Raja Charles

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Selasa, 13 September 2022 – 17:37 WIB
Ilustrasi - Raja Charles III. Foto: ANTARA FOTO/Marty Melville/Pool via REUTERS/aww/cfo

jpnn.com - Ratu Elizabeth II mangkat dan Charles dinobatkan sebagai raja baru dengan gelar Charles III. 

Sebuah era panjang berakhir, dan era baru dimulai. 

BACA JUGA: Penampakan Pertama Kali Peti Jenazah Ratu Elizabeth, Melalui Jalur Darat 175 Mil

Selama ini Elizabeth dianggap sebagai figur pemersatu yang disegani dan dihormati. 

Akan tetapi, begitu dia meninggal, borok masa lalu kolonialisme Inggris yang kelam langsung mencuat.

BACA JUGA: Jadwal dan Lokasi Persemayaman Ratu Elizabeth II Sebelum Pemakaman

Raja Charles III akan mewarisi Kerajaan Inggris Raya yang sudah berubah wajah. 

Selama 70 tahun kepemimpinan Ratu Elizabeth, Inggris mengalami masa-masa kejayaan dan kemunduran sebagai negara adi daya dunia dan sekaligus negara penjajah dengan luas jajahan terbesar di dunia.

BACA JUGA: Ucapkan Selamat kepada Raja Charles III, Xi Jinping Ingatkan Sejarah 50 Tahun

Negara-negara Afrika dan Asia Selatan sampai ke Asia Tenggara merasakan kolonialisme Inggris yang menjajah dan sekaligus menjarah harta negara-negara jajahan selama ratusan tahun. 

Pada tahun-tahun 1965, Indonesia mengalami tahun-tahun penuh gejolak, termasuk konfrontasi dengan Malaysia yang akan didirikan oleh Inggris sebagai negara baru di bawah protektorat Inggris.

Presiden Soekarno ketika itu menentang pembentukan negara Malaysia yang dianggapnya sebagai negara boneka bentukan nekolim, neo-kolonoalisme dan imperialism, sebutan Bung Karno terhadap negara-negara sekutu barat. 

Bung Karno mengirim tentara ke perbatasan Kalimantan untuk menentang pembentukan negara baru itu dan menyerukan kampanye ‘’Ganyang Malaysia’’.

Inggris menjajah Indonesia selama 5 tahun pada 1811 sampai 1816. 

Kemudian Inggris masuk lagi ke Indonesia sebagai bagian dari pasukan Sekutu pada 1945 setelah Jepang menyerah. 

Ketika itu, pasukan Belanda mendompleng pasukan Inggris dan ingin kembali menjajah Indonesia yang sudah menyatakan kemerdekaan pada 1945. 

Pasukan gabungan Inggris dan Belanda terlibat pertempuran hebat dengan tentara rakyat Indonesia di Surabaya pada 10 November 1945. 

Ketika itu Inggris mengultimatum pasukan republik untuk menyerah. 

Ultimatum itu ditolak oleh arek-arek Suroboyo. 

Pecahlah perang kota paling besar dalam sejarah Perang Dunia II. 

Jenderal Mallaby dari Inggris meninggal dalam sebuah serangan di Surabaya.

Inggris dan Belanda masih bernafsu ingin menguasai Indonesia kembali. 

Sebagai wilayah yang sangat luas dan kaya dengan segala macam sumber daya alam di atas tanah maupun di bawah tanah, Indonesia selalu menarik bagi kekuatan imperialisme barat untuk dikuasai.

Pada tahun-tahun itu Ratu Elizabeth sudah berkuasa di Inggris. 

Jadi, meskipun dia tidak mempunyai kekuasaan eksekutif, tetapi sebagai pemimpin puncak monarki dia bertanggung jawab terhadap semua praktik kolonialisasi yang dilakukan Inggris di seluruh dunia.

Protes terhadap kolonialisasi Inggris muncul di mana-mana sepeninggal Elizabeth II. 

Di India dan Afrika, banyak orang menuntut agar Inggris mengembalikan harta pampasan yang selama ini dijarah dari wilayah jajahan. 

Salah satu yang paling ramai adalah tuntutan agar permata Kohinoor yang ada di mahkota Ratu Elizabeth dikembalikan kepada rakyat India sebagai pemilik sah.

Sebagai lambang kekuasaan yang luas, mahkota ratu Inggris dihiasi dengan berlian-berlian terbaik dari India dan Afrika. 

Hal itu menunjukkan bahwa Inggris adalah penguasa dunia. 

Akan tetapi, hal itu juga sekaligus menunjukkan bahwa Inggris adalah penjajah dan penjarah dunia.

Kolonialisasi dan imperlialisasi yang dilakukan Inggris di seluruh dunia bukan dianggap sebagai kejahatan penjajahan. 

Malah sebaliknya, Inggris merasa penjajahan itu sebagai tindakan yang mulia, karena dengan penjajahan itu Inggris mengajarkan peradaban kepada negara-negara jajahan.

Penjajahan yang dilakukan Inggris bukan sekadar penjajahan militer, tetapi juga penjajahan budaya. 

Kehadiran tentara Inggris yang superior memunculkan dominasi militer yang tidak tertandingi. 

Hal itu masih ditambah lagi dengan penjajahan budaya sebagai bagian dari hegemoni yang dilakukan Inggris secara total.

Penjajahan Inggris dibungkus sebagai misi mulia, dianggap sebagai bagian dari kewajiban orang kulit putih yang beradab untuk mengajari peradaban bangsa lain yang terbelakang. 

Orang Inggris menyebut penjajahan ini sebagai ‘’white man’s burden’’ beban orang kulit putih terhadap kulit berwarna.

Karena  misi mulia itu Inggris merasa punya justifikasi untuk melakukan pemerasan dan penjarahan di seluruh dunia. 

Penjajahan militer Inggris diperkuat dengan penjajahan budaya dan peradaban oleh para sastrawan dan novelis terkemuka Inggris yang menulis karya-karya sastra yang berkualitas untuk menjustifikasi penjajahan Inggris.

Edward Said membelejeti kejahatan kebudayaan Inggris itu dalam bukunya ‘’Culture and Imperialism’’. 

Said menuding penulis-penulis besar Inggris seperti Jane Austin sebagai bagian dari proyek penjajahan budaya yang secara sengaja dirancang oleh Inggris untuk menjustifikasi kolonialisme dan imperialism.

Penajahan Inggris ke seluruh dunia dilakukan secara total dan menyeluruh.  

Setiap kali melakukan ekspedisi militer Inggris selalu menyertakan para ilmuwan untuk melakukan eksplorasi ilmiah. 

Kontribusi Inggris terhadap kemajuan ilmu pengetahuan sangatlah besar, seperti yang ditunjukkan oleh Charles Darwin yang ikut dalam ekspedisi kapal The Beagle ke Amerika Selatan pada 1831. 

Teori evolusi Darwin sampai sekarang menjadi teori terbesar dalam sejarah ilmu pengetahuan modern.

Thomas Stamford Raffles menjadi gubernur wilayah jajahan Hindia Belanda pada 1811 sampai 1816. 

Selain menjadi gubernur jenderal yang menjadi penguasa militer wilayah jajahan, Raffles juga dikenal sbagai ilmuwan sosial yang sangat ulung. 

Bukunya ‘’The History of Java’’ menjadi semacam ensiklopedi yang lengkap mengenai sejarah Jawa. 

Sampai sekarang buku itu tetap menjadi rujukan yang valid mengenai sejarah peradaban Jawa. 

Raffles menguasai rujukan sumber-sumber kuno dalam bentuk babad-babad yang terdokumentasi dengan rapi. 

Raffles dengan jemawa mengeklaim bahwa tidak ada satu pun sejarawan dunia yang bisa mengungguli pengetahuannya mengenai Jawa.

Warisan budaya dan ilmu pengetahuan oleh kolonialisme Inggris membawa manfaat besar bagi dunia.

Akan tetapi, warisan kolonialisme yang kejam dan serakah dari Inggris sampai sekarang masih menyisakan luka.

Kematian Elizabeth II akan memunculkan kembali gugatan terhadap kolinialisme masa silam Inggris dan memunculkan gerakan anti-monarki yang lebih terang-terangan.

Selama ini Elizabeth dianggap sebagai faktor yang membuat gerakan anti-monarki sungkan untuk muncul terang-terangan. 

Raja Charles III akan mewarisi kondisi yang berbeda. 

Gerakan anti-monarki akan makin kencang di dalam dan di luar negeri. 

Di Australia—negara jajahan Inggris paling besar—gerakan republikanisme menjadi agenda lama Partai Buruh dalam setiap kampanye. 

Di Inggris sendiri gerakan untuk mengganti monarki menjadi republik selalu menjadi isu politik yang kontroversial. 

Raja Charles III akan diuji kemampuan politiknya untuk mengatasi gejolak-gejolak itu. (*)

Simak! Video Pilihan Redaksi:


Redaktur : M. Kusdharmadi
Reporter : Cak Abror

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler