jpnn.com, JAKARTA - Politikus Gerindra Rahayu Saraswati ikut mengomentari film Dilan 1991 yang saat ini tengah tayang di bioskop-bioskop tanah air. Menurut dia, film percintaan remaja itu memberi gambaran faktual mengenai kekerasan seksual yang kerap terjadi di kehidupan sehari-hari.
Saraswati menjelaskan, karakter Dilan dan Hugo mewakili cara bertolak belakang laki-laki memperlakukan perempuan. "Dilan menunjukan sikap yang cukup menghormati kehendak perempuan. Sementara tindakan yang dilakukan Hugo menunjukan bentuk pelecehan yang seringkali terjadi pada kehidupan nyata," ujar Saraswati usai mengadakan nonton bersama Dilan 1991 di Jakarta, Rabu (6/3).
BACA JUGA: Istimewa, Dilan 1991 Tembus 3 Juta Penonton
Pemeran Senja dalam film Merah Putih itu menilai tokoh Dilan dalam berpacaran menunjukan sikap hormat dan tidak memaksakan kehendak fisiknya terhadap Milea.
Sedangkan Hugo berbuat sebaliknya. Dia memaksakan kehendak fisik dengan dalih kebebasan berekspresi dan pengaruh budaya barat.
BACA JUGA: Film Dilan 1991 Sempat Ditolak, Jumlah Penonton Membeludak
"Di barat justru jika seorang laki-laki berperilaku seperti yang dilakukan Hugo terhadap Milea, dia sudah bisa dilaporkan ke polisi atas tindak kekerasan seksual," tambah seniman lulusan International School of Screen Acting dari London, Inggris ini.
Dalam film Dilan 1991 terdapat adegan Hugo dan Milea yang sedang menonton film di bioskop. Hugo secara sadar memegang pundak dan merangkul Milea. Dia juga secara tiba-tiba mencium Milea tanpa mendapatkan ijin terlebih dahulu.
BACA JUGA: Dilan 1991 Tembus 2 Juta Penonton, Vanesha Prescilla: Alhamdulillah
"Di negara lain memegang pundak tanpa ijin seseorang pun sudah bisa dipidana, apalagi mencium tanpa izin," kata anggota Komisi VIII DPR RI itu.
Saraswati mengatakan perilaku seperti Hugo membuat banyak aktivis perlindungan perempuan mengeluhkan kekosongan hukum dalam berpacaran. Pemahaman tentang apa yang dianggap boleh maupun tidak dalam konteks pelecehan seksual pun belum semua mengerti dan menyepakati.
"Apa yang dilakukan Hugo itu bentuk pelecehan seksual yang kadang banyak orang kurang memahami. Dan itu yang sedang diperjuangkan para aktivis, terkait penegakan hukumnya," tegas caleg Dapil 3 DKI ini.
Pada kesempatan itu, Saraswati yang juga menjabat sebagai Ketua DPP Bidang Advokasi Perempuan Partai Gerindra mengajak ratusan kader muda partai Gerindra untuk ikut menonton film Dilan 1991.
Sejumlah kader milenial itu berasal dari sayap partai Tunas Indonesia Raya (Tidar) Jakarta Barat, Gerakan Milenial Indonesia (GMI) Jakarta Barat, dan sejumlah relawan muda lainnya.
Saraswati mengatakan, menonton film karya anak bangsa merupakan kegiatan yang rutin dilakukannya bersama politisi muda lainnya di partai Gerindra.
"Ini cara kami sebagai politisi milenial mendukung perfilman Indonesia. Dan kita berharap agar masyarakat khususnya generasi muda terus mencintai film-film karya anak bangsa," ujar caleg Dapil 3 DKI Jakarta tersebut.
Saraswati juga mengucapkan selamat kepada film Dilan 1991 yang berhasil mencatatkan rekor Muri. Rekor itu adalah jumlah penonton hari pertama penayangan film sebanyak 800.000 penonton.
Sementara pada hari kedua penayangan film yang diangkat dari novel Pidi Baiq itu meraih 2,7 juta penonton.
"Sekali lagi selamat atas keberhasilan MURI nya. Semoga memicu insan perfilman Indonesia untuk terus menghasilkan karya-karya terbaik," tutupnya. (dil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 3 Hari Tayang, Jumlah Penonton Film Dilan 1991 Wouw Banget, Rekor!
Redaktur & Reporter : Adil