Pesan Indra Sjafri ke Pemain Jelang Hadapi Thailand

Rafli membawa Al Asyariah menjuarai LSN untuk region Provinsi Banten musim lalu. Sayang di level nasional, Al Asyariah hanya berhasil menduduki peringkat tiga.

Namun, nama Rafli keluar sebagai top scorer dengan torehan 15 gol. Dari situlah, pihak Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) memintanya untuk mengikuti seleksi timnas U-19.

BACA JUGA: Lini Depan Timnas Indonesia U-19 vs Pertahanan Thailand

Ya, meski berstatus sebagai pencetak gol terbanyak, Rafli tetap menjalani seleksi di Asosiasi PSSI Provinsi DKI Jakarta seperti pemain lainnya.

“Tetap, sama saja seperti pemain lainnya sih. Cuma mungkin karena saya sudah terbiasa kompetisi jadi menjalaninya lebih nyaman saja. Seleksi berlangsung dengan menyenangkan,” kata remaja berdarah Bugis-Minang itu.

Meski sudah lulus SMA dan tidak di ponpes tersebut, Rafli tetap dianggap sebagai santri oleh rekan-rekan setimnya.

Kata “santri” juga acap kali menjadi nama panggilannya. Tapi dia tidak merasa risau dengan semua itu.

“Karena saya memang santri. Tidak perlu dibeda-beda kan lah. Bagi saya tetap sama saja dengan yang lain. Hanya karena saya pernah dididik di pondok (pesantren), mungkin jadi sedikit berbeda,” imbuh pemain jebolan Villa 2000 Jakarta itu. (dit)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Coutinho Butuh Waktu Lama untuk Tunjukkan Magisnya


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler