Ratusan Ribu Terancam Kelaparan

Loyalis Kadhafi Persulit Bantuan Masuk

Jumat, 25 Maret 2011 – 06:24 WIB
Foto: REUTERS/Edgard Garrido

MISRATA - Pasukan koalisi terus menyerang, loyalis Muammar Kadhafi terus melawanBuntut konflik bersenjata yang sulit diprediksi kapan berakhir itu adalah terjadinya krisis kemanusiaan

BACA JUGA: TKI di Istana Khadafi Hilang Kontak

Tentu saja, yang paling menderita adalah warga sipil.

Sebagaimana dilaporkan Washington Post, di rumah sakit utama di Misrata, kota di Libya Barat yang kembali jatuh ke tangan pemberontak setelah pro-Kadhafi dihajar selama 12 jam oleh serangan udara koalisi, kondisi pasien dan perlengkapan medis serta pendukungnya amat memprihatinkan.  Pasien-pasien dirawat di lantai, peralatan medis dan obat-obatan sangat terbatas, air bersih sudah lama berhenti mengalir, dan listrik hanya mengandalkan satu generator


Padahal jumlah korban sangat banyak

BACA JUGA: Indonesia Serukan Langkah Damai untuk Libya

Akibat serbuan pasukan pro-Kadhafi selama lima hari, dan tak menutup kemungkinan karena serangan udara koalisi juga, korban meninggal hampir mencapai 100 orang
Setelah lima hari merangsek ke Misrata, pro-Kadhafi mulai beringsut pergi kemarin seusai dihajar serangan udara selama 12 jam oleh pasukan koalisi

BACA JUGA: Serang Libya, AS Terancam Bangkrut



"Lima hari terakhir benar-benar seperti nerakaRumah sakit sudah tak kuasa menampungSembilan puluh empat orang meninggal, 60 di antaranya warga sipilYang luka-luka mencapai 1.300 orang," ungkap Mohammed Ali, seorang teknisi yang bekerja di rumah sakit utama di Misrata, kepada Reuters melalui sambungan telepon.

Saking tak berdayanya para dokter dan paramedis menghadapi jumlah pasien yang membeludak dengan perlengkapan serba terbatas, yang kondisinya tak kritis langsung dipulangkan"Saya berkali-kali melihat mereka yang baru diamputasi kakinya disuruh pulang," jelas Ali

Kelaparan juga mulai mengancam, terutama di kota-kota yang dikuasai pemberontakMisalnya, Misrata dan BenghaziHal itu juga terjadi di kota yang masih diperebutkan secara ketat oleh dua pihakContohnya, AjdabiyaDi Ajdabiya, selama sembilan hari terakhir tak ada pasokan listrik dan air bersih sama sekali.

Hampir semua toko tutup karena tak ada suplai atau karena faktor keamananDi Misrata, misalnya, kendati tank-tank milik loyalis Kadhafi telah terusir, masih banyak sniper yang tak hanya menyasar pemberontak, tapi juga warga sipilMenurut Washington Post, berbagai lembaga bantuan internasional tak bisa menembus kota-kota yang menjadi ajang pertempuran dua kubu seperti Misrata dan AjdabiyaMengenai kemungkinan militer AS turut mendistribusikan bantuan, seorang pejabat pemerintahan Negeri Paman Sam menyatakan bahwa opsi itu masih terbuka"Semua opsi masih memungkinkan," ujar si pejabat yang identitasnya dirahasiakan tersebut.

Di tengah berbagai kesulitan itu, beruntung Komite Palang Merah Internasional menyatakan telah berhasil mengirim dua ribu ton makanan ke kota-kota di bagian timur LibyaJuga, sejumlah peralatan serta obat-obatan untuk merawat sekitar 40 ribu pasien

Bantuan-bantuan itu berhasil dibawa dengan truk yang masuk melalui perbatasan Libya-Mesir atau lewat Benghazi yang dikontrol pemberontakTapi, bantuan masih sulit masuk ke kota-kota di mana pro-Kadhafi masih kuatPadahal kebutuhan pangan sangat mendesak karena sudah amat langkaApalagi selama ini Libya sangat mengandalkan pasokan pangan dari impor

Kalaupun ada, harganya tak terjangkau warga kebanyakan karena saking mahalnyaHarga tepung, misalnya, mencapai dua kali lipatHarga beras juga naik hingga 88 persen dan minyak goreng meroket 58 persen"Kalau kondisinya terus seperti ini, tentu sangat mengkhawatirkan (karena bisa terjadi kelaparan)," tegas Abeer Etefa, juru bicara World Food Program, di perbatasan Mesir-Libya

Karena itu, lanjut dia, pihaknya berencana melakukan operasi darurat untuk menyuplai makanan kepada sekitar 600 ribu warga sipil di sejumlah kota yang saat ini terancam kelaparanSeorang pejabat pemerintahan AS juga menuturkan bahwa sekitar 80 ribu warga sipil di Libya saat ini tak punya tempat tinggal atau terusir paksa"Jumlah riilnya bahkan mungkin bisa lebih tinggi," ungkap si pejabat itu kepada Washington Post

Laksamana Madya Gerard Hueber, kepala staf Operasi Perjalanan Fajar, menegaskan bahwa pihaknya akan tetap menyerang basis-basis pertahanan Kadhafi di Misrata, Ajdabiya, dan kota-kota lainNamun, dia mengaku ada kesulitan besar yang menghadangYakni, taktik pasukan Kadhafi yang bersembunyi di area padat warga sipil.

Kesulitan lain adalah tak adanya koordinasi antara koalisi dan pemberontak yang secara legal memang tak diizinkan PBBHueber sempat keceplosan menyebutkan adanya koordinasi itu, tapi buru-buru dianulir"Kami justru punya jalur komunikasi langsung dengan rezim KadhafiKami selalu meminta pasukan mereka keluar dari wilayah sipil, tapi selalu tak ditanggapi," ujarnya sebagaimana dikutip The Guardian

Yang pasti, Hueber dan seluruh anggota koalisi mengakui, merontokkan rezim Kadhafi tak mungkin dilakukan hanya dalam hitungan hari"Mungkin hitungan bulan," kata Alain Juppe, menteri luar negeri Prancis, sebagaimana dilansir AFP(c5/ttg)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Populer Setelah Cangkok Wajah


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler