Ramu Kengerian Jadi Sensasi Tak Terlupakan

Jumat, 28 Desember 2012 – 07:42 WIB
Suasana Eli roth's Goretorium yang terdapat di Plaza Harmoni, Las Vegas, Amerika Serikat. Goretorium ini merupakan sebuah wahana atau semacam rumah hantu yang terdapat 10 titik yang menakutkan bagi pengunjung. FOTO : FEDRIK TARIGAN/ JAWA POS
TAK hanya kasino yang ada di kota judi Las Vegas, Amerika Serikat. Kota berjuluk Sin City itu kini punya objek wisata baru yang benar-benar beda. Yakni Eli Roth’s Goretorium, rumah hantu karya aktor dan sutradara Eli Raphael Roth.

Berikut catatan wartawan Jawa Pos JANESTI PRIYANDINI dan FEDRIK TARIGAN yang sempat merasakan sensasi horor di sana.
------------------

Tulisan besar Eli Roth’s Goretorium di bagian atas Plaza Harmon, The Strip, langsung menarik perhatian ketika tiba di Las Vegas pada Minggu (16/12) malam lalu. Maklum, tulisan itu begitu mencolok. Apalagi banyak ’’bercak darah’’ yang menciprati beberapa huruf pada kata Goretorium.

Eli Roth’s Goretorium terletak di sudut atas Plaza Harmon. Lokasi itu selalu dilewati bila menuju Planet Hollywood Resort & Casino, tempat ajang pemilihan Miss Universe 2012 digelar pekan lalu. Bila lewat di depannya, rasa penasaran selalu muncul. Bagaimana tidak. Di situ selalu ada staf yang berdiri sembari membagikan brosur dengan baju yang penuh bercak darah di sana-sini.

Di bagian kiri Eli Roth’s Goretorium terdapat bar yang pelayannya juga mengenakan baju serupa. Di depan bar berdiri sepasang manekin pengantin yang bajunya compang-camping dengan wajah penuh sayatan. “Kalau Anda penggemar horor, pasti bakal suka dengan tempat ini,’’ kata Erick, staf Eli Roth’s Goretorium berpromosi.

Dia lalu menjelaskan Eli Roth’s Goretorium adalah rumah hantu yang dibuat Eli Raphael Roth, aktor dan sutradara film horor AS. Wahana yang dibuka kali pertama pada 27 September 2012 ini menjadi objek wisata baru di Las Vegas. Luasnya 15 ribu meter persegi dan dibangun dengan biaya USD 10 juta (sekitar Rp 96 miliar).

Dengan dibukanya tempat itu, orang tidak perlu lagi menunggu hari Halloween untuk merasakan suasana seram. “Anda akan merasakan ketakutan, kepanikan, teror, sekaligus keseruan di sini. Setiap hari. Tidak perlu menunggu Halloween. Ayo, cobalah,’’ lanjutnya.

Kata Erick, tempat itu merupakan satu-satunya dan hanya ada di Las Vegas. “Kami berencana membuka lagi mungkin di Los Angeles atau tempat lain. Tapi ini adalah yang pertama dan satu-satunya,’’ ucap pria bercambang itu. Tempat tersebut merupakan impian lama Eli Roth. Aktor berusia 40 tahun itu merancang pembangunan Eli Roth’s Goretorium selama lima tahun.

Erick bercerita, pemeran Donny ’’The Bear Jew’’ Donowitz dalam film Inglourious Basterds yang dibintangi bersama Brad Pitt tersebut punya ide 12 tahun lalu. Kala itu Roth datang ke Halloween Horror Nights Event.

Itu adalah pengalaman pertama sutradara film Hostel dan Hostel: Part II tersebut. Roth merasakan sensasi ketakutan luar biasa malam itu. Bersamaan dengan itu, dia juga merasakan keseruan. Ramuan sensasi itulah yang ingin dia miliki setiap hari. “Dia ingin memiliki tempat yang bisa memberikan sensasi itu setiap hari,’’ katanya.

Supaya tidak monoton dan tetap menarik perhatian, suguhan di Eli Roth’s Goretorium disesuaikan dengan momentum. Seperti misalnya pada Desember saat Natal, show disesuaikan.

Ada tokoh Bad Santa alias Sinterklas yang jahat. Rumah hantu ini pun tidak hanya memberikan atraksi dengan talent yang berdandan seram. Tetapi juga menggabungkan teknologi dan visual effect, sehingga terlihat nyata. Di sini juga ada wedding chapel dengan paket wedding bertema horor.

Untuk masuk rumah hantu, pengunjung harus membayar tiket USD 29,95 (sekitar Rp 287 ribu). Atraksi baru dimulai pukul 05.00 sore. Bagi yang datang awal, pengunjung bisa menghabiskan waktu melihat-lihat beragam aksesori seperti kaus, hoodie, dan topi yang dipajang di lantai dasar. Suasana di sini sungguh bikin bergidik.

Di sebelah kiri loket tiket diletakkan peti mati. Isinya potongan tangan dan kaki dari karet dengan ceceran darah di sana-sini. Di sebelah peti mati ada sebuah etalase seperti di toko-toko roti. Tapi bukan roti yang dipajang, melainkan potongan jari, lengan, dan telinga. Di bagian atasnya dipasang papan yang bertuliskan Menu Today’s Special: Arm and Leg Combo USD 300, Arm Full USD 175.

Bila sudah puas, pengunjung bisa segera menuju ke lantai satu dan dua yang menjadi tempat atraksi serta lounge yang diberi nama Babydolls Lounge. “Tidak boleh memotret pakai apapun. Jangan menyentuh apapun dan jangan menyentuh talent kami. Mereka tidak akan menyentuh kalian,’’ ucap seorang petugas mewanti-wanti.

Begitu masuk ruangan, muncul seorang laki-laki bertelinga lancip mengenakan tuxedo merah. Kemunculannya kontan bikin kaget. Padahal, dia hanya bertanya apakah mau jalan sendiri-sendiri atau bergabung dengan grup. Rombongan kemudian disatukan dalam sebuah set lobi hotel. Setting Goretorium ini adalah The Delmont. Itu adalah nama hotel di era 1960-an dan menjadi cerita legenda di sana.

Konon kabarnya, dulu tamu yang datang ke hotel itu tidak pernah pulang. Itu semua diceritakan pria bertuxedo merah. Dia pun mewanti-wanti untuk berhati-hati saat melakukan perjalanan di Goretorium nanti.

Perjalanan pun dimulai dari situ. Pengunjung kemudian diminta naik lift yang langsung bikin histeris. Tiba-tiba muncul seorang perempuan dari bawah meja di depan lift dengan tawa meringkik seperti kuntilanak. Dia ikut masuk lift dan mendekati rombongan satu persatu dengan tawanya yang menakutkan. Bulu kuduk langsung berdiri. Keluar dari lift tiba-tiba ada seorang perempuan berteriak minta tolong. “Tolong, tolong teman saya. Tolong,’’ teriaknya.

Kali ini setting-nya kamar tidur yang menakutkan dan super berantakan. Bercak darah dan potongan tubuh tergeletak di mana-mana. Perempuan itu berakting ingin membebaskan temannya di dalam kerangkeng besi yang dialiri listrik. Bunga apinya terlihat menyala terang. Teman perempuan itu lantas kesetrum, tubuhnya mengentak-entak, kemudian terdiam.

Tubuh perempuan itu kemudian ditarik oleh seorang laki-laki kanibal yang membawa pisau. Ketika rombongan hendak mendekat untuk melihat lebih detail, pria kanibal itu mengaum dan memamerkan giginya yang merah. Pertanda tidak boleh mendekat. Di setting lain pengunjung disuguhi adegan yang kembali membuat penasaran. Kepala seorang wanita bisa menembus kaca, dan kepala itu bisa diangkat naik turun.

Secara keseluruhan, Goretorium dibuat seperti labirin bertingkat. Satu demi satu atraksi yang diberikan pun semakin menakutkan. Sampai akhirnya pengunjung keluar melalui lorong sempit yang menuju ke Babydoll Lounge. Tak terasa, semua menghembuskan nafas lega ketika sudah berada di lounge. (jan/oki)
BACA ARTIKEL LAINNYA... “Godaan Caddy Dibutuhkan Pemain”

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler