jpnn.com - JAKARTA - Alasan pengusaha Hari Tanoesoedibjo mau bergabung dan menjadi cawapres dari Partai Hanura karena dia melihat Indonesia butuh perubahan.
"Itu alasan saya terjun ke dunia politik," kata Hari saat berkampanye di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Sabtu (5/4) sore.
BACA JUGA: Hanura Soroti tak Meratanya Keadilan
Bukan tanpa alasan Hari Tanoe menegaskan bahwa Indonesia harus berubah. Dia lantas mengkategorikan dunia ini menjadi tiga bagian negara.
Pertama, negara terbelakang dengan rata-rata penghasilan masyarakat kurang dari Rp 1 juta perbulan. Kedua, negara maju dengan rata-rata perbulan gaji Rp 12 juta perbulan. Ketiga, negara sedang berkembang dengan rata-rata penghasilan Rp 4 juta perbulan.
BACA JUGA: Kampanye dengan Inovasi, PDIP Jamin Tak Ganggu Privasi
Nah, kata Hari, Indonesia berpenghasilan di bawah Rp 1 juta perbulan. "Artinya, kita ketinggalan," jelasnya.
Dia menambahkan, kesenjangan sosial di Indonesia juga tinggi. "Banyak yang kaya, tapi banyak yang makin miskin dengan penghasilan di bawah Rp 1 juta perbulan," paparnya.
BACA JUGA: Akhiri Kampanye PDIP, Puan Nyanyi Diiringi Republik
Menurut Hari, hal itu terjadi karena masyarakat ekonomi lemah tak begitu merasakan dampak dari pertumbuhan ekonomi.
"Kita perlu berubah menjadi negara maju. Parameternya menuju pendapatan lebih baik Rp 12 juta perbulan," katanya.
Hari juga menyatakan bahwa program MP3EI, yang menyebut Indonesia 16 tahun lagi atau 2030 menjadi pusat dunia, terlalu lama. "Bagi kami itu terlalu lama. Bagaimana harus maju dengan 10 tahun saja," katanya.
Menurutnya, itu bukan hal yang tak mungkin untuk diwujudkan jika pertumbuhan ekonomi bisa mencapai tujuh persen hingga delapan persen pertahun. "Kalau begitu, kita bisa menjadi negara maju dalam 10 tahun. Itu visi misi kita. Sepuluh tahun tekad kami Indonesia menjadi negara maju," ujarnya.
Kalau maju, kata Hari, Indonesia fokus pengentasan kemiskinan dan mensejahterakan petani. "50 persen lebih masyarakat miskin kita adalah petani," bebernya.
Tak hanya itu, nelayan Indonesia juga banyak yang miskin. Padahal, Indonesia memiliki laut terbesar di dunia. "Tapi, para nelayan kita tidak maksimal dan hidupnya jauh dari sejahtera," katanya.
Sektor UMKM juga menjadi perhatian. Sebab, 60 persen pertumbuhan ekonomi ditopang UMKM. "Tapi, selama ini kurang diperhatikan," katanya.
Selain itu, buruh juga akan jadi perhatian. Mereka harus sejahtera. "Namun, saat bersamaan produktivitas harus meningkat sehingga bisa bersaing di internasional," pungkasnya. (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Wiranto: Bersih, Hanura Layak Dipilih
Redaktur : Tim Redaksi