jpnn.com, JAKARTA - Mantan Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) KH. Asad Said Ali mengatakan, Ramadan merupakan momen yang tepat untuk memerangi hoaks, ujaran kebencian, radikalisme, dan terorisme.
Dia menambahkan, Ramadan menuntut umat Islam menahan diri dari segala hal yang membatalkan puasa.
BACA JUGA: Puasa Melatih Kepekaan Terhadap Kesulitan Orang Lain
“Terutama bicara ngelantur, hoaks, dan menjelekkan orang. Satu lagi, menahan diri untuk melakukan tindakan terorisme yang mengatasnamakan agama,” kata Kiai Asad, Rabu (16/5).
Karena itu, dia menyarankan para dai memberi ceramah tentang bahaya radikalisme dan terorisme selama Ramadan.
BACA JUGA: Ramadan, Persija Ubah Jadwal Latihan
Kiai Asad juga meminta masyarakat terus diberi pemahaman tentang budaya cek dan ricek.
“Tidak boleh menelan informasi apa adanya. Harus dikonfirmasi dan dipikir apakah isinya sesuai dengan ajaran agama atau sebaliknya ingin menghancurkan agama,” terang jebolan Universitas Gadjah Mada ini.
BACA JUGA: Mengintip Tradisi Anies Baswedan pada Malam Pertama Ramadan
Dia juga menilai teror di Surabaya sengaja dilakukan untuk mengganggu kedamaian dan kekhusyukan umat Islam menyambut Ramadan.
“Teror kemarin itu bukanlah termasuk ajaran Islam. Mereka yang melakukan teror itu kalau di zaman Rasulullah dan zaman Sahabat sudah terjadi dan disebutnya sebagai kelompok khawarij, kelompok yang keluar dari islam,” jelas Kiai Asad.
Menurut dia, tindakan pelaku teror jelas tidak sesuai dengan perintah Alquran.
Kiai Asad menjelaskan, Surah Al Hajj ayat 40 menyebutkan tidak boleh ada perusakan tempat ibadah, termasuk tempat suci nonmuslim.
“Beragamalah dengan ilmu karena agama tidak lepas dari ilmu. Jangan sampai kita menganut ilmu yang salah seperti bom bunuh diri itu,” tutur Kiai Asad. (jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gus Ipul - Mbak Puti: Selamat Datang Ramadan
Redaktur : Tim Redaksi