jpnn.com - Tepat sehari menjelang Natal 2022, majalah Inggris ‘’The Week’’ mengeluarkan edisi akhir tahun dengan liputan khusus berjudul The Faces of 2022, Wajah-Wajah 2022.
Pada cover majalah itu terpampang wajah-wajah karikatur para pemimpin dunia.
BACA JUGA: Karikatur Digital Bisa Jadi Kado Spesial
Ada Raja Charles III dan sang istri Camilla Parker, ada Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak, ada pemimpin Tiongkok Xi Jinping.
Yang menarik, di antara Xi Jinping dan Camilla Parker duduk seseorang dengan wajah mirip Presiden RI Joko Widodo.
BACA JUGA: Jokowi Sampai Berdoa, Semoga 2023 Pertumbuhan Ekonomi Capai 5 Persen
Wajah yang mirip Jokowi itu digambarkan duduk diapit oleh Camilla Parker di sebelah kanan dan Xi Jinping di sebelah kiri.
Charles dan Camilla sama-sama memakai mahkota dari kardus mirip anak-anak yang sedang berulang tahun.
BACA JUGA: 6 Poin Pernyataan HNW PKS soal Perppu Cipta Kerja, Tajam & Argumentatif
Pasangan itu terlihat sedang mengadakan pesta makan-makan menyambut Natal dan tahun baru.
Di meja makan tersedia berbagai macam makanan dan beberapa botol anggur.
Di sebelah Rishi Sunak ada Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, dan di luar jendela terlihat Presiden Rusia Vladimir Putin melampiaskan kekesalan dengan menendang boneka salju.
Putin terlihat kesal karena tidak diundang ke pesta.
Ada mantan perdana menteri Inggris Boris yang minum anggur sambil merangkul pundak Zelensky.
Ada bintang Hollywood Will Smith yang bengong sendirian di kursinya, dan ada dua pemain timnas sepak bola perempuan Inggris.
Ada beberapa tamu yang tidak kebagian kursi, seperti Elon Musk yang berdiri di pojok pohon natal dekat kursi, sambil memainkan boneka twitter.
Ada mantan perdana menteri Inggris Liz Truss yang bertugas menjadi waitress yang membagikan makanan.
Di antara deretan tokoh karikatur itu ada wajah yang mirip Jokowi.
Semula publik Indonesia mengira Jokowi diundang oleh Raja Charles ikut pesta karena keberhasilannya menjadi tuan rumah G-20.
Akan tetapi, penampilan ‘’Jokowi’’ digambarkan cukup aneh.
Dia menghadap sepiring makanan dengan segelas anggur, tangan kirinya memegang garpu yang sudah ada seekor kalajengking besar yang siap dimakan oleh ‘’Jokowi’’.
Lebih unik lagi karena di kepala ‘’Jokowi’’ bertengger seeokor kodok besar yang masih hidup.
Edisi cover itu dengan cepat beredar di Indonesia melalui media sosial dan grup percakapan WhatsApp.
Banyak menganggap tokoh karikatur itu benar-benar Jokowi karena memang sangat mirip.
Akan tetapi, ternyata tokoh itu bukan Jokowi.
Sosok itu ialah mantan Menteri Kesehatan Inggris, Matt Hancock, yang mengundurkan diri pada Juni 2021.
Dia mundur dari kabinet setelah skandal perselingkuhan dengan salah satu direktur kesehatan, Gina Coladangelo.
Publik Inggris, terutama para dokter dan keluarga korban Covid-19 marah, karena Hancock tertangkap kamera berangkulan dan berciuman dengan Coladangelo.
Adegan ciuman Hancock dan Coladangelo disebut terjadi di gedung Departemen Kesehatan pada 6 Mei 2021.
Coladangelo ditunjuk oleh Hancock untuk menjabat direktur non-eksekutif di Depkes Inggris.
Publik makin marah Hancock maupun Coladangelo sama-sama sudah berkeluarga.
Hancock berada di bawah tekanan untuk mundur setelah The Sun merilis foto-foto dia dan Gina Coladangelo berciuman.
Baik Hancock, 42, maupun Coladangelo, 43, telah menikah dengan pasangan masing-masing dan keduanya sama-sama memiliki tiga anak.
Perempuan tersebut menikah dengan miliarder di bidang fesyen, Oliver Tress.
Publik Inggris saat itu menyebut Hancock telah menghina pengorbanan publik, dan menyebut perbuatan di tengah serangan pandemi itu menjijikkan.
Seratus lima pulih ribu orang tewas selama masa jabatannya yang dirundung skandal, penuh ketidakmampuan dan ketidakjujuran.
Sebuah foto yang beredar luas--mungkin saja editan--memperlihatkan Hancock tengah berenang, mengenakan kacamata renang.
Di atas kepalanya menclok seekor kodok, persis penggambaran dalam karikatur The Week.
The Week adalah majalah mingguan politik yang mengeklaim sebagai media yang menjadi panduan politik di Inggris.
Setiap edisi The Week menghadirkan 200-an lebih narasumber dan memastikan pembaca pandangan berita yang seimbang dan tidak memihak.
Majalah itu juga mengeklaim punya 300 ribuan pembaca setiap pekan. Jumlah yang relatif kecil untuk ukuran Eropa.
Edisi cover itu dengan cepat menyebar di Indonesia dan memantik reaksi luas.
Bagi haters Jokowi—atau lebih sering disebut kadrun--penggambaran karikatural ini sesuai dengan persepsi yang selama ini melekat pada Jokowi yang dianggap sebagai bapaknya para cebong, julukan untuk pendukung Jokowi. Dengan kodok besar ada di atas kepala, Jokowi disebut sebagai Raja Kodok.
Kalajengking besar yang siap dilahap oleh ‘’Jokowi’’ dianggap sebagai gambaran bahwa Jokowi bisa memakan apa saja, termasuk hewan berbisa seperti kalajengking.
Jokowi dianggap sebagai predator demokrasi karena beberapa kebijakannya.
Yang terbaru Jokowi mengeluarkan Perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang) Cipta Kerja yang menganulir keputusan Mahkamah Konstutusi (MK), yang menyebut UU Cipta Kerja inskonstitusional bersyarat.
Para aktivis demokrasi menyebut Jokowi telah membajak demokrasi dengan mengeluarkan perppu itu.
Para aktivis buruh melakukan banyak demonstrasi menentang UU Cipta Kerja yang dianggap menyusahkan buruh dan hanya berpihak kepada pengusaha dan investor asing.
Jokowi tetap jalan dengan kemauannya, dan ketika MK menganulir undang-undang itu Jokowi langsung menganulir balik dengan senjata Perppu.
Sebelumnya, para aktivis demokrasi dan hak asasi manusia juta kecewa kepada Jokowi setelah DPR mengesahkan Undang-Undang KUHP.
Banyak pasal di undang-undang itu yang dikhawatirkan akan memberangus kebebasan berdemokrasi. Alih-alih melakukan sesuatu, Jokowi memilih diam.
Hal yang sama terjadi ketika DPR melakukan amaedemen terhadap Undang-Undang KPK pada 2019.
Publik marah dan melakukan unjuk rasa besar-besaran.
Jokowi didesak untuk mengeluarkan perppu guna membatakan undang-undang itu.
Jokowi diam dan membiarkan undang-undang itu berlaku.
Undang-Undang Ibu Kota Nusantara juga menjadi kontroversi luas di masyarakat.
Banyak yang meminta agar Jokowi tidak memaksakan keinginannya untuk memindah ibu kota, tetapi Jokowi bergeming.
Tekadnya kokoh untuk memindahkan ibu kota negara dan harus memastikan proyek itu jalan terus.
Muncul wacana perpanjangan masa jabatan presiden untuk menjamin keberlangsungan proyek IKN.
Wacana ini tidak populer dan ditentang secara luas.
Jokowi kemudian memakai strategi lain, dengan memberikan endorsement kepada calon presiden yang diharapkan bisa melanjutkan proyek IKN.
Jokowi mendukung Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai calon presiden dengan membuat indikator ‘’rambut putih’’.
Meskipun tidak menyebut nama, tetapi publik tahu bahwa Jokowi jatuh cinta berat kepada Ganjar Pranowo dan menghendakinya sebagai pengganti.
Ganjar Pranowo disebut sebagai ‘’The Little Jokowi’’.
Awal 2023 ini disebut-sebut akan menjadi penentuan nasib Ganjar Pranowo.
PDIP sebagai the winning party, kabarnya, akan memutuskan siapa yang menjadi calon presiden antara Ganjar Pranowo atau Puan Maharani.
Hari-hari ini posisi Ganjar sedang disorot, gegara memakai dana zakat untuk merenovasi rumah kader PDIP.
Setelah disorot publik keputusan itu dibatalkan.
Akan tetapi, Ganjar tetap berada dalam sorotan karena hari-hari ini wilayah Semarang tenggelam oleh banjir.
Cuaca memang sedang buruk.
Banjir dan badai menerjang di mana-mana.
Cuaca politik pun sedang tidak ramah terhadap Ganjar.
Mungkin Jokowi pun sedang galau melihat kondisi ini.
Banjir menjadi habitat yang menyenangkan untuk cebong dan kodok.
Akan tetapi, Jokowi tidak senang dengan habitat banjir.
Tentu, Jokowi tidak mau disebut sebagai raja kodok. (**)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
Redaktur : M. Kusdharmadi
Reporter : Cak Abror