Ratusan Orang Hilang Tertimbun Longsor

Jumat, 06 Januari 2012 – 11:10 WIB

MANILA - Pulau Mindanao di selatan Filipina kembali mengalami musibah. Baru saja dihajar topan Washi yang menewaskan 1.249 orang, kemarin (5/1) pulau yang menjadi sarang aksi separatisme dan terorisme itu diterjang tanah longsor, tepatnya di Desa Panganason, dekat Kota Pantukan, Provinsi Compostela Valley. 

Karena tanah longsor yang menimpa tambang emas ilegal tersebut, 25 orang dilaporkan meninggal dan 15 lainnya luka-luka. Jumlah korban itu diperkirakan bakal bertambah karena hingga berita ini selesai ditulis, sekitar 150 orang masih tertimbun.

Kepada The Philippine Star, Kepala Kepolisian Wilayah Davon Jamie Morente yang membawahkan lokasi bencana mengatakan, hujan tiada henti selama dua hari terakhir menjadi pemicu musibah. Apalagi, kontur tanah di wilayah dataran tinggi tersebut dikenal mudah longsor.

Kondisi itu diperburuk oleh banyaknya pertambangan tradisional tak berizin. Kawasan di sekitar lokasi bencana memang dikenal kaya kandungan emas. Tim penolong yang dibantu penambang setempat masih terus berusaha mencari mereka yang tertimbun. Tetapi, kondisi wilayah bencana yang tak gampang diakses menyulitkan evakuasi. Belum lagi terbatasnya peralatan.
 
"Para tentara yang menjadi anggota tim penolong terus melakukan penggalian, namun boleh dikata hanya menggunakan tangan," kata Benito Ramos, direktur eksekutif NDRMM (Dewan Manajemen Pengurangan Risiko Bencana), kepada AFP. 

NDRRM menyatakan, tanah longsor itu terjadi sekitar pukul 3.00 kemarin waktu setempat. "Tim penyelamat kami berhasil menemukan 15 orang yang masih hidup," ujar Benito kepada Philippine Star.

Saul Pinggoy, warga desa setempat, menyatakan bahwa diri dan keluarganya selamat karena terbangun oleh suara kerikil yang jatuh ke genting rumah mereka. "Kami segera pindah ke wilayah aman. Hanya dalam waktu tak lama, kami melihat rumah-rumah sudah tertimbun," ucapnya kepada BBC.

Sebenarnya, oleh otoritas berwenang, area bencana itu pada Oktober tahun lalu dinyatakan sebagai zona merah alias kawasan rawan bencana. Musibah kemarin merupakan yang kedua hanya dalam kurun waktu kurang dari setahun lalu. April tahun lalu peristiwa serupa terjadi di tempat yang sama, menewaskan 20 orang. Desa tetangga pun pernah diterjang tanah longsor yang mengakibatkan 14 orang meninggal.

Sementara itu, otoritas di Maguindanao dan Cotabato City, dua-duanya di Minadano, juga bersiaga untuk menghadapi kemungkinan banjir. Sebab, dua wilayah tersebut menjadi persimpangan beberapa sungai. Juga, level permukaan air di sungai-sungai itu terus naik.

"Kalau banjir benar terjadi, unit-unit militer yang ada di Kota Pikit, Pagalungan, dan Montawal telah disiagakan untuk langsung mengevakuasi warga," kata Brigadir Jenderal Manuel Ochotorena, wakil komandan unit militer yang berkedudukan di Maguindanao dan North Cotabato, kepada Philippine Star. (c10/ttg)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Palestina-Israel Berunding Lagi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler