jpnn.com - JAKARTA - Pengamat politik sekaligus peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro menyatakan bahwa tidak ada tidak ada jaminan duet Prabowo Subianto-Hatta Rajasa ataupun Joko Widodo-Jusuf Kalla bakal harmonis selama lima tahun penuh andai kelak terpilih memimpin Indonesia. Pasalnya, masing-masing duet yang akan bersaing di pemilu presiden (pilpres) itu berasal dari latar belakang yang berbeda dan dipasang-pasangkan dalam hitungan hari menjelang pendaftaran calon presiden dan wakilnya.
"Proses yang terjadi sampai hari "H" penetapan calon wakil presiden semuanya transaksional. Kesantunan dan kesopanan tidak dibangun. Kawinnya terkesan dipaksakan berdasar hitung-hitungan politik," kata Siti dalam sebuah diskusi, "Mencegah Konflik Presiden-Wakil Presiden" di Jakarta, Minggu (8/6),
BACA JUGA: Yakini Prabowo Kesatria, Tak Mungkin Gunakan Babinsa
Siti menambahkan, penyumbang terbesar konflik presiden dengan wakil presiden berasal dari sistem multipartai yang dipraktikkan. Selain itu, lanjut pengamat yang biasa dipanggil dengan sapaan Wiwik itu, calon wakil presiden tentu juga merasa punya andil andai calon presiden yang didampingi ternyata menang pilpres.
"Jadi tidak saja partai politik pengusung yang berkeringat untuk memenangkan calonnya. Wapres yang diusung oleh partai politik lainnya juga bersimbah keringat untuk memenangkan pasangannya," ungkap dia.
BACA JUGA: Siap Debat, JK Tak Punya Strategi Khusus
Siti mejelaskan, salah satu bentuk konflik yang mudah terlihat adalah fenomena kepala daerah dengan wakilnya. "Kepala daerah tidak mau lama-lama tinggalkan daerahnya karena takut dikudeta wakilnya," ulasnya.
Hal serupa juga ditakuti Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat menjadi Presiden Ri periode 2004-2009 dengan Jusuf Kalla sebagai wakil presidennya."Selaku presiden, SBY saya duga tidak nyaman meninggalkan Jakarta ketika wakil presidennya JK," ungkap dia.
BACA JUGA: Diduga Arahkan Warga Pilih Prabowo, Prajurit dan Danramil Gambir Disanksi
Padahal, kata Siti, SBY dipilih oleh 60 persen lebih rakyat Indonesia melalui sebuah pemilu. Namun, kemenangan itu tak mambuat SBY nyaman di kursi kepresidenan. “SBY tidak saja tersandera oleh JK, DPR pun ikut membuat presiden tidak nyaman," pungkasnya.(fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Presiden Boleh Jadi Malin Kundang untuk Parpolnya
Redaktur : Tim Redaksi