jpnn.com - Persoalan pelik ini sudah di luar jangkauan Rara –Si Ratu Mandalika.
Sampai kemarin sore salah satu pesawat yang mengangkut logistik MotoGP dari Mandalika masih nyangkut di Mombasa, Kenya.
BACA JUGA: Buntu Panjang
Pesawat itu tidak bisa terbang ke Argentina –tempat balapan motor berikutnya setelah Mandalika. Mesinnya rusak. Masih harus mendatangkan valve dari Eropa. Atau dari Doha. Atau dari mana saja.
Entah siapa yang harus memainkan remote control agar suku cadang itu bisa tiba di Mombasa tepat waktu. Lalu bisa dipasang dengan cepat. Jangan sampai salah pasang. Atau ternyata suku cadang yang tiba bukan yang diperlukan.
BACA JUGA: Harus 400 T
Pesawat rusak itu begitu ditunggu di Argentina. Sesi latihan Jumat kemarin sampai gagal dilaksanakan. Sabtu hari ini harus terjadi. Kalau tidak MotoGP Argentina batal –bukan karena hujan.
Ini baru pertama terjadi dalam sejarah MotoGP: pengiriman logistik tidak lancar. Ada saja sialnya.
BACA JUGA: Dokter Sumpah
Bukan hanya pesawat itu yang mengalami kerusakan. Pesawat sebelumnya pun rusak. Rusaknya juga di Mombasa, Kenya, di pantai timur Afrika itu.
Tentu Rara tidak tahu mengapa pesawat tersebut dari Lombok terbang dulu ke Mombasa. Yang pasti jarak Lombok-Argentina terlalu jauh: harus transit.
Kalau saya boleh pilih, tentu akan transit di Johannesburg, Afrika Selatan. Tepat di tengah-tengah antara Lombok–Argentina.
Tapi dunia penerbangan tidak sesederhana itu. Banyak peraturan, perjanjian, kontrak yang publik tidak tahu.
Yang pernah saya lakukan: lewat dulu Dubai. Jakarta-Dubai-Rio –atau tujuan mana pun di kawasan Amerika Latin.
Transit di Mombasa memang riskan. Apalagi menggunakan pesawat berbadan lebar jenis B777. Kalau ada kesulitan seperti itu lebih berat diatasi.
Kelas Mombasa tentu tidak memiliki stok suku cadang yang lengkap. Untuk apa Mombasa menyiapkan suku cadang untuk pesawat yang negara itu sendiri tidak memilikinya.
Kenya Airways memang punya pesawat besar –yang Indonesia pun tidak punya: B787. Jumlahnya pun sampai 9 pesawat. Tapi suku cadang yang diperlukan saat ini adalah untuk mesin B777.
Saya sudah kirim WA ke Rara: agar ikut berdoa supaya persoalan pesawat dari Mandalika itu cepat teratasi.
Saya percaya itu tidak ada hubungannya dengan Rara. Tidak mungkin Rara memasang remote control di pesawat itu untuk bisa dia kendalikan.
Kita tunggu berita pagi ini: apakah pesawat dari Mombasa sudah bisa terbang ke Argentina. Lalu bisa mendarat di Bandara San Miguel du Tucuman. Inilah kota terbesar nomor lima di Argentina.
Dari Dan Miguel du Tucuman barang-barang itu masih harus diangkut dengan truk sejauh 2 jam: ke sirkuit Tarmas Rio Hondo. Para pembalap sudah menunggu: apakah latihan dulu atau langsung kualifikasi.
Seperti juga Mandalika, sirkuit ini amat jauh –untuk menghormati Amat, saya menghindari kata sangat –dari ibu kota Argentina: Buenos Aires. Kalau naik mobil bisa dua harmal –jalan tolnya antara Buenos Aires ke sirkuit ini hanya di beberapa ruas.
Sirkuit ini justru lebih dekat ke perbatasan Peru –hanya sepelemparan batu. Letaknya di lereng timur pegunungan Andes. Sedangkan Peru di sisi baratnya.
Mengapa dibangun di situ, ya, karena pariwisata: Tarmas Rio Hondo adalah sumber air panas yang sangat besar dan mencakup area yang luas.
Ribuan hotel ada di kota nun jauh ini: ketinggiannya hanya 450 meter, tapi air panasnya bisa dipercaya menyembuhkan banyak penyakit.
Karena balapan di Tarmas Rio Hondo terjadi setelah Mandalika, mau tidak mau orang membandingkannya. Tarmas artinya panas. Rio Hondo berarti air dalam.
Mandalika adalah nama ratu di kerajaan Lombok era 1260-an –yang berarti sezaman dengan Majapahit.
Kesamaannya: pembalap juga mengeluhkan kualitas permukaan sirkuitnya.
"Tidak sebanyak di Mandalika tapi masih belum bersih. Sulit untuk kecepatan tinggi dan menyalip," ujar seorang pembalap di situs berita Eropa kemarin.
Argentina juga pernah bertahun-tahun menunggu kembalinya MotoGP ke sana. Baru dibangun tahun 2012, Rio Hondo sering on-off. Untuk perbaikan. Perbaikan terakhir dilakukan tahun 2019 dan baru jadi sekarang ini.
Seperti juga kesulitan apa pun, kambing hitamnya sudah tersedia: Perang di Ukraina. Menurut keterangan resmi MotoGP, akibat perang itu angkutan udara ikut terganggu.
Pilihannya tidak sebanyak dulu lagi: menurun sampai 20 persen. Maksudnya: tidak mudah mencari pengganti pesawat yang rusak.
Itu karena banyak perusahaan kargo udara berbendera Rusia. Mereka kena sanksi: tidak boleh terbang.
Meski agak sulit menerima alasan itu saya harus menerimanya: saya tidak punya cukup pengetahuan bidang itu.
Total barang yang harus diangkut dari Lombok ke Argentina sekitar 450 ton. Diperlukan lima pesawat kargo kelas B777 untuk mengangkutnya.
Tidak semua lewat Mombasa. Ada yang lewat Doha. Ada juga yang lewat Ghana. Satu lagi lewat Lagos, Nigeria.
Kenapa hampir semua lewat Afrika Timur, Barat dan Tengah hanya mereka yang tahu. Dugaan saya: soal tarif landing dan take off yang lebih murah.
Kita bersyukur: Lombok juga bukan kelas Dubai atau London –tapi semuanya lancar.
Waktu itu tim dari Angkasa Pura di Bandara Lombok kerja superkeras. Termasuk harus cepat memperpanjang landasan dari 2.750 meter ke 3.300 meter –agar bisa didarati jenis pesawat B777.
Balapan berikutnya aman. Balik ke negara superpower: Amerika Serikat. Di kota Austin, Texas. Hanya 5 jam penerbangan dari Rio Hondo.
Tidak perlu Rara di sana. (*)
Anda bisa menanggapi tulisan Dahlan Iskan dengan berkomentar https://disway.id Setiap hari Dahlan Iskan akan memilih langsung komentar terbaik untuk ditampilkan di Disway.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kolam Ukraina
Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Tim Redaksi