Rating Utang tak Naik, BI Pastikan Ekonomi Membaik

Senin, 23 April 2012 – 22:01 WIB

JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI), Darmin Nasution memastikan ekonomi Indonesia bergerak di jalur yang tepat dan akan tumbuh lebih baik.  Darmin berani memastikan karena lembaga rating Internasional Standard and Poor Service (S&P) yang menjadi investment grade tidak menaikkan rating utang Indonesia.

"Stabilitas ekonomi makro dan sistem keuangan yang terjaga dengan baik dan ekonomi domestik tumbuh semakin cepat didukung oleh struktur ekonomi yang makin berimbang memungkinkan penyerapan tenaga kerja dalam jumlah yang besar," ujar Darmin dalam keterangan persnya di Jakarta, Senin (23/4).

Jika melihat dari sisi eksternal, maka tambahnya kinerja neraca pembayaran Indonesia masih berada pada posisi yang sehat dengan defisit yang relatif terkendali dan disertai peningkatan arus masuk Foreign Direct Investment (FDI) yang stabil.

" Rasio total utang luar negeri terhadap PDB dalam tren yang menurun dan berada pada posisi 26.5 persen pada akhir tahun 2011,"urainya.

BI berpandangan utang luar negeri sektor swasta tidak menjadi ancaman serius karena 36 persen utang tersebut berasal dari perusahaan induk dan afiliasinya. Kendala pada masalah struktural telah menjadi perhatian dan saat ini proses perbaikan sedang berlangsung sejalan dengan optimisme pasar terhadap prospek ekonomi Indonesia.

Menurutnya, BI dan Pemerintah akan melakukan berbagai langkah untuk memitigasi potensi risiko dari sektor internal maupun eksternal. "BI akan terus mempertahankan penerapan kebijakan yang sejalan dengan proyeksi makro ekonomi agar pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dapat tercapai,"jelasnya.

Seperti diketahui,S&P pada 23 April 2012 melakukan afirmasi Sovereign Credit Rating Republik Indonesia pada level 'BB+' long-term dan 'B' short-term dengan outlook positif. Kelemahan yang terdapat pada kondisi ekonomi dan institusional dapat diimbangi oleh kondisi fiskal, eksternal dan moneter yang cukup kuat. Outlook positif mencerminkan kemungkinan upgrade apabila pertumbuhan ekonomi dapat terus meningkat, pasar keuangan yang semakin dalam, dan penerapan kebijakan yang terukur.

Agost Bernard, analis utama S&P untuk Indonesia menyatakan beberapa hal yang mendukung rating Indonesia pada level saat ini antara lain rendahnya defisit anggaran pemerintah, penurunan beban utang sektor publik, likuiditas eksternal yang menguat dan kinerja ekonomi yang tangguh. Sedangkan pendapatan per kapita yang rendah, hambatan struktural dan institusional untuk mencapai pertumbuhan ekonomi lebih tinggi, utang luar negeri sektor swasta yang masih tinggi, dan pasar keuangan domestik yang dangkal dianggap sebagai faktor penghambat.

S&P menyatakan telah terjadi ketidakpastian kebijakan akibat adanya penangguhan kenaikan tarif listrik yang telah direncanakan dan ketidakmampuan untuk menerapkan pemotongan subsidi BBM di tengah kenaikan harga minyak dunia, serta sejumlah langkah kebijakan yang diusulkan di bidang industri dan perdagangan. (naa/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Soal BBM, Kada Jangan Hanya Bisa Minta Kuota


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler